Saya jarang membuka channel yutub pengajian. Duh, ketahuan kurang beriman. Ya, yang sering saya lakukan di yutub paling mendengarkan suara Gus Dur jika sedang kangen pada beliau, memutar suara Gus Mus dan Abah D Zawawy Imron baca puisi, dan menyimak acara-acara haul Pondok Pesantren yang materi pengajiannya selalu bikin tenang karena mengingat kiprah para pendahulu dalam membangun Islam dan pendidikan di Indonesia.
Selebihnya, di yutup, tentu saja membuka channel jalan-jalan, channel talkshow hiburan dan channel makan-makan lebih menyehatkan pikiran. Maklum, banyak konten pengajian yang belakangan ini harus dipasangi judul-judul yang provokatif dan penuh kebencian agar klikbait.
Sebab satu misi riset sederhana untuk mengevaluasi kampanye-kampanye Islam moderat yang pernah muncul dan terlaksana di Indonesia, saya akhirnya menonton channel pengajian yang cukup bikin geleng-geleng.
Kampanye Islam moderat yang ada dalam daftar observasi saya, salah satunya tentu saja adalah Islam Nusantara, selain bentuk-bentuk lain seperti Islam Berkemajuan Muhammadiyah, Islam Cinta Haidar Baghir, dan Islam Damai Wahid Foundation, misalnya.
Islam Nusantara, tema Muktamar NU ke 33 tahun 2015 itu memang penuh kontroversi. Kontroversi itu meliputi apakah Islam Nusantara dapat diartikan sebagai Islam di Nusantara, yang itu berarti segenap praktik keberislaman yang ada di Nusantara selama ini, atau ia adalah Islam yang Nusantarawi atau bersifat Nusantara. Terminologi kedua itu rapuh, sebab selanjutnya kita perlu menyepakati mana-mana yang bersifat Nusantara. Monopoli tafsir kenusantaraan itulah yang selama ini menjebak dan berpotensi menjadi ekslusif. Di sisi lain, narasi Islam Nusantara juga lagi-lagi sekadar seperti bungkus baru dari narasi lama, yakni Islam NU.
Pandangan yang berkembang paling umum, pada akhirnya Islam Nusantara adalah Islam yang menganut Rukun Iman dan Rukun Islam yang sama dengan kaum Ahlussunnah wal Jamaah (Sunni) di bagian dunia mana pun seperti disepakati jumhur ulama yang otoritatif. Seperti Islam di belahan bumi yang lain, Islam datang di sebuah wilayah selalu sepaket dengan tokoh-tokoh yang menyebarkannya. Dalam hal ini, ortodoksi Islam Nusantara mapan bersama jaringan ulama seperti Nuruddin Ar Raniri, Abdurrauf As Singkili dan Muhammad Yusuf Maqassari sekembalinya mereka dari Makkah dan Madinah pada abad ke 17.
Singkatnya, Islam Nusantara ini ya Islam, tapi dengan fakta geografis, sosiologis, politik, dan lain-lain di Nusantara, ya pasti jadi punya sesuatu yang khas. Ngono to, rek?
Azyumardi Azra menyebut Islam Nusantara sebagai Islam berbunga-bunga (flowery Islam) karena mengamalkan Islam yang kaya dan penuh nuansa seperti ritual tahlilan, nyekar atau ziarah kubur, walimatus-safar (walimatul haj/umrah), walimatul khitan, tasyakuran, sampai empat bulanan atau tujuh bulanan kehamilan.
Di Yutub, tokoh NU yang paling banyak bicara soal Islam Nusantara adalah KH Said Aqil Siradj dan KH Ma’ruf Amin. Inti pemaparan dua tokoh tersebut sama. Islam Nusantara adalah model Islam moderat. Islam Nusantara memuat tiga unsur utama. Secara kalam, ia Asy’ariyyah. Secara Fikih, ia Syafiiyaah, meski juga menerima tiga mazhab Fikih Sunni lain. Secara tasawuf, Ia Ghazalian, baik yang dipraktikkan oleh individu maupun dalam bentuk organisasi tarekat dengan mursyid dan murid juga tata cara zikir tertentu.
Video KH Ma’ruf Amin yang menjelaskan landasan historis dan metodologis itu ditonton sebanyak 13 ribu kali. Sehingga, sampailah saya kepada video seorang Ustaz berjenggot lebat yang ditonton 230 ribu kali. Saya penasaran, apa yang ia paparkan.
Olala, ia mengawali ceramah bahwa umat Islam selalu diawasi oleh kaum Zionis dan misionaris. Lalu, salah satu agenda mereka adalah membentuk Jaringan Islam Nusantara yang berbahaya. Ia bilang, Islam Nusantara membolehkan salat dengan bahasa Indonesia, mentang-mentang di Nusantara. Duh, maneh teh katanya suka tabayyun tapi kok hobi fitnah yang menghasilkan dosa jariyah gini, Taz?
Propaganda Islam Nusantara dimulai dengan membaca Al Quran dengan langgam Jawa. Plis deh, apa yang keliru dengan langgam Jawa? Banyak juga kok santri yang pintar langgam Iran, langgam Turki, langgam Mesir.
Ustaz yang bergelar doktor itu menakut-nakuti bahwa Islam Madura, Islam Osing, Islam-Islam yang Nusantara itu tidak sama dengan Islamnya Rasulullah. Dengan tidak metodologis, ia menghubungkannya dengan Musadeq dan Lia Eden yang membawa agama baru. Heran, kok bisa ya gelarnya doktor kalau ngaco tak berdasar begini?
Menyimak paparan 10 menit itu, saya seketika miris pada tradisi ilmu yang diinjak demikian tega. Jamaahnya percaya, dan sekeluar dari forum itu pasti makin percaya diri untuk menyesatkan orang lain. Video penuh hoax itu ditonton 230 ribu kali.
Syukurlah, video Nella Kharisma ditonton 160 juta kali. Orang-orang ini saya yakin yang mepersatukan dan menyelamatkan Indonesia.