Persekusi, Kekerasan, dan Kisah Qabil Dan Habil

Persekusi, Kekerasan, dan Kisah Qabil Dan Habil

Persekusi, Kekerasan, dan Kisah Qabil Dan Habil

Beberapa waktu ini istilah persekusi mencuat di kalangan kita, disebabkan ada beberapa orang yang menjadi korban persekusi di kalangan masyarakat sipil. Dari seorang dokter perempuan hingga seorang lelaki remaja yang mendapatkan intimidasi hingga pemukulan, dan bukan hanya mengintimidasi pribadi secara fisik dan mental namun juga mengintimidasi keluarga dari para korban dengan pola yang sama.

Saya memasukkan ini sebagai kekerasan atas manusia, disebabkan kita sebagai manusia sudah dianjurkan oleh kitab suci dan dorongan hati naluri kita sebagai manusia untuk tidak menyakiti sesama manusia. Namun sekarang ini, keharmonisan di dunia nyata seakan-akan terkikis sebab kebisingan di dunia maya.

Kekerasan atas manusia saat ini mungkin lebih bising di dunia maya khususnya media sosial, tidak ada lagi ruang untuk berbeda dan berdiskusi dengan kepala dingin, hampir semuanya penuh dengan caci maki dan stigma untuk menghancurkan pribadi lawannya. Istilah seperti ‘kafir”, “antek penista agama”, dan juga mempertanyakan keimanan atau keberagamaan seseorang.

Namun kekerasan akhirnya menjalar ke dunia nyata, banyak sudah menjadi korban masalah dengan kebencian terhadap orang lain, mereka menyebutkan bahwa keadaan kita yang terpuruk dan tertindas ini adalah sebab satu ras yang mendominasi perekonomian dan saat ini mulai merambah ke perpolitikan. Mereka menganggap ini sebagai mengancam keberadaan mereka di negeri ini sebagai orang merdeka.

Seorang pemikir muslim asal Iran, Ali Syariati, dalam bukunya, Manusia dan Islam (buku asli dengan judul On Sociology  of Islam), terdapat satu bab yang berjudul Filsafat Sejarah : Qabil dan Habil.

Ali Syariati menuliskan filsafat sejarahnya sangat bernuansa Marx yaitu berorientasi pada materialisme dialektika yang notebene adalah pemikiran Karl Marx. Menurut Ali Syariati, penting untuk mereinterpretasikan kisah-kisah yang terkenal di kalangan muslim sebagai cerita awal kekerasan atas manusia.

Nama Qabil dan Habil tidak dituliskan dalam Alquran, namun sekelumit cerita saudara anak Adam ini ada diceritakan di surah Almaidah ayat 30-40. Informasi soal cerita anak Adam ini didapatkan dari Tarikh Al-Rasul wal Umat karya Thabari. Qabil dan Habil merupakan anak dari Nabi Adam yang masing-masing memiliki saudara kembar perempuan, yang kemudian oleh Nabi Adam memutuskan bahwa Qabil harus mengawini saudara kembar Habil dan Habil mengawini saudara kembar Qabil.

Namun Qabil berpendapat beda, sebab saudara kembarnya berparas lebih cantik dibanding saudara kembar Habil dan oleh sebab itu dia memutuskan untuk mengawani saudara kembarnya sendiri, dengan konsekuensi harus membunuh Habil. Terjadilah pembunuhan tersebut yang kemudian cerita lanjutannya dinukilkan oleh Alquran yang menceritakan bagaimana seekor burung mengajarkan kepada Qabil untuk menguburkan saudara yang telah dibunuhnya.

Seorang Ali Syariati memberikan interpretasi ulang mengapa seorang Qabil rela membunuh saudaranya sendiri, dengan melihat kejadian ini sebagai dimulainya sejarah manusia karena pertentangan kedua saudara ini memperlihatkan sebuah dialektika sejarah. Qabil yang dipercaya mewakili sistem pertanian dan Habil dari sistem pengembalaan, yang menurut Ali Syariati sebagai suatu sistem sosialisme primitif sebelum adanya sistem hak milik.

Di sinilah dimulainya pertarungan antara penguasa dan yang dikuasai, Habil si penggembala oleh Qabil sang tuan tanah. Oleh sebab itulah berakhirnya sistim milik bersama atas sumber-sumber produksi digantikan dengan sistem pertanian yang akrab dengan sistem milik pribadi, yang disertai tipu daya dan pelanggaran hak orang lain dengan memakai kedok agama.

