Sabtu, 24 Desember 2016, Habib Prof Dr Quraish Shihab berkunjung ke kediaman KH Mustofa Bisri atau Gus Mus di Leteh, Rembang, Jawa Tengah. Pertemuan yang di-share Gus Mus di Facebook itu mendapat banyak respon dari fesbuker. Responnya rata-rata gembira dan berisi kekaguman atas dua tokoh tersebut. Puteri Gus Mus, Ienas Tsuroiya, yang mengabarkan pertemuan tersebut lewat Twitter juga mendapat tanggapan dan retweet banyak netizen. Juga cerita Wahyu Salvana, menantu Gus Mus, di Facebook.
Sebagaimana diceritakan Ienas, Gus Mus sekeluarga menyambut gembira kedatangan Pak Quraish beserta anak, menantu dan cucu-cucunya. Ruang tamu Gus Mus yang biasanya hanya berkarpet tanpa kursi pun diisi kursi. Tiga kursi ditempatkan di ruang tamu yang biasanya menampung puluhan tamu itu. “Maaf, saya ini tidak biasa dan tidak punya kursi. Jadi kami minjem tetangga, biar Om Quraish betah di sini,” kata Gus Mus, sebagaimana diceritakan Wahyu Salvana, menantu beliau.
Setelah mempersilakan Pak Quraish duduk, Gus Mus, yang enam bulan lebih muda dari Pak Quraish, langsung ndeprok di bawah, lazimnya santri kalau sowan kiai, sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang lebih alim. Tapi Pak Quraish meminta Gus Mus juga duduk di kursi. “Anda ikut duduk di sini, atau saya ikut duduk di bawah,” kata Pak Quraish.
Dua tokoh penting dalam dunia Islam Indonesia itu tampak sangat saling menghormati satu sama lain. Keduanya menjunjung tinggi sikap tawadhu. Saat waktu shalat maghrib tiba, keduanya saling mempersilakan untuk jadi imam, namun karena tidak ingin membuat makmum menunggu, Gus Mus mengalah mengimami.
Gus Mus, yang bareng Pak Quraish sama-sama belajar di Al-Azhar, Mesir, tampak sangat menghormati Pak Quraish. Dalam status fesbuknya, Gus Mus menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap keilmuan Pak Quraish, seorang hafidz Qur’an dan ahli tafsir yang mumpuni. Banyak karya terkait kandungan Al-Qur’an telah ia lahirkan. Maka Gus Mus sedih dan ikut mengklarifikasi saat ramai kontroversi bahwa Pak Quraish bikin pernyataan bahwa Nabi Muhammad tak dijamin masuk surga.
Sebagaimana ditulis dalam update Facebooknya, Gus Mus menjelaskan bahwa Pak Quraish tidak menyatakan Rasulullah tidak dijamin masuk surga. Pak Quraish justru sedang menunjukkan perkataan Rasulullah sendiri, yang berbunyi:
“Tak ada seorang pun yang amalnya bisa memasukkannya ke surga.”
Para sahabat pun bertanya, “Tidak juga paduka ya Rasulullah?”
“Tidak juga aku, kecuali Allah melimpahiku dengan anugerah dan rahmatnya,” jawab Rasulullah.
Gus Mus menyatakan keheranannya atas perilaku orang-orang yang mengedit penjelasan Pak Quraish tersebut. Padahal hadist itu umum diketahui oleh mereka yang belajar Islam, dan oleh karenanya semestinya mampu menangkap apa yang dimaksud Pak Quraish.
Dalam silaturahmi itu Pak Quraish juga menyinggung tuduhan Syiah terhadap dirinya, yang tidak berdasar. Dalam sebuah bukunya Pak Quraish memang mengutip pendapat ulama Syiah. “Pendapat itu saya kutip untuk melengkapi pendapat lain, sebagai bentuk pertanggungjawaban intelektual. Bukan berarti saya setuju pendapatnya,” jelas ayah Najwa Sihab tersebut.
Gus Mus mengingatkan perilaku memfitnah dalam bentuk mengedit pernyataan sebagaimana dilakukan terhadap Pak Quraish akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat. “Aku terpaksa menanggapi ini, karna sudah banyak orang termakan fitnah. Juga kasihan kalau kalau nanti dihisab di hari kiamat gak bisa jawab,” tulis tokoh NU yang juga pengasuh Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang ini.
Sementara dalam kesempatan silaturahmi itu, Pak Quraish yang tak mau dipanggil habib oleh masyarakat itu juga bertukar pandangan tentang sejumlah hal. Misalnya, beliau berpesan, “Seseorang yang rajin shalat, ngaji, sedekah dan sejenisnya belum bisa dikatakan baik jika masih menipu dan punya sifat suka iri hati.”
Dan sebagaimana lazim dalam silaturahmi kalangan pesantren, pertemuan itu ditutup dengan doa mengharap ridho Allah subhanahu wa ta’ala. Jika saat shalat Pak Quraish ngotot agar Gus Mus yang menjadi imam, saat doa gantian Gus Mus yang ngotot Pak Quraish yang memimpin doa. “Cucu-cucuku kan juga pengen didoain njenengan,” kata Gus Mus. []