سَأَصۡرِفُ عَنۡ ءَايَٰتِيَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَإِن يَرَوۡاْ كُلَّ ءَايَةٖ لَّا يُؤۡمِنُواْ بِهَا وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلرُّشۡدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗا وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلۡغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗاۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ كَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُواْ عَنۡهَا غَٰفِلِينَ
“Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya. (QS.Al-A’raf:146)
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang Allah turunkan kepada manusia. Kitab suci ini turun sebagai petunjuk kebenaran bagi alam semesta. Namun hanya segelintir orang yang mau mengambil manfaat dari petunjuk ini sementara sebagian besar manusia memilih untuk berpaling darinya.
Mungkin kita bertanya-tanya mengapa manusia lebih banyak memilih untuk lari daripada mengikuti petunjuk Al-Qur’an?
Sebenarnya penyebab utama dari susahnya seseorang menerima cahaya petunjuk adalah kesombongan dalam dirinya.
Kesombongan itu dikomandoi oleh hawa nafsu yang menganggap dirinya hebat dan tidak membutuhkan apa-apa. Maka apabila kesombongan telah menguasai hati, petunjuk sejelas apapun, ayat sebanyak apapun tidak akan mempengaruhi jiwanya. Karena sejatinya ia sedang menyembah dirinya sendiri.
Orang sombong bukan hanya menolak kebenaran bahkan ia lebih memilih jalan kesesatan dan hatinya selalu condong kepada kebatilan.
Penolakan dan penentangan terhadap kebenaran adalah dampak dari kesombongan. Barangsiapa yang enggan merendahkan dirinya untuk menerima kebenaran maka ia tidak akan mendapatkan kebaikan sama sekali dalam hidupnya.
Dan terbukti apapun yang disampaikan oleh para Nabi ditolak mentah-mentah bahkan sebelum mereka mendengarnya. Karena sejelas apapun kebenaran yang disampaikan tidak akan mampu menembus hati yang diselimuti kesombongan.
Hidayah bukan hanya bergantung kepada siapa yang menyampaikan, tapi lebih bergantung pada kesiapan orang yang menerima.
*Bisa juga dibaca di sini