Teori di atas disampaikan oleh Ali Syariati melihat dari awal kisah Qabil dan Habil, saat Nabi Adam menyuruh kedua saudara itu melakukan persembahan kepada Tuhan, Habil yang mempersembahkan unta miliknya yang terbaik sedangkan Qabil malah mempersembahkan sisa panennya yang tidak termakan dan sudah rusak. Kita bisa melihat dalam sejarah bahwa di masa perikanan dan perburuan, alam adalah sumber utama semua produksi, semua sumber kehidupan tersedia ada di alam tersedia untuk seluruh manusia.

Berbeda pada saat manusia mengenal dengan sistem pertanian, maka terjadilah revolusi dalam kehidupan manusia yang menurut Ali Syariati, adalah masa di mana manusia baru lahir sebagai manusia yang keji dan berkuasa, yang mana alam pada awalnya dipandang sebagai tanah milik bersama berubah menjadi hak khusus seseorang yang tidak mungkin lagi dimanfaatkan oleh orang lain. Yang pada awalnya pencarian dan perburuan dilakukan untuk kepentingan bersama berubah menjadi hak perseorangan atau pribadi.

Pada titik inilah Ali Syariati mencoba menawarkan kepada kita untuk melihat kontradiksi ini dengan kaca mata Karl Marx, di mana dalam teori Karl Marx : bukan hak milik yang menjadi faktor untuk memperoleh kepuasan, melainkan sebaliknya. Kekuasaan dan kekerasan merupakan faktor yang memberikan hak-hak milik kepada perseorangan. Kekuasaan menimbulkan hak-hak pribadi selanjutnya, hak-hak pribadi memantapkan kekuasaan dan memperkuatnya sebagai hal legal dan wajar.

Bila hak milik sudah menjadi acuan maka akan membelah masyarakat kesatuan. Bila hak-hak milik menjadi norma kebiasaan, tidak ada seorang pun yang merasa puas dengan jumlah yang benar-benar diperlukannya, begitu Ali Syariati menuliskan. Umat manusia yang awalnya menikmati alam dengan bebas, damai, tenang dan penuh gairah, telah terpecah menjadi dua kubu yang saling baku hantam, inilah yang dihadapi jika ada sekelompok minoritas memiliki tanah yang melampaui keperluan dan daya garapnya, sehingga memperkerjakan orang lain, maka lahirlah perbudakan.

Mereduplah semangat kemanusiaan, perdamaian dan kasih sayang, yang timbul adalah keserakahan, persaingan, pemuja harta, kecongkakan dan lain-lain sifat buruk manusia yang timbul sebab dari meningkatnya rasa ingin berkuasa sehingga tak ada rasa apapun saat menindas manusia yang lain.

Ali Syariati menegaskan dengan meninggalnya Habil setelah dibunuh Qabil, adalah sejarah yang membanting setir yang merupakan akhir dari komunisme primitif yang mana menurut Ali Syariati adalah sistem asli manusia. Digantikan dengan sistem produksi, yang melahirkan masyarakat kelas yang bisa membuat manusia menindas manusia yang lain.

Pada akhirnya, seorang manusia bernama Qabil adalah manusia yang awalnya baik, karena tidak ada manusia yang memiliki pembawaan yang jahat karena itu sudah difitrahkan dalam hidup manusia. Namun yang membuat Qabil menjadi jahat dan berani membunuh saudaranya sendiri adalah sistem sosial yang anti manusiawi, masyarakat kelas, rezim hak milik, pribadi yang menumbuhkan perbudakan dan pertuanan. Sistem inilah yang akhirnya membuat manusia akan menindas, mementingkan diri sendiri, sok ningrat dan egois yang keji dan serakah.

Sedangkan Habil, mewakili mereka yang tertindas dan menderita. Mereka yang sepanjang sejarah disembelih dan diperbudak oleh sistem Qabil, sistem hak milik yang merajalela di masyarakat. Perang ini adalah perang abadi yang melibatkan setiap generasi sepanjang sejarah. Dan wal hasil, apakah kekerasan yang dilakukan kepada sesama manusia akhir-akhir ini juga berorientasi pada kekuasaan, rasa menang sendiri dan mengkhianati kemanusiaan? Atau malah terperosok masalah kepemilikan?

Supriansyah, penulis aktif di komunitas GUSDURian Kalimantan Selatan dan Penggiat Literasi.