Abu Hafshin al Haddad adalah seorang sufi yang hidup sezaman dengan Asy Syibli dan Junaid Al Baghdadi. Kisahnya pertaubatannya sangat unik. Ketika masih remaja ia pernah tergila-gila dengan seorang gadis yang bekerja sebagai pelayan. Saking kasmarannya hidupnya merasa tidak tenang dan harus mendapatkan gadis tersebut. Hingga akhirnya Hafshin pergi ke dukun Yahudi pinggiran kota Naishapur untuk memuluskan niatnya.
Sesampai di tempat Si Dukun Yahudi itu, Hafshin mengemukakan masalah dihadapinya. Mendengar curhatan itu Si Dukun Yahudi memberikan beberapa saran “ Wahai Hafshin selama empat puluh hari janganlah engkau melakukan shalat. Selanjutnya janganlah kau patuhi perintah Allah dalam keadaan bagaimanapun. Kemudian engkau jangan lakukan perbuatan-perbuatan baik. Selama empat puluh hari engkau jangan sekali-kali menyebut nama Allah. Jangan pernah juga memikirkan hal-hal yang baik. Setelah semua benar-benar engku lakukan, maka sihirku akan sanggup membuat kehendakmu terhadp gadis itu tercapai.”
Benar juga, saking kepinginnya mendapatkan si gadis impiannya, Hafshin menuruti apa yang diperintah Si Dukun. Selama empat puluh hari Abu Hafshin benar-benar melaksanakan nasehatnya. Ia kemudian kembali ke pada si dukun karena belum ada hasilnya. Maka si dukun kemudian memberikannya sebuah jimat. Itupun ternyata hasilnya masih nihil. Hal ini membuat Hafshin marah. Kemudian ia menanyakan janji-janji si dukun.
“Pasti ada yang tidak beres dengan perilakumu selama 40 hari. Sudah pasti engkau pernah melakukan perbuatan baik selama 40 hari itu. Jika tidak, sudah pasti tujuanmu itu telah tercapai,” dalih si dukun.
Mendengar perkataan itu Hafshin pun mengelak dan berkata, “ Alu tidak pernah melanggar apa yang negkau perintahkan. Satu-satunya kebajikan yang ku ingat adalah menyepak sebuah batu ketika aku datang ke sini agar tak ada orang yang tersandung karenanya.”
Mendengar pengakuan Hafshin, Si Dukun kemudian berkata, “Jangan menjengkelkan Allah yang perintah-perintah-Nya hendak engkau “tentang” selama empat puluh hari ini. Dia tak akan menyia-nyiakan kemurahan-Nya walau untuk kebajikan kecil seperti yang telah engkau lakukan itu.” Apa yang dilontarkan Si Dukun, membuatnya terkejut. Hafshin menjadi sadar betapa Allah sangat Maha Pemurah. Akhirnya semakin yakin dan menanamkan dalam dirinya untuk terus bertaubat kepada Allah.