Ketika Sahabat Rasul Bersitegang dengan Seorang Yatim

Ketika Sahabat Rasul Bersitegang dengan Seorang Yatim

Siapapun yang mendapat kepercayaan dari Rasul, niscaya dia adalah orang-orang terpilih dan terjamin tingkah lakunya. Namun, pandangan itu seolah luntur ketika Abu Lubabah dianggap bermasalah karena berselisih dengan seorang yatim.

Ketika Sahabat Rasul Bersitegang dengan Seorang Yatim

Abu Lubabah adalah salah satu sahabat yang memiliki reputasi baik di mata Rasulullah Saw. Rasul telah memberikan penilaian yang baik kepadanya. Bahkan Rasul pernah memberikan kepercayaan kepada Abu Lubabah untuk menggantikan beliau menjadi imam shalat. Saat itu Rasul sedang dalam perjalanan menuju Badr, Rasul kemudian menyuruh Abu Lubabah kembali dari Rawha ke Madinah untuk menjadi imam shalat selama Rasul pergi.

Hal ini menunjukkan bahwa Rasul sangat percaya dengan kredibilitas dan tanggung jawabnya. Namun setelah itu, sepertinya kepercayaan Rasul kepadanya mulai luntur tatkala ia bersitegang dengan seorang anak yatim yang diasuhnya.

Ketegangan antara Abu Lubabah dan anak yatim itu terjadi tepat satu tahun setelah Abu Lubabah mendapatkan kepercayaan dari Rasul untuk menggantikannya sebagai imam shalat.

Karena sejatinya, siapapun yang mendapat kepercayaan dari Rasul, niscaya dia adalah orang-orang terpilih dan terjamin tingkah lakunya. Namun, pandangan itu seolah luntur ketika Abu Lubabah dianggap bermasalah karena berselisih dengan seorang yatim.

Dan tibalah saatnya kabar itu terdengar oleh Rasul Saw. Dan memang benar, nampak rona kekecewaan dari raut wajah sang Rasul. Apalagi sang anak yatim tersebut secara langsung datang menghadap Rasul dan melaporkan semua masalah yang dialaminya dengan Abu Lubabah.

Anak yatim itu mengatakan bahwa Abu Lubabah merampas pohon kurma yang sebenarnya merupakan hak miliknya. Namun Abu Lubabah membantahnya. Ia berdalih bahwa pohon kurma itu adalah memang benar-benar miliknya. Di antara keduanya sama-sama mengklaim bahwa pohon kurma itu adalah hak milik mereka.

Rasul kemudian menjalankan posisinya sebagai hakim dengan baik untuk memutuskan skandal yang terjadi antara Abu Lubabah dan si Yatim. Setelah melakukan prosesnya, Rasul pun kemudian memberikan keputusan terhadap skandal yang mendera keduanya. Berdasarkan keputusan Rasul, sesungguhnya yang berhak memiliki pohon kurma tersebut adalah Abu Lubabah.

Keputusan Rasul tersebut membuat Abu Lubabah bahagia. Namun di sisi lain membuat si yatim bersedih karena merasa kehilangan pohon kurma miliknya.

Melihat yatim bersedih, Rasul kemudian menyuruh Abu Lubabah memberikan saja pohon kurma tersebut kepada si yatim.

“Wahai Abu Lubabah, serahkan pohon kurma itu kepada si yatim. Engkau akan mendapatkan balasannya kelak di surga.” Sabda Rasul kepada Abu Lubabah.

Sayangnya, sedikitpun Abu Lubabah tidak tergerak untuk menyerahkan hak milik pohon kurma itu. Ia bersikeras tidak akan menyerahkan hak milik pohon kurmanya karena merasa bahwa dialah yang pemilik sah pohon kurma itu. Ia juga sama sekali tidak merasa iba melihat anak yatim terus bersedih.

Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari kaum Anshar yang bernama Tsabit bin al-Dhadahah. Tsabit datang ke tengah majelis pemutusan itu seraya berkata:

“Wahai Rasul, akan kubayar semua pohon kurma itu dan ku berikan kepada anak yatim itu. Apakah aku akan mendapatkan balasannya di surga kelak?”

“Ya, tentu saja.” Rasul menjawabnya.

Tsabit kemudian menemui Abu Lubabah untuk menyerahkan pembayaran pohon kurma sebanyak tiga kali lipat. Abu Lubabah pun menerimanya. Tsabit kemudian menyerahkan hak milik pohon kurma itu kepada si yatim.

Melihat itu, Rasul sangat bangga dan gembira dengan kedermawanan Tsabit bin al-Dhadahah. Namun di sisi lain Rasul meyayangkan sikap acuh Abu Lubabah.

 

Disarikan dari buku Muhammad Kisah Nabi Berdasarkan Sumber Klasik karya Martin Lings