Jika Kita Merasa Paling Alim

Jika Kita Merasa Paling Alim

Ini tentang kesalahan kecil dalam diri kita

Jika Kita Merasa Paling Alim
Ilustrasi tasyahud atau tahiyat dalam shalat (Freepik)

Kesalahan kesalahan kecil dalam berdakwah akan dialami siapa saja. Ada yang kepeleset soal pembacaan sejarah. Yang lain salah mengutip ayat Qur’an dan hadits Nabi SAW

Banyak juga yang keliru dalam membaca teks Arab. Bacaannya tak sesuai dengan gramatika bahasa Arab–nahwu sharaf. Mestinya dibaca rafa’ malah nashab. Seharusnya ikut wazan فعل يفعل تفعيلا تفعلة, malah diikutkan wazan فعل يفعل فعلا.

Kekeliruan kekeliruan seperti itu kerap terjadi secara tak sengaja di tengah kepenatan muballigh memenuhi undangan ceramah yang terus menumpuk. Walau kita juga tak bisa mengingkari, kesalahan kadang terjadi akibat sang ustadz tak memiliki basis keilmuan Islam yang memadai.

Seperti yang lain-lain, saya juga sering keliru dalam mengutip teks-teks Arab ketika mengajar dan presentasi. Kekeliruan kadang baru saya sadari bahkan ketika saya sudah sampai di rumah lagi–teks yang tadi itu mestinya dibaca begini, koq tadi dibaca begitu.

Kalau mau diambil hikmahnya; kekeliruan demi kekeliruan yang dilakukan para ustadz dan tokoh itu kadang harus terjadi biar tak ada yang merasa paling alim sendiri. Sebab, sebetapapun rajinnya kita membaca, tetap saja ilmu kita tak seberapa.

Allah Swt berfirman, وفوق كل ذى علم عليم. Di atas yang alim, masih ada yang lebih alim. Makanya, tak ada yang pantas merasa paling alim sendiri.