Nabi Muhammad Saw diutus sebagai nabi dan rasul terakhir, bukan hanya sebagai pembawa pesan dari Allah Swt yang berisikan syariat saja, akan tetapi juga sebagai sosok suri tauladan yang baik. Ketauladanan Nabi Muhammad SAW tidak hanya nampak ketika berinteraksi dengan Tuhanya, akan tetapi juga ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Sehingga, pesan nabi Muhammad Saw yang berisi ajakan kepada Islam bisa lebih mudah diterima oleh masyarakat. mimpi basah
Ketauladan Nabi Muhammd SAW juga tidak terbatas pada ucapannya saja, setiap gerak-gerik perbuatanya juga mengandung ketauladan, yang tidak seperti sebagian dari kita yang hanya bisa mengatakan kebaikan lewat lisan saja, akan tetapi perbuatan tidak demikian.
Dari setiap perbuatan Nabi Muhammad Saw, mengandung suri tauladan yang baik bagi umatnya, baik dari perbuatan yang telihat sederhana hingga rumit, dari saat terbangun dari tidur hingga tidur kembali.
Perlu kita ketahui, ada beberapa keistimewaan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. Salah satunya ialah nabi tidak pernah mimpi basah dalam tidurnya. Walaupun kedua mata Rasul SAW terpejam, namun hatinya tetap terbangun.
K.H. Abdurrahman Nawi dalam kitabnya Sullamul Ibad mengutip bait-bait yang mengandung tanda-tanda kemulian nabi Muhammad SAW, salah satunya ketika beliau tidur:
لَم يَحْتَلِمْ قَطُّ طه مُطْلَقًا أَبَدَا # وَمَا تَثَاءَبَ أَصْلًا فِـيْ مَدَى الزَّمَنْ
وَقَلْبُهُ لَمْ يَنَمْ وَالعَيْنُ قَدْ نَعَسَتْ # لَا يَرَى ظِّـــلَهُ فِـيْ الشَّمْسِ ذُوْفَطِنِ
Tak hanya mengutip, KH Abdurrahman Nawi juga menerjemahkan syiir di atas dengan Arab-Melayu di dalam kitabnya, adapun artinya ialah:
Rasullah Saw tidak pernah mimpi basah baik sebelum menjadi nabi atau sesudahnya # Dan beliau tidak pernah menguap sepanjang masa.
Dan hatinya tidak pernah tidur, padahal matanya sudah mengantuk # Dan bayanganya yang di bawah sinar matahari tidak pernah dilihat oleh seseorang yang pandai.
Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nuruz Dzalam mengatakan, sebab Nabi Muhammad SAW tidak pernah mimipi basah ialah karena saat mimpi basah, setan sedang bermain-main di dalamnya, sedangkan nabi Muhammad SAW terjaga dari hal-hal yang bisa mengurangi derajat kemulianya.
Lalu, benarkah nabi Muhammad Saw ketika matanya terpejam ia tidak benar-benar tidur?
Dalam riwayat Jabir bin Abdillah, suatu hari Nabi Muhammad SAW dikelilingi para malaikat ketika beliau sedang tidur. Sebagian dari para malaikat berkata, “beliau sedang tidur”, sebagian dari mereka berkata, “mata dan hati beliau terbangun,” sebagian dari mereka membantah hal tersebut dan berkata, “mata beliau terlelap, akan tetapi hatinya tetap terbangun.”
Hal ini juga dikuatkan riwayat Anas bin Malik yang berbunyi:
…حَتَّى أَتَوْهُ لَيْلَةً أُخْرَى فِيمَا يَرَى قَلْبُهُ وَتَنَامُ عَيْنُهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ وَكَذَلِكَ الْأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلَا تَنَامُ قُلُوبُهُمْ
“Hingga pada malam berikutnya mereka mendatangi beliau (nabi Muhammad Saw) lagi, yang ketika itu hati (beliau) melihat, mata beliau tidur namun tidak untuk hatinya.”(H.R Bukhori).
Beberapa ulama menjelaskan maksud dari mata yang tertidur dan hati yang tetap terbangun pada diri nabi Muhammad SAW. Imam al-Qasthalani dalam kitabnya Irsyaadu as-Saari li Syarhi al-Bukhari, menyebutkan bahwa maksud hati yang tetap terbangun sedangkan mata tertidur ialah sehat dan tetap terjaganya hati Nabi Muhammad SAW, walaupun dalam keadaan tertidur.
Sebagian ulama lain berpendapat, maksud dari hal tersebut ialah jiwa dan hati nabi Muhammad SAW yang suci tetap terjaga dan tidak melemah dengan sebab istirahatnya jasmani beliau.
Semoga, kita bisa menambahkan kecintaan kita kepada nabi Muhammad Saw, Amin.
Wallahu a’lam.