AFI (Kill The Messenger)
Percakapan tentang Afi anak Banyuwangi itu mulai surut. Mungkin dia dianggap sudah bisa dimatikan secara sukses. Aku tidak terima. Karena ada yang penting sekali tentang Afi yang jangan sampai dibiarkan menguap. Yaitu pesan-pesan yang dibawakannya. Isi pesan-pesan itu jauh lebih penting daripada sekedar apakah Afi menulisnya sendiri atau mengkopas tulisan orang lain.
Mereka yang ikut serta membesarkan Afi tempo hari, jelas melakukannya karena alasan yang berbeda dari orang-orang yang memviralkan berita tentang pedagang asongan, polisi, karyawan toko swalayan, atau guru TK yang cantik jelita. Afi diviralkan bukan karena Afi-nya, tapi karena isi pesan yang dipostingnya. Lepas dari apakah postingan itu tulisannya sendiri atau kopasan, masak iya engkau keberatan kalau anak SMA itu menjadi riang gembira karena dijempoli begitu banyak orang? Apalagi ada yang sampai menjempoli gingsulnya pula!
Mereka menjempoli Afi karena gembira membaca postingannya. Kalau toh benar ada penulis asli yang terkopas, sudah pasti yang menjempoli Afi tidak akan keberatan untuk menjempoli si penulis aslinya juga! Dan Afi bukannya tidak punya saham sama sekali dalam soal ini. Jelas postingan itu menjadi terkenal karena Afi. Pasti ada hubungannya juga dengan keberadaan Afi sebagai remaja yang masih SMA dan kelihatan tahu benar segala sesuatu terkait apa yang dipostingnya dan percaya diri dan sudah sering membuat tulisan yang tak kalah bagusnya dari postingan yang dipersoalkan itu dan cuma anak Banyuwangi pojokan Jawa sana.
Di pihak lain, mereka yang getol menghabisi Afi bukanlah dewa-dewa akademik yang murka ingin menjatuhkan laknat atas plagiat yang terkutuk! Mereka menggempur Afi bukan karena benci terhadap perbuatan kopas-mengkopas!
MEREKA MEMPESIANG AFI KARENA BENCI PADA ISI PESAN YANG DIPOSTINGNYA!
Mereka benci pada ajakan toleransi. Mereka benci ajakan kebangsaan. Mereka benci ajakan kebersamaan. Mereka benci ajakan membangun harmoni.
Mareka ingin keributan terus memuncak dan masyarakat terus terbelah karena cuma itu cara yang mereka tahu untuk merebut kekuasaan!
Aku menaruh harapan pada Afi. Kalau dia berminat, aku mau mengajaknya menulis tentang hal-hal yang menarik. Atau paling tidak, aku bisa membujuk teman-temanku yang hebat-hebat untuk membantunya cepat berkembang menjadi penulis yang lebih baik lagi.
*) Yahya Cholil Staquf