Tidak ada yang menyangkal bahwa membaca Al-Qur`an memiliki banyak faedah atau manfaat, baik itu yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Bukan hal yang mengherankan jika setiap muslim berlomba-lomba untuk membaca dan mengkhatamkannya.
Pada bulan Ramadhan, aktivitas pembacaan Al-Qur`an di kalangan umat Islam menjadi lebih semarak. Misalnya, kegiatan tadarus berjamaah secara bergiliran yang diadakan di masjid, mushola, hingga rumah-rumah warga pada malam hari seusai sholat tarawih.
Selain pembacaan secara berjamaah, biasanya setiap individu memiliki target masing-masing dalam rangka mengkhatamkan bacaan Al-Qur`annya pada bulan Ramadhan. Lalu, adakah waktu-waktu utama untuk mengkhatamkan Al-Qur`an? Jika ada, kapan waktu tersebut?
Imam an-Nawawi (w. 676 H) dalam at-Tibyan fi Adabi Hamalat al-Qur`an menuliskan beberapa riwayat tentang waktu yang terbaik untuk mengkhatamkan Al-Qur`an, termasuk juga di dalamnya waktu yang terbaik untuk memulai pembacaan baru setelah mengkhatamkan.
Pertama, sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud al-Sijistani (w. 275 H) yang menceritakan bahwa khalifah Utsman bin Affan memiliki kebiasaan berupa memulai bacaan Al-Qur`an pada Jum’at malam (malam sabtu) dan mengakhatamkannya pada Kamis malam (malam Jum’at) pada pekan berikutnya. (An-Nawawi, at-Tibyan, h. 62)
أن عثمان بن عفان رضي الله عنه كان يفتتح القرآن ليلة الجمعة ويختمه ليلة الخميس
Utsman bin Affan memulai bacaan Al-Qur`an pada Jum’at malam dan mengkhatamkannya pada Kamis malam.
Dengan demikian, ini berlaku untuk yang rutin mengkhatamkan Al-Qur`an sebanyak sekali dalam sepekan.
Kedua, pendapat Imam al-Ghazali (w. 505 H) dalam kitab Ihya` Ulumiddin yang mengatakan bahwa pada ada dua waktu yang utama dalam sehari, yakni ketika sholat subuh untuk khataman Al-Qur`an pada siang hari, dan ketika sholat maghrib untuk khataman Al-Qur`an pada malam hari, dan ini dilakukan secara bergantian.
والأفضل أن يختم ختمة الليل وأخرى بالنهار. ويجعل ختمة النهار يوم الإثنين في ركعتي الفجر أو بعدهما, ويجعل ختمة الليل ليلة الجمعة في ركعتي المغرب أو بعدهما ليستقبل أول النهار وأخره
Dan yang utama adalah mengkhatamkan Al-Qur`an pada malam hari, dan (khataman) lainnya (berikutnya) pada siang hari. Khataman siang hari dilakukan pada hari Senin dalam dua raka’at subuh atau setelahnya, sedangkan khataman malam hari dilakukan pada hari Jum’at dalam dua raka’at shalat maghrib atau setelahnya.
Pendapat al-Ghazali tersebut senada dengan kebiasaan sebagian tabi’in yang menyukai khataman Al-Qur`an pada awal malam hari (maghrib) dan awal siang hari (subuh).
Mengapa dipilih waktu subuh dan maghrib? Terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan alasan pemilihan kedua waktu tersebut. Misalnya, riwayat dari Mujahid yang diriwayatkan oleh Imam ad-Darimi (w. 255 H), (An-Nawawi, at-Tibyan, h. 63)
عن سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه قال: إذا وافق ختم القرآن أول الليل صلت عليه الملائكة حتى يصبح, وإذا وافق ختم القرآن آخر الليل صلت عليه الملائكة حتى يمسي.
Apabila khataman Al-Qur`an bertepatan dengan awal malam (maghrib), malaikat bersholawat kepadanya (orang yang mengkhatamkan Al-Qur`an) hingga pagi hari. Sebaliknya, apabila khataman Al-Qur`an bertepatan dengan akhir malam (subuh), malaikat bersholawat kepadanya hingga sore hari.
Itulah waktu-waktu terbaik untuk mengkhatamkan Al-Qur`an yang direkomendasikan oleh para salafus shalih. Semoga Allah SWT menganugerahkan kekuatan kita agar mampu istiqomah dalam membaca Al-Qur`an. Wallahu a’lam.