Jihad dan Propaganda Islam Radikal (Bagian-3)

Jihad dan Propaganda Islam Radikal (Bagian-3)

Sebuah media adalah tempat bersemainya gagasan, bertukar ide dan pikiran. Tak jarang, mereka juga menjadi propaganda. Bagaimana islam radikal mengemas propaganda itu.

Jihad dan Propaganda Islam Radikal (Bagian-3)

Jika kita membuka voa-islam.com, pada bagian atas laman tersebut terdapat banner bergerak bertuliskan Solidaritas Keluarga Mujahidin. Selang beberapa detik, banner malih menjadi visual bertuliskan ‘Salurkan Donasi Anda’. Lalu berubah lagi ‘infaqdakwahcenter.com’, kemudian ‘Meraih Puncak Ketinggian Islam’. Empat visual itu berubah terus menerus bergantian, seperti berusaha menarik perhatian pengunjung.

Rupanya, ketika banner itu diklik akan mengarah ke laman infaqdakwahcenter.com. Web yang dikelola oleh voa-islam.com tersebut merupakan web penggalangan dana untuk mujahidin. Pertanyaannya, siapa yang mereka maksud dengan mujahidin? Jika secara sederhana mujahidin dimaknai sebagai orang yang berjihad. Jihad? Jihad seperti apa yang dimaksud voa-islam?

Tulisan pertama ketika banner Solidaritas Keluarga Mujahidin diklik berjudul Anak Mujahid Hidup di Lingkungan Kristen, Akan Masuk Pesantren Butuh Biaya Rp 7 Juta. Ayo Bantu!! Tulisan itu dibuka dengan:  Tanpa didampingi suami, Ummu Khonsa harus mengasuh ketiga anaknya dengan segala keterbatasan. Sang suami dipenjara karena aktivitas jihad, sementara lingkungan keluarga yang Kristen semua tak mungkin membantu biaya pendidikan anak-anaknya di pesantren Tauhid.

Kita tentu bertanya-tanya, aktivitas jihad seperti apa yang berujung penjara? Di paragraf berikutnya, kita mendapat keterangan: …suaminya yang aktivis gerakan jihad dan penegakan syariat Islam dipenjara karena aktivitas nahi munkar sebuah gereja di Solo.

Lagi-lagi kita bertanya, aktivitas nahi munkar apa yang dilakukan di geraja sehingga harus dibui? Sayangnya kita tidak mendapat penjelasan lebih lanjut. Hanya terdapat keterangan bahwa Infaq Dakwah Center (IDC) memberikan bantuan pendidikan kepada Ummu Khonsa agar dua anaknya tidak putus sekolah.

Tulisan ini tidak hendak menyoal bantuan yang diberikan oleh IDC. Sah-sah saja suatu lembaga memberikan bantuan kepada individu atau kelompok yang mereka anggap membutuhkan. Hanya saja, yang ingin disoroti oleh tulisan ini adalah kontruksi voa-islam.om atas kata mujahidin. Berbeda pendapat dalam memkanai kata mujahidin dan jihad tentu dibolehkan. Akan tetapi konstruksi voa-islam.com perlu dikritisi.

Sebagaimana dijumpai pada media islam serupa, arrahmah.com misalnya, kata jihad/mujahidin hampir selalu dimaknai sempit. Jihad diberi arti perang dan mujahidin adalah orang yang berperang. Yang lebih ‘berbahaya’, oleh voa-islam.com mereka yang dipenjara karena kasus teroris disebut mujahidin.

Mereka juga menyebut pemerintah/polri sebagai thagut. Sebagaimana tertera pada caption foto penyerahan bantuan IDC: Membantu persalinan Ummu Ali Akbar di RS Tangerang, sang suami dipenjara thagut di Nusakambangan karena i’dad di Aceh. (Tak salah jika kita bertanya: i’dad serupa apa yang pelakunya dipenjara?)

Kita patut menduga bahwa nahi munkar dan i’dad yang dilakukan oleh ‘mujahid’ dan diganjar penjara itu adalah nahi munkar dan i’dad yang salah tempat. Jangan-jangan yang mereka maksud dengan aktivitas-nahi-munkar-di-sebuah-gereja-di-Solo adalah penyerangan gereja atau merencakan peledakan gereja. Bisa jadi yang mereka maksud dengan i’dad di Aceh adalah kepemilikan senjata ilegal dan berlatih secara militer untuk tujuan tertentu (penyerangan pos polisi). Jika memang maksud mereka seperti yang kita duga tentu tak aneh jika mereka dipenjara. Dan tentu saja mereka bukan mujahid. Aktivitas mereka pun bukan jihad (sebagaimana dimaknai sebagian besar ulama).

Terang kiranya voa-islam.com sedang melakukan propaganda. Menurut Andreas Harsono, wartawan senior, propaganda adalah suatu peliputan, penulisan, serta penyajian informasi di mana fakta-fakta itu disajikan, termasuk ditekan  dan diperkuat pada bagian tertentu, agar selaras dengan kepentingan ideologi atau kekuasaan yang memanipulasi komunikasi tersebut.

Teknik propaganda yang mereka gunakan adalah glittering generalities. Teknik tersebut bermakna upaya mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui suatu hal tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Pilihan kata nahi munkar dan i’dad adalah contoh nyata. Dua kata tersebut sebetulnya bermakna bagus. Namun, mengapa melakukan perbuatan yang baik justru dipenjara?

Berhadapan dengan media-media serupa voa-islam.com atau arrahmah.com atau yang sejenisnya, netizen diharapkan mampu berlaku kritis.

Jika apa yang mereka sajikan, terutama seputar tema jihad, ditelan mentah-mentah maka dapat berakibat buruk. Pemahaman yang salah terhadap jihad melahirkan tindakan-tindakan melawan hukum (teror) yang merusak citra Islam. Voa-islam.com sudah menunjukkan contoh: aktivitas nahi munkar di sebuah gereja di Solo yang berujung penjara.

Laku jihad dan nahi munkar yang mereka praktikkan sudah barang pasti bertentangan dengan Islam yang rahmatan lil alamin.[]

A. Zakky Zulhazmi adalah peneliti dan penulis buku Propaganda Islam Radikal di Media Siber (2015). Alumnus pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Baca Juga tulisan sebelumnya: Jihad dan Propaganda Islam Radikal (Bagian 1) dan Jihad dan Propaganda Islam Radikal (Bagian 2)

sumber gambar: di sini