Jihad dan Propaganda Islam Radikal (Bagian 1)

Jihad dan Propaganda Islam Radikal (Bagian 1)

Di era digital, media islam radikal berkembang dan berubah jadi propaganda. Tapi, jika merujuk pada etika jurnalistik, tidak terdapat netralitas dan cover both side.

Jihad dan Propaganda Islam Radikal (Bagian 1)

Gagasan kelompok Islam radikal disemai di banyak media, salah satunya melalui media siber. Di antara banyak tema yang mereka kemukakan, tema jihad menjadi tema yang menonjol. Jika disalahpahami, jihad bisa bermakna negatif. Sayangnya, jihad kerap kali dimaknai tunggal, yaitu sebagai perang. 

Jarang sekali ditemui di portal-portal Islam radikal, jihad dengan makna lain, misalnya menuntut ilmu, mencari nafkah, melawan kemiskinan dan kebodohan dll. Kalau pun ada, hal itu bukanlah jadi tema utama. 

Saya meneliti rubrik Jihad Zone (arrahmah.com) selama bulan Oktober-Desember 2014 untuk mengetahui bagaimana arrahmah.com menarasikan makna jihad melalui rubrik tersebut. Mencermati tulisan-tulisan di rubrik Jihad Zone akan tampak kesan yang kuat bahwa arrahmah.com memaknai jihad secara sempit (distorsif). Nyaris seluruh yang tampil di rubrik tersebut hanya tulisan tentang perang (utamanya perang di Timur Tengah). 

Boleh jadi informasi-informasi tersebut perlu diketahui masyarakat Timur Tengah, namun tidak terlalu relevan untuk pembaca Indonesia. Alih-alih menjadi sesuatu yang informatif, tulisan-tulisan itu bisa jadi justru menjadi sangat provokatif. Jika dikonsumsi secara terus-menerus besar kemungkinan memunculkan kebencian buta terhadap kelompok-kelompok yang dicitrakan sebagai penjahat (Amerika, Israel).  

Selanjutnya, apabila dintinjau dengan analisis naratif model oposisi biner Levi-Strauss, tulisan-tulisan di rubrik Jihad Zone menarik garis pembeda yang tajam antara kelompok mana yang mereka sebut lawan dan kelompok mana yang mereka anggap kawan. Fakta tersebut memperkuat posisi arrahmah.com yang enggan mengacu pada kaidah dan etika jurnalistik. 

Prinsip cover both side jelas dikesampingkan oleh arrahmah.com. Hal tersebut meneguhkan posisi arrahmah.com sebaga portal yang tulisan-tulisannya tidak dapat disebut sebagai berita dan tidak layak menjadi referensi.

Propaganda ala arrahmah.com

Tulisan-tulisan yang tersaji di arrahmah.com bukanlah berita (yang taat kode etik) melainkan propaganda. Terdapat sejumlah teknik yang lazim digunakan dalam suatu propaganda. Teknik name calling (memberi label buruk kepada pihak-pihak tertentu) menjadi teknik yang paling sering digunakan arrahmah.com. 

Siapapun yang mereka anggap berseberangan/musuh, maka label buruk akan disematkan kepadanya (misalnya label kafir, murtad, penjajah, musuh). Sebaliknya, teknik bandwagon (membaguskan kelompok tertentu) mereka gunakan untuk memberi citra baik kelompok yang mereka anggap kawan.

Beberapa judul yang digunakan arrahmah.com di rubrik Jihad Zone antara lain: Empat tentara kafir AS tewas dalam serangan Mujahidin IIA di Logar, Operasi Mujahidin IIA di Camp Bastion: 280 tentara musuh tewas, 200 kendaraan hancur!, Empat tentara penjajah AS tewas dalam serangan bom di Parwan. Pemilihan dan pengunaan istilah ‘musuh’, ‘kafir’, dan ‘penjajah’ merupakan simbol yang dihadirkan arrahmah.com untuk konsumsi pembaca.

Jika merujuk pada etika jurnalistik, tidak terdapat netralitas sama sekali dalam tulisan-tulisan arrahmah.com sebagaimana dicontohkan di atas. 

Arrahmah.com sudah terjebak pada pemberian label (musuh, penjajah dll) yang tidak selaras dengan kaidah jurnalisme. Usaha arrahmah.com untuk menggiring pembaca (kontrol opini) pada pemaknaan tertentu atas istilah musuh, kafir, dan penjajah tertangkap jelas. Teknik propaganda yang digunakan arrahmah.com pada konteks ini adalah teknik name calling, yakni memberi label buruk pada objek tertentu.

Jacques Elull, penulis buku Propaganda: The Formation of Men's Attitudes, menyatakan bahwa propaganda mampu mengarahkan seseorang kepada satu sistem tertentu, ‘membekukannya’ dalam sebuah ‘cetakan’, melakukan standarisasi ide, mengukuhkan stereotip, serta mengatur pola pikir.  Apabila dicermati, poin-poin yang disebutkan Ellul dapat dijumpai pula pada propaganda yang dilakukan arrahmah.com. 

Misalnya bagaimana arrahmah.com berupaya membangun makna jihad yang tunggal, yang jika dilihat dari kacapandang Ellul dianggap sebagai ‘melakukan standarisasi ide’ atau dapat pula ‘membekukan dalam suatu cetakan’. Stereotip Amerika-Israel adalah musuh dan penjajah juga terus diteguhkan oleh arrahmah.com yang juga bisa dipahami sebagai bentuk mengantur pola pikir pembaca.

Arrahmah.com tidak tanggung-tanggung dalam memberi label buruk. Dalam tulisan berjudul Para komandan militer dan tangan kanan Syaikh Usamah bin Ladin (4 November 2014) arrahmah.com memuat: "… Di penjara Dinas Intelijen Perang Mesir, perwira intelijen Sulaiman si anjing menyiksa Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi secara keji, semoga Allah membalas anjing itu dengan siksaan yang setimpal. "Kita tidak bisa membayangkan tulisan barbar itu dibaca banyak orang dan kian mengobarkan kebencian.

Perhatikan juga tulisan provakatif serupa ini: Sesungguhnya peperangan-peperangan di kawasan Timur Tengah telah melahirkan ribuan generasi muda muslim yang tidak gentar dengan kematian! Mereka adalah generasi yang merindukan kematian dan puncak cita-cita mereka adalah mengorbankan nyawa mereka secara murah dalam jihad di jalan Allah (Dalam tulisan berjudul Pesan audio terbaru Amir Jabhah Nushrah Syaikh Al-Fatih Abu Muhammad Al-Jaulani Hafizhahullah, diunggah 1 Oktober 2014). 

Melihat propaganda dan pemaknaan jihad yang ditampilkan oleh arrahmah.com kiranya harus disikapi dengan gencarnya para pegiat Islam damai (dan netizen pada umumnya) untuk mengunggah konten-konten Islam ramah sebagai bentuk perimbangan. Sebab blokir (oleh pemerintah) bukan jalan yang efektif dan bahkan sia-sia. []

A. Zakky Zulhazmi adalah peneliti dan penulis buku Propaganda Islam Radikal di Media Siber (2015). Alumnus pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.