Jelang 40 Tahun, Penerbit Mizan Gelar Acara “Menuju Titik Terang Mizan 40: Kurator Pencerahan”

Jelang 40 Tahun, Penerbit Mizan Gelar Acara “Menuju Titik Terang Mizan 40: Kurator Pencerahan”

Jelang 40 Tahun, Penerbit Mizan Gelar Acara “Menuju Titik Terang Mizan 40: Kurator Pencerahan”
Suasana Konferensi Pers “Menuju Titik Terang Mizan 40: Kurator Pencerahan” di M Bloc Space, Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (22/10). (Foto: M. Naufal Hisyam, Islami.co)

Jelang usianya yang akan menginjak 40 tahun pada Maret 2023 nanti, Penerbit Mizan menggelar acara “Menuju Titik Terang Mizan 40: Kurator Pencerahan” pada Sabtu (22/10). Acara tersebut digelar di M Bloc Space, Blok M, Jakarta Selatan mulai pagi hingga malam hari.

Selama kiprahnya sebagai salah satu penerbit buku terbesar di Indonesia, Mizan tak lepas dari berbagai tantangan dan ujian. Mulai dari rendahnya minat baca, pola pikir sebagian masyarakat yang sulit menerima gagasan baru, hingga musibah pandemi yang menekan berbagai industri termasuk industri buku. Belum lagi ancaman punahnya buku-buku cetak seiring dengan perkembangan dunia digital.

Mizan sendiri sudah lama bersentuhan dengan ranah penerbitan digital. Hal itu dilakukan sejak paruh kedua dekade ’90-an, melalui penerbitan buku digital Wasiat Sufi karya Yamani di laman mizan.com, yang dipercaya merupakan laman penerbitan buku digital pertama di Indonesia. Semasa dengan itu, Mizan juga merintis penjualan buku online melalui laman ekuator.com. Upaya merambah dunia digital terus berlanjut, seperti merilis phone-novel book (novel yang bisa dibaca melalui ponsel) pada 2006, menjadi penerbit pertama yang menjadi mitra Google Book pada 2008, hingga melakukan kerjasama pemasaran ebook dengan beberapa platform digital.

“Sejak pertama kali Mizan meluncurkan ebook di Indonesia, hubungan cetak dan digital ini bisa dibilang ngeri-ngeri sedap. Ada ancaman matinya industri buku, juga literasi yang dibangun dalam senarai konten hiburan yang lebih menarik,” tutur Salman Faridi, CEO Bentang Pustaka, salah satu kelompok Penerbit Mizan.

Salman menambahkan, konten digital sendiri merupakan kelanjutan lain dari konten cetak. Dari konten cetak itu para content creator membuat konten yang lebih menarik dan mudah dipahami. Karena itu, era digital memberi kesempatan baru untuk berkolaborasi sekaligus menjadi ladang pemasukan.

“Dari sisi dalam penerbit Mizan yang akan segera berulang tahun ke-40, saya melihat dengan penuh gairah dunia luas yang disesaki generasi baru yang haus konten ini,” lanjutnya.

Sementara itu, Direktur Utama Kelompok Penerbit Mizan, Haidar Bagir, mengatakan bahwa Mizan menyadari adanya perkembangan zaman yang membawa perubahan. Karena itulah, Mizan ingin selalu hadir sebagai ‘titik terang’ dalam setiap perubahan yang terjadi, tak lain melalui buku-buku yang diterbitkan.

“Semuanya itu demi memelihara semangat untuk menghargai setiap perbedaan, keterbukaan terhadap beragam perspektif. Tetap aktual dengan perkembangan zaman sembari terus tumbuh dan berkembang dengan bernas,” Ucapnya.

Ketika ditanya oleh seorang peserta yang hadir dalam konferensi pers “Menuju Titik Terang Mizan 40: Kurator Pencerahan” tentang nama acara itu, Haidar menjelaskan kedudukan Mizan sebagai kurator yang mencerahkan. Dari jutaan pengetahuan yang tersebar, Mizan hadir untuk mengkurasi jutaan pengetahuan tersebut.

Pengetahuan sendiri ibarat titik-titik cahaya yang terang. Titik cahaya itu, ketika terlalu banyak justru menyilaukan, bukan mencerahkan. Karena itu, dari jutaan titik cahaya perlu dikurasi menjadi beberapa titik agar cahayanya bisa menerangi dan mencerahkan kegelapan secara proporsional dan tidak menyilaukan. Karena, ketika cahaya menyilaukan, mereka yang melihatnya tidak akan mendatanginya, melainkan malah akan berbalik menghindari silauan cahaya itu.

Haidar juga menjelaskan tentang kata ‘Mizan’ yang beliau pilih menjadi nama usaha percetakannya kala itu. Mizan diartikan oleh Haidar sebagai seimbang. Harapannya, melalui Penerbit Mizan, beliau mampu memastikan orang-orang menerima informasi yang seimbang. Tak heran apabila buku-buku yang diterbitkan oleh Mizan tidak terbatas pada suatu pandangan tertentu saja. Karena, untuk bisa memberikan informasi yang seimbang, Penerbit Mizan harus mampu menerima beragam pandangan atau perspektif yang berbeda-beda. Khususnya di era post-truth (pasca kebenaran) seperti saat ini.

“Inilah saat di mana manusia membutuhkan informasi yang seimbang,” imbuhnya.

Acara “Menuju Titik Terang Mizan 40: Kurator Pencerahan” menyuguhkan berbagai kegiatan menarik. Seperti pameran museum ‘Menuju Titik Terang’, Talkshow dengan para penulis dan seniman terkemuka, serta penghormatan kepada beberapa tokoh yang telah berpulang seperti Budi Darma, Buya Syafi’i Ma’arif, Jalaluddin Rakhmat, dan Munif Chatib. Selain itu, ada juga penampilan musik dan program pengembangan kreativitas anak-anak.

Acara ini juga menghadirkan penulis dunia, Eric Weiner. Ini merupakan kesempatan pertama dirinya untuk bertemu para pembaca bukunya yang ada di Indonesia. Beberapa buku karya Eric telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Mizan. Antara lain: The Geography of Bliss (2008), The Geography of Fatih (2011), The Geography of Genius (2016), dan The Socrates Express (2020).

Selain itu, dalam acara “Menuju Titik Terang Mizan 40: Kurator Pencerahan” juga dilangsungkan penganugerahan Kuntowijoyo Award. Anugerah ini merupakan penghargaan bagi para ilmuwan, tokoh, maupun intelektual berprestasi. Mereka berjasa dalam mengembangkan penelitian dan praktek dari berbagai bidang keilmuan sosial dan humaniora. Juga karya-karya kebudayaan. Anugerah ini pertama kali terlaksana pada 2009, yang saat itu dianugerahkan kepada sastrawan dan budayawan, Radhar Panca Dhana. [NH]