Kehilangan Istri Saat Tawaf, Kisah Benyamin Sueb Naik Haji

Kehilangan Istri Saat Tawaf, Kisah Benyamin Sueb Naik Haji

Kehilangan Istri Saat Tawaf, Kisah Benyamin Sueb Naik Haji
Haji

Siapa yang tak kenal pelawak, pemeran film, dan penyanyi Betawi kelahiran Jakarta 5 Maret 1939 ini. Ya, Benyamin Sueb adalah salah satu aktor dan penyanyi legendaris yang telah menghasilkan lebih dari tujuh puluh lima album dan 53 judul film.

Sebagai pemeluk agama Islam, Benyamin termasuk seorang muslim yang cukup sering melaksanakan ibadah haji. Ia telah melakukan ibadah rukun Islam kelima ini sembilan kali. Meski demikian, menurutnya, dari sembilan kali perjalanan hajinya itu yang paling berkesan adalah saat menunaikan ibadah haji pertama bersama ibundanya.

Meski ibadah haji yang kedua dan seterusnya bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan, tetapi menurut saya yang paling berkesan selama sembilan kali menunaikan ibadah haji adalah haji pertama bersama ibu. Apalagi jika mengingat bagaimana saya menggendong ibu saya waktu sa’I. Waktu saya mengendong ibu, banyak orang yang meledek saya seperti onta. Tapi biarlah mereka ngomong apa saja. Barangkali, karena saya pelawak yam saehingga orang  – orang bermaksud melucu. Tapi waktu itu saya sedang tidak bermaksud melucu. Saya benar –benar terpanggil untuk membanu ibu. Walaupun sebenarnya juga tidak mau.

 Menurut pikiran saya dengan menggendong ibu sekaligus sebagai tanda bakti seorang anak terhadap ibu kandungnya. Itu belum seberapa jika dibandingkan engan bagaimana seseorang ibu dengan susah payah mendidik anaknya. Pokoknya belum seimbang, apa yang saya lakukan dengan pejuangan ibu dalam melahirkan , membesarkan dan mendidik anak – anaknya. Meski berat, tapi saya tetap gembira, karena saya lakukan dengan niat tulus ikhlas.

Yang jelas, kalau kita menunaikan ibadah haji, apalagi jika haji itu adalah haji yang pertama ada semacam pegalaman batin yang rasanya sulit untuk digambarkan dengan kata – kata. Ada semacam perasaan dekat sekali dengan Allah begitu berhadapan dengan Ka’bah. Saat ini saya tidak berfikir sama sekali hal –hal yang sifatnya duniawi, harta benda, anak,dll. Pokoknya yang ada di Indonesia tidak sempat terpikirkan. Yang ada hanya pikiran kea rah sana  ( Allah).

Hampir setiap orang yang melakasanakan ibadah haji memiliki pengalaman pribadi yang berbeda antar satu dengan lainnya. Tak terkecuali dengan haji yang dilakukan oleh Benyamin Sueb. Ia bahkan mengatakan bahwa dirinya banyak mengalami hal-hal yang bersifat aneh saat melaksanakan ibadah haji. Misalnya ia kehilangan sandal, kehilangan uang, bahkan sempat kehilangan istri yang juga menemaninya beribadah haji.

Saya merasa kehilangan istri itu pada waktu selesai Tawaf. Selesai Tawaf istri saya tidak kelihatan. Saya cari di tempat semula istri saya tidak ketemu. Saya cari kemana – mana juga tidak ada, saya benar – benar bingung. Di saat gelisah itulah saya pasrah, saya panjatkan doa kepada Allah . Aneh setelah saya berdoa, mata saya dengan jelas dapat melihat istri saya yang ternyata masi setia menunggu di tempat itu. Saya tidak tahu mengapa begitu. Yang jelas semua itu karena Allah semata. Apakah itu sebagai pertanda peringatan kepada saya atau apa, saya tidak tahu. Tetapi saya yakin, bahwa semua itu karena Allah.

Dari sini saya bisa menarik kesimpulan bahwa di tanah suci kita benar – benar disucikan. Kita tidak bisa berbuat apa –apa di hadapan Ka’bah kecuali hanya pasrah dan berdoa. Pokoknya kita amat kecil. Tidak ada pangkat, tak ada orang terkenal, yang ada hanya perasaan bahwa kita hamba Allah semata.

 

*) Umi Hani, mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon

**) Disarikan dari buku Haji Sebuah Perjalanan Air Mata (Pengalaman Beribadah Haji 30 Tokoh), Mustofa W. Hasyim & Ahmad Munif, (Yogyakarta: Bentang, 1993)