Ketidakpuasan Terhadap Pemerintah Mempengaruhi Tingkat Radikalisme dan Intoleransi

Ketidakpuasan Terhadap Pemerintah Mempengaruhi Tingkat Radikalisme dan Intoleransi

Pengajaran guru agama serta ketidakpuasan terhadap pemerintah juga berpontensi dapat menambah tingkat radikalisme seseorang.

Ketidakpuasan Terhadap Pemerintah Mempengaruhi Tingkat Radikalisme dan Intoleransi

PPIM melakukan penelitian terkait pembentukan sikap keagamaan generasi kiwari (milenial dan z) serta generasi x. Dalam rilisnya, hasil penelitian ini sangat mengejutkan. Salah satu hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa mudahnya akses internet khususnya konten-konten negatif, seperti radikalisme, berpotensi besar memengaruhi sikap keberagamaan seseorang.

Selain itu, pengajaran guru agama serta ketidakpuasan terhadap pemerintah juga berpontensi dapat menambah tingkat radikalisme seseorang.

Penelitian ini dilakukan di 34 provinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel 2181 orang, yang terdiri dari 1522 siswa dan 337 mahasiswa serta 264 guru dan 56 dosen pendidikan Agama Islam.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua alat ukur untuk mengukur tingkat intoleransi dan radikalisme. Selain menggunakan alat ukur Implicit Association Test (IAT) untuk melihat potensi intoleransi dan radikalisme secara implisit, penelitian ini juga mengggunakan kuesioner self-report.

Dr. Yunita Faelanisa, yang merupakan Koordinator Survey menerangkan bahwa penekanan dalam survei ini adalah pada persoalan-persoalan toleransi beragama di Indonesia, seperti masalah-masalah khilafiyah antar umat Islam, pandangan mereka tentang kelompok Ahmadiyah dan Syiah, dan pandangan mereka tentang kebebasan beragama, dan lain-lain.

Penelitian ini juga menggali persepsi mereka tentang islamisme (hubungan agama dan negara), seperti pandangan mereka tentang Pancasila dan UUD 1945, syariat Islam, negara Islam, jihad, serta kesesuaian Islam dengan demokrasi.

Saiful Umam, Ph.D, sebagai Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) mengatakan bahwa sikap keberagamaan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni pengajaran yang diberikan oleh guru atau mentor agamanya, sumber pengetahuan agama yang ada di Internet, dan performa pemerintah selama tiga tahun terakhir.

“Bagi mereka yang berpendapat pemerintah belum perform dalam aspek tersebut bakalan cenderung lebih intoleran dan radikal,” terang Saiful saat rilis survey PPIM di Le Meridien, Jakarta Rabu (8/11) kemarin.