Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Said Aqil Siroj mengecam konflik yang terjadi di Timur Tengah dan beberapa negara Islam. Menurut Kiai Said, konflik di Timur Tengah merupakan wujud pecahnya persatuan ulama dalam menjaga bangsa. Hal ini, disampaikan Kiai Said dalam pembukaan International Summit of the Moderate Islamic Leaders (ISOMIL), di Jakarta Convention Center (JCC), Senin (9/5). Wakil Presiden Indonesia, H. Jusuf Kalla, membuka agenda ini di hadapan ratusan ulama yang hadir.
Agenda ISOMIL dihadiri oleh ulama-ulama dan cendekiawan dari 40 negara Timur Tengah, Eropa, Amerika, dan sebagian negara Asia. Tampak hadir dalam pembukaan, mantan presiden Megawati Soekarnoputri, beberapa menteri, pimpinan partai politik, ulama dan akademisi. PBNU menyelenggarakan ISOMIL dalam rangka mendorong perdamaian dunia, di tengah konflik sektarian, agama hingga sengketa ideologi beberapa negara.
“Wahai orang Arab, kenapa kalian berat sekali mengatakan Islam merupakan agama kemanusiaan? Karena di negeri kalian sendiri, masih terjadi perang saudara. Ulama tidak berdaya menghadapi ISIS,” ungkap Kiai Said.
Dalam pidatonya, Kiai Said menyatakan kesedihan mendalam betapa konflik agama dan politik yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah, merusak citra agama Islam. Kiai Said menyesalkan bahwa para ulama di Timur Tengah tidak berdaya menghadapi konflik-konflik internal agama, yang menghancurkan kehidupan warga.
Kiai Said menilai bahwa, konflik di Timur Tengah terus berulang, karena tidak ada rumusan titik temu antara agama dan negara. “Para ulama Timur Tengah tidak memiliki konsep titik temu antara agama dan negara,” jelas Kiai Said.
Beliau mengisahkan tentang prinsip kebangsaan yang dipraktikkan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. “Kiai Hasyim Asy’ari memiliki rumusan yang tepat, antara agama dan negara, antara prinsip Islam dan kebangsaan. Konsep hubbul wathan minal iman, kecintaan terhadap tanah air merupakan sebagian dari iman, berasal dari renungan Kiai Hasyim Asy’ari” terang Kiai Said.
Dalam ungkapan Kiai Said, pesan pendiri NU jelas tentang perjuangan menegakkan NKRI. Bahwa, mereka yang tidak berjuang untuk menjaga negara dan bangsa, maka tingkat imannya belum sempurna.
Dalam pidato yang disampaikan menggunakan Bahasa Arab, Kiai Said menjelaskan tentang makna Pancasila, yang sesuai dengan Islam. “Pancasila itu merupakan dasar dari negara. Dengan kapal yang bernama Pancasila, Insya Allah warga Indonesia akan damai, sejahtera dan aman,” ungkap Kiai Said.
Agenda ISOMIL, merupakan inisiasi Nahdlatul Ulama untuk mengkampanyekan gagasan Islam Nusantara, sebagai inspirasi peradaban dunia. Kiai Said menegaskan bahwa, pertemuan ulama dalam ISOMIL menjadi ruang dialog dan perumusan pernyataan bersama untuk menyelesaikan konflik agama di level internasional. Konsep Islam Nusantara yang digagas Nahdlatul Ulama, dapat menjadi referensi sikap bagi umat muslim dunia.
“Jika muslim Timur Tengah atau warga Eropa mau belajar tentang Islam yang ramah dan damai, datanglah ke Indonesia. Belajarlah kepada Nahdlatul Ulama,” jelas Kiai Said.[DP]