Saya Ndak mau bahas Ibu Tinampi itu siapa dan se-fenomenal apa. Apalagi perkara berapa banyak pasien, jam buka prakteknya dan sejenisnya. Tapi, setelah melihat videonya yang lagi ramai diperbincangkan kemarin, saya tergelitik untuk menulis tentang Ibu Tinampi ini. Jadi, ada apa di balik fenomena ini?
Fenomena paranormal yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit itu sebenarnya wajar saja. Sebelum sosok Tinampi tenar, banyak juga yang bisa ‘menyembuhkan’ seperti dirinya. Namun yang tidak biasa adalah, ketika ia bkin pernyataan bisa mendatangkan Malaikat dan bahkan Nabi. Bagi saya, ini luar biasa. Luar biasa membuat geleng-geleng kepala. Silakan saja lihat videonya, luar biasa memang.
Toh walaupun sudah minta maaf, yang menurut saya, alasannya cukup bikin geleng-geleng kepala itu. Katanya, ia ceroboh dan stres mengurusi banyak pasiennya dan itu dijadikan sebagai alasan, itu hak dia tentu saja. Klaimnya bisa memanggil Malaikat dan Nabi-pun itu hak dia. Tapi, yang perlu kita pahami bersama, hal-hal itu kadang berbatas pada keyakinan dan iman. Dan, kekhawatiran itu nantinya akan percaya pada hal-hal yang konyol.
Bagi saya, bisa memanggil Nabi untuk hadir, apalagi yang memanggil seorang paranormal dan sedang mengobati pasiennya, ini sebuah hal yang aneh. Lah Tinampi ini siapa? Kok ya seenak udele mengklaim bisa memanggil Nabi? Lagi pula, yang sangat menyakitkan adalah, Kanjeng Nabi Kok ya disuruh-suruh untuk hadir. Ini benar-benar kelewatan.
Jika berbicara tentang karomah para Waliyullah yang masyhur memang kadang tidak bisa dinalar dengan akal kita. Mereka Waliyullah dengan segala suluk dan kebersihan hatinya biasanya memiliki keajaiban berupa karomah. Namun sepengetahuan saya, tidak ada seorang walipun yang mengklaim seenaknya bisa memanggil Nabi, apalagi saat mengobati pasien.
Fenomena Ibu Tinampi yang bisa mengobati berbagai macam penyakit tentu membuat kita hati-hati, tidak lantas kita langsung percaya saja. Sesakti apapun manusia, sehebat apapun manusia bisa berikhtiar untuk menyembuhkan orang lain dengan keahliannya, tidak lantas membuat kita percaya bulat-bulat apa yang mereka katakan. Apalagi ini soal memanggil Nabi itu.
Tentang bertemu Rasul
Saya lebih memilih untuk menuturkan kisah dari Maulana Habib Luthfi Bin Yahya untuk soal ini. Beliau adalah Rais Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (Jatman) dan pemimpin Forum Sufi Dunia, sebuah forum Internasional para pemuka Tasawuf dari seluruh dunia. Jadi, soal kedalaman laku spritual beliau kita sudah tidak meragukannya lagi.
Maulana Habib Luthfi Bin Yahya pernah menuturkan, bahwa manusia ‘melihat’ Nabi bisa dengan dua cara. Yakni dengan yaqdztan (mimpi) juga bisa dengan thariq kasyf (melihat langsung secara nyata).
Melihat Nabi, dengan thariq kasyf itu terjadi seketika, seperti saat berhadapan dengan orang lain. Tiba-tiba yang tampak dari wajah orang lain itu wajah yang mulia Nabi. Seperti kasus yang terjadi dengan Ibn Abbas ketika bercermin dengan cermin Nabi. Waktu itu tampak dalam cermin bukan wajah ibn Abbas melainkan wajah mulia Nabi Muhammad.
Hal tersebut terjadi saat sekali waktu Ibn Abbas bermimpi bertemu Nabi. Ibnu Abbas pun teringat akan sabda Nabi, tentang orang yang melihat Nabi dalam mimpinya. Kemudian Ibn Abbas menceritakan mimpinya kepada Shafiyah, istri Nabi. Shafiyah pun memberikan jubah dan cermin yang pernah digunakan Nabi. Nah, ketika Ibn Abbas bercermin, yang tampak dalam cermin adalah wajah Nabi, bukan wajahnya.
Maulana Habib Luthfi bin Yahya menyampaikan beberapa bagian dari kitab Sa’adat darain, yang disusun oleh Syeikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani.
“Di antara manfaat terbesar membaca Shalawat kepada Nabi adalah dapat melihat Nabi dalam mimpi. Dan akan terus meningkat kualitas mimpinya seiring semakin banyaknya shalawat yang dibaca, sampai bisa melihat Nabi dalam keadaan terjaga. Nabi bersabda, “Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata (haq)”.
Lantas dawuh beliau, mari memperbanyak Sholawat, karena hal tersebut adalah untuk tetap menjaga hubungan kita dengan Kanjeng Nabi tercinta.
Jadi memang benar, kita bisa bertemu Nabi dalam mimpi maupun dalam keadaan terjaga. Namun sekali lagi, untuk bisa memanggil nabi kapanpun seperti klaim Ibu Tinampi itu kelewatan ngawur. Semoga Allah SWT selalu menjaga kita dari hal-hal yang bisa membuat kita “Kurang ajar” pada Rosul. Semoga kita senantiasa bisa memperbanyak membaca Sholawat agar tali silaturahmi kita dengan Kanjeng Nabi bisa terus terjaga, Amin …