Ketika Sayyidina Umar ditegur Seorang Perempuan

Ketika Sayyidina Umar ditegur Seorang Perempuan

Ketika Sayyidina Umar ditegur Seorang Perempuan
Umar bin Khatab

Manusia terbaik menurut kesepakatan ulama yang mu’tabar setelah para Nabi dan setelah Abu Bakar Ash Shiddiq adalah Umar bin Al Khathab; salah satu sahabat Nabi yang berkapasitas sebagai mujtahid ini suatu ketika berpidato di atas mimbar. Setelah memuji Tuhannya, ia berkata.

” Ingat lah….!!”

Jangan lah sekali-kali kalian melampaui batas [berlebihan] dalam memberi mas kawin (mahar). Karena kita [para sahabat Nabi] tidak pernah mendengar berita dari sahabat yang lain bahwa mereka memberi mahar yang lebih banyak dari mas kawin yang diberikan Rasulullah kepada istrinya. Jika kalian berlebihan, maka mas kawin yang tidak lumrah itu akan saya tarik kelebihan nya untuk Baitul Mal – untuk kemaslahatan umum-.

Sejurus kemudian beliau turun. Arahan kalifah yang singkat, padat dan lugas. Namun tak lama  berselang datanglah seorang perempuan dari Quraisy.

” Wahai Pemimpin orang Mukmin. Apakah Kitab Allah yang lebih berhak kami ikuti atau kah ucapanmu?” Spontan beliau menjawab,  ” Tentu Al Quran lah yang lebih berhak dikuti.”

” Apa yang kamu maksudkan?”

” Engkau baru saja melarang untuk memberi mahar yang lebih banyak dari mas kawin Rasulullah. Padahal Allah taala berfirman:

وءاتيتم إحداهن قنطارا فلا تأخذوا منه شيئا {٢٠} سورة النساء

” Dan kalian telah memberikan pada salah satu wanita HARTA YANG BANYAK sebagai mas kawin……….”

Atas saran atau bahkan bisa dikatakan sanggahan dari seorang perempuan tersebut, Sayyidina Umar yang saat itu sebagai khalifah tidak merasa canggung, tidak malu, tidak gengsi menerimanya, bahkan Sayyidina Umar berkata:

كل أحد أفقه من عمر

” Setiap orang lebih paham agama daripada Umar.”

Ucapan itu dilontarkan Umar dan diulang-ulang dua tiga kali.

Beliau kembali naik ke atas mimbar.

“Hadirin sekalian, aku telah melarang kalian memberi mahar lebih dari mahar Rasulullah. Ketahuilah bahwa aku cabut pernyatanku. Dan sekarang lakukanlah apa yang maslahat bagi kalian. Aku tidak membatasi. Selama tidak bertentangan dengan syariat.”

Sikap yang ditunjukkan oleh Sayyidina Umar ini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang pemimpin yang berpegang teguh terhadap kebenaran. Beliau tanpa sungkan dan malu menerima pendapat orang lain di muka umum.

أحق الناس أن يتبع من علم الحق وعمل به

(Yang paling berhak dikuti adalah mereka yang mengetahui dan mengamalkan kebenaran)

 

*) Penulis adalah pegiat Komunitas Literasi Pesantren, tinggal di Brebes