Ketika Lindswell Kwok Memilih Jalan Cinta Bernama Islam

Ketika Lindswell Kwok Memilih Jalan Cinta Bernama Islam

Lindswell Kwok menjadi mualaf dan memilih jalan cinta di kehidupannnya

Ketika Lindswell Kwok Memilih Jalan Cinta Bernama Islam

Saat Lindswell Kwok berpacaran Hulaefi, saya membantin ingin tahu hubungannya ke depan. Ini karena, hubungan cinta yang dibangun oleh berbeda keyakinan biasanya berujung kepada tiga hal; memutuskan hubungan ketika mulai ke jenjang serius, pindah keyakinan, dan tetap melanjutkan meskipun berbeda keyakinan. Diantara ketiga faktor tersebut, faktor pertama, meskipun menyakitkan, setidaknya menghentikan kontroversi dan polemik antara internal keluarga.

Sementara itu, faktor kedua akan beririsan dengan konflik keluarga. Ini karena, untuk konteks Indonesia, perpindahan keyakinan dari satu agama menuju agama lain, bukan hanya urusan personal, melainkan menyangkut ritus kebudayaan sekaligus praktek-praktek ritual yang itu berkaitan erat dengan primordial keluarga. Hal ini kemudian menjadi sangat sensitif, tidak hanya bagi keluarga yang keyakinannya ditinggalkan, melainkan juga keluarga yang membuat anaknya harus menerima perubahan secara tiba-tiba keyakinan calon yang dinikahkannya.

Untuk faktor ketiga, meskipun sebenarnya masing-masing tidak senang, tetapi itu cukup menjadi jalan tengah di tengah rasa cinta yang mendalam dan merasa sosok yang dicintai inilah pasangan hidup sesungguhnya. Untuk konteks Lindswell, ia memilih yang kedua. Ia berpindah keyakinan menjadi Muslim dan siap untuk menikah dengan Hulaefi.

Jika diamati, karena, Islam menjadi agama yang banyak dipeluk di Indonesia, kondisi ini direspon positif oleh publik Indonesia. Sebaliknya, jika selebriti berpindah agama yang bukan mayoritas, cibiran, nyiyir, dan upaya merisak akan terus bermunculan. Pernikahan Asmirandah, misalnya, bisa dijadikan contoh dalam konteks ini.

Pilihan Lindswell kepada faktor kedua ini yang membuat keluarganya masih tidak merestui hubungan dan rencana pernikahannya. Harus diakui, untuk memilih keyakinan ini, Lindswell juga tidak tiba-tiba. Ia telah berkomitmen untuk belajar Islam sejak tahun 2015 dan saat bertanding di Asian Games beberapa bulan yang lalu, ia juga sebenarnya sudah memeluk Islam. Namun, untuk menghindari polemik publik dan upaya konsentrasi pertandingan, hal itu dipendamnya lama.

Pilihan menjadi Muslim memang hak individu Lindswell. Meskipun demikian, ia harus belajar lebih jauh dan terus mendalami Islam sambil tetap rendah hati. Ini karena, tidak sedikit yang memeluk Islam kemudian merasa mendapatkan kebenaran yang paling benar lalu kemudian menjadikan konversi dirinya sebagai jalan mencari uang dan kemudian menjelekkan agama sebelumnya yang dipeluk oleh keluarganya. Akibatnya, perpindahan agama bukan lagi sebagai hidayah melainkan sebagai praktek dominasi ruang publik dengan memaksakan apa yang dianggap benar dan yang lain salah.

Selain itu, Islam dan praktek-praktek tradisi diskursifnya sangat luas dan memiliki ragam wajah dan ideologi, yang tidak bisa diringkus oleh satu intepretasi Islam yang tunggal. Namun di antara semua ragam ekspresi dalam Islam itu adalah ada satu hal yang perlu dipegang dan kemudian menjadi semacam pelajaran penting kepada Nabi Muhammad SAW diutus, yaitu menyempurnakan akhlak. Maksudnya, hubungan dan interaksi dengan sesama dengan penuh rasa hormat adalah upaya untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana Baginda Rasulullah ujarkan dan praktekkan.

Akhlak inilah yang seringkali kerap diabaikan dan di sisi lain terus-menerus melakukan proses purifikasi praktek berislam dengan syariatnya dengan membuat garis secara tegas atas apa yang boleh dan tidak. Padahal Islam bukan hanya agama yang menerapkan syariah tapi merupakan agama Ilmu yang memungkinkan bisa diterima oleh setiap masyarakat dengan konteks kebudayaan dan struktur sosial yang tumbuh didalamnya. Konteks inilah yang membuat Islam sebagai agama cinta.