Kekeliruan Ustadz Akhir Zaman Memahami Hadis: Apa Iya Kalau Ada Ulama Ditangkap Itu Tanda Akhir Zaman?

Kekeliruan Ustadz Akhir Zaman Memahami Hadis: Apa Iya Kalau Ada Ulama Ditangkap Itu Tanda Akhir Zaman?

Saya dengar ceramah salah seorang ustadz akhir zaman di Youtube mengenai salah satu tanda akhir zaman. Katanya, di antara tanda akhir zaman itu ulama ditangkap-tangkapi. Apa Iya?

Kekeliruan Ustadz Akhir Zaman Memahami Hadis: Apa Iya Kalau Ada Ulama Ditangkap Itu Tanda Akhir Zaman?

Saya dengar ceramah salah seorang ustadz akhir zaman di Youtube mengenai salah satu tanda akhir zaman. Katanya, di antara tanda akhir zaman itu ulama ditangkap-tangkapi. Ia mengutip hadis:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ

Hadis ini terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan al-Tirmidzi, Sunan Ibun Majah, dan lain sebagainya.

Hhal yang membuat saya tergelitik, ustadz akhir zaman ini menafsiri hadis qabdhul ‘ulama dengan penangkapan para ulama. Walaupun memang dia juga menyebutkan, qabdhul ‘ulama itu Allah mengambil nyawa para ulama alias wafatnya para ulama.

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani memperkuat riwayat di atas dengan mengutip riwayat Imam Ahmad dan Imam al-Thabrani dari sahabat Abu Umamah.

لَمَّا كَانَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذُوا الْعِلْمَ قَبْلَ أَنْ يُقْبَضَ أَوْ يُرْفَعَ فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ كَيْفَ يُرْفَعُ فَقَالَ أَلَا إِنَّ ذَهَابَ الْعِلْمِ ذَهَابُ حَمَلَتِهُ ثَلَاثً مَرَّات

Saat haji wada’ atau haji perpisahan (yang terjadi pada tahun 10 hijriah atau kurang lebih setahun sebelum Rasulullah wafat), Rasulullah pernah berpesan, “Carilah ilmu sebelum ilmu itu dihilangkan oleh Allah.” “Kok bisa ilmu hilang, Rasul?” tanya seorang Arab badui. “Iya, bisa. Ilmu akan hilang sebab hilangnya pembawa ilmu.” Pesan ini Rasulullah ulangi sebanyak tiga kali.

Bahkan lebih jelas lagi, Imam Badruddin al-‘Aini dalam kitab ‘Umdatul Qari menyebutkan bahwa yang dimaksud qabdhul ‘ulama dalam hadis tersebut adalah mautu ahlihi, yaitu meninggalnya ahli ilmu, dan kemudian muncul orang-orang tak berilmu banyak memberi fatwa yang menyesatkan umat. Pendapat ini juga diamini oleh Imam al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi dan Imam al-Nawawi dalam syarah Shahih Muslim.

Bila merujuk pandangan ulama ahli hadis, penafsiran Ustadz akhir zaman yang menafsirkan qabdhul ‘ulama dengan penafsiran ulama itu ditangkap-tangkapi oleh penguasa itu jelas keliru. Yang sesuai dengan pandangan para ulama hadis, salah satu tanda akhir zaman itu banyaknya ulama yang wafat.

Kemudian, Ustadz akhir zaman itu bilang begini, “Nabi-nabi Bani Israil itu ditangkap, disiksa, dan dibunuh.” Terus dia bilang, ‘ulama’u ummati ka anbiya’i bani Israil, ulama umatku itu seperti nabi-nabi Bani Israil.

Padahal kalau kita lihat di kitab-kitab hadis, misalnya dalam kitab Kasyful Khafa wa Muzilul Ilbas karya Imam al-‘Aljuni, atau dalam al-Durar al-Muntasyirah karya Imam al-Suyuthi, hadis tersebut dianggap tidak bersumber dari Nabi, atau istilah ilmu hadisnya adalah la ashla lahu atau setingkat dengan hadis palsu.

Nah, saya juga tidak menafikan bahwa belakangan ini semenjak pandemi, banyak kiai dan habaib yang wafat, entah itu karena covid-19 atau sakit biasa. Ini bisa jadi memang tanda ilmu semakin berkurang, karena ulama-ulama yang berilmu sudah Allah wafatkan. Tapi bila penangkapan orang yang dianggap ulama, padahal misalnya dia punya masalah hukum, kemudian ini dikaitkan dengan dekatnya akhir zaman, tentu itu sangat tidak tepat dan tidak sesuai dengan pendapat-pendapat ulama yang kredibel.

Apalagi dalam konteks Indonesia, masih banyak ulama-ulama yang pendapatnya masih didengar oleh penguasa atau negara, baik secara langsung atau tidak langsung. Ini juga sejalan dengan pesan Allah kepada Nabi Musa yang diperintah oleh Allah dakwah dengan lemah lembut, sekalipun pada Firaun.  

*Jangan lupa follow akun Twitter Ustadz Ahong di sini