Ini cerita tentang makam Rasulullah. Dikisahkan zaman sahabat Umar bin Khattab R.A terjadi kemarau panjang. Hujan tidak turun berbulan-bulan. Tanah menjadi lebih gersang dari biasanya. Tentu hal ini menyebabkan paceklik yang berkepanjangan.
Pada saat masa sulit ini diceritakan ada orang yang menziarahi makam Rasulullah SAW. Sampai di makam Rasul yang Agung itu orang tersebut lalu berkata, Wahai Rasulullah, mintalah hujan kepada Allah Ta’ala untuk umatmu, sebab mereka benar-benar sengsara.”
Setelah melakukan permohonan di depan makam Rasulullah, orang tersebut lalu pulang. Malamnya pada saat ia tertidur datanglah Rasulullah dalam mimpinya. Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda,” Datanglah kepada Umar, kemudian sampaikan salam dariku dan sampaikan kepadanya bahwa mereka akan diberi hujan. Dan katakan kepadanya (Umar): “Kamu harus cerdik dan bijaksana! Cerdik dan bijaksana.”
Keesokan harinya, orang tersebut langsung menemui Khalifah Umar. Kemudian ia menceritakan apa yang dialaminya ketika bertemu dengan Rasulullah SAW. Khalifah Umar mendengarkan dengan seksama.
Usai bercerita Khalifah Umar menangis sesenggukan dan berkata,” Mereka sengsara karena sesuatu yang aku tidak mampu (tidak aku lakukan).”
Kisah ini dipetik dari cerita Imam Malik dalam buku Cahaya Cinta Rasul Utama karya Hadratusyeikh KH Hasyim Asya’ri. Dalam lanjutannya disebutkan bahwa ada versi cerita lainnya seperti dikutip dari kisah Abu Jauza terkait makam Rasulullah ini.
Disebutkan bahwa penduduk Madinah pernah mengalami paceklik yang luar biasa. Mereka mengadu kepada Aisyah. Kemudian istri Rasulullah itu berkata,” Datanglah ke makam Nabi SAW. Kemudian buatlah lubang diatas sehingga makam dan langit tidak ada atap.”
Kemudian hujan pun turun. Rumput-rumput menjadi tumbuh dan basah. Onta-onta menjadi gemuk kembali hingga pecahpecah kulitnya karena kebanyakan lemak. Peristiwa ini kemudian disebut tahun Am Al Fatq atau tahun pecah.
Peristiwa ini menjadi salah satu petunjuk tentang pentingnya tawasul atau permohonan hamba kepada Allah SWT melalui orang yang diyakini secara pasti mempunyai kedudukan dan derajat yang tinggi di sisi Allah SWY seperti para Nabi maupun Waliyullah. Mereka memiliki kedudukan, martabat dan posisi yang tinggi di sisi Allah SWT. Wallahu A’lam.