Kejamnya HOAX: Pengakuan Santri Korban Hoax

Kejamnya HOAX: Pengakuan Santri Korban Hoax

Kejamnya HOAX: Pengakuan Santri Korban Hoax

Abdul Wahab, demikian namanya, menjadi perbincangan publik dunia maya saat ia memberi makan dan merawat anjing yang ia temukan sedang sakit di kawasan pondok di Papua. Banyak yang salut dengan apa yang dilakukannya, tapi tak sedikit yang menghujat—karena anggapan anjing najis yang mesti dijauhi dan seterusnya.

Wahab termasuk aktif di social media, terutama Facebook, memosting tulisan atau hal-hal yang bisa mendekatkan hubungan antar umat beragama serta agar muslim Indonesia memeluk faham Islam yang ramah sesuai yang ia pelajari di pesantrennya. Ia juga mengelola sebuah website, santrionline.net, untuk mengenalkan dunia dan pemikiran kaum santri ke publik dunia maya. Namun dalam aktivitasnya itu tak sedikit yang tak suka dan menyerangnya. Fitnah beberapa kali dialamatkan kepadanya, yang berdampak pada hidup dan keluarganya. Dalam postingan terakhr di Facebook, ia menuliskan pengalamannya difitnah dan menjadi korban hoax. Berikut tulisannya:

“Saya termasuk orang yang sangat marah ketika ada orang yang membuat hoax tentang apapun dan sekecil apapun. karna hoax bagi saya sangatlah membahayakan. hoax bisa menghancurkan sebuah negara bahkan juga bisa menghilangkan sebuah nyawa.

Maret 2017 saya mengalami cobaan yang begitu sangat berat dalam hidup ini. Saat itu saya dituduh oleh beberpa orang sebagai tim buzer salah satu calon Pejabat di Indonesia. Tuduhan yang disematkan pada saya bukanlah tuduhan sederhana. Mereka dengan jumawa menuduh bahwa saya telah menerima ratusan juta dari seorang paslon. Saya dicap telah menggadaikan aqidah dan agama saya hanya untuk segepok uang.

Sialnya tuduhan hoax itu menyebar dengan sangat cepat kesluruh lini melebihi kecepatan cahaya.

Setelah hoax itu beredar, singkat dan cepat saya diacuhkan bukan oleh satu dua orang, tapi sampe ribuan orang sudah mengasih setempel pada saya kalo saya sudah jadi santri bajingan karna sudah menjadi buzer paslon yang beda iman.

Hoax tersebut akhirnya sampe pada Orang tua saya yang tinggal di kaki Gunung Slamet. Mendengar berita seperti itu kedua orang tua saya sakit, bahkan Abah saya sampai tidak mau dan tidak bisa makan berhari hari memikirkan anak kesayangnya dikabarkan dan dijelekan serta di acuhkan begitu rupa. Ratusan pelanggan bisnis saya tak lagi berbelanja, saya tak boleh lagi jualan ditempat biasa. Teman yang biasa saling sapa tiba tiba diajak salaman saya tidak mau.

Puncaknya, Saya harus kehilangan anak pertama saya :'( yang pada saat itu baru 4 dalam kandungan istri.

Hoax yang begitu kejam membuat istri saya yang pada saat itu hamil muda drop, bagaimanapun saat itu berbagai berita miring yang difitnahkan kepada saya sudah sangat sedemikian rupa. Istri yang lagi hamil hanya bisa hawatir dan menangisi suami tercinta yang menjadi korban dari keganasan jari jari para penyebar hoax. hingga ahirnya 9 maret 2017 istri mengalami pendarahan hebat dan kandungan yang kami idam idamkan, kami doakan, kami jaga tak bisa terselamatkan

:'(

Kalian para penyebar hoax mungkin tidak berfikir bahwa apa yang kalian fitnahkan itu bisa berdampak sedemikian rupa. Ingatlah, agama yang kita anut mengajarkan pada kita semua untuk TABAYUN ketika ada sebuah berita. jangan hanya karna politik dan ambisi menghikangkan sifat manusa dalam diri anda.

Inilah bebrapa hal yang saya alami hanya karna sebuah HOAX. sangat sangat menyakitkan.

Berfikirlah ketika kalian mau melakukan sesuatu kepada orang lain, jika sesuatu tersebut tidak ingin orang lain lakukan kapada anda, maka jangan lakukan hal itu pada orang lain. Karna kamu manusia dan orang lain juga manusia.

Kejadian di atas sudah hampir satu tahun. Tapi Sampe detik ini, saya belum bisa memaafkan mereka apalagi melupakan. Karena jari-jari tukang hoax saya harus kehilangan anak tercinta.”

 

Semoga pengalaman Wahab menjadikan kita lebih berhati-hati, karena jari kita boleh jadi menimbulkan malapetaka bagi pihak lain yang tak layak menanggung kesalahan yang tidak dilakukannya. Semua tindakan kita akan dimintai pertanggungjawaban di hari perhitungan (yaumul hisab) nanti, dan kehati-hatian perlu menjadi pijakan ditengah banyaknya kelompok kepentingan (politik dan ideologi) yang ingin menyeret banyak orang dalam pertarungan mereka.