Jackie Yi-Ru Ying, demikian nama lengkap ilmuan Muslimah ini. Perempuan yang akrab disapa Profesor Ying ini lahir di Taipei, Taiwan, pada tahun 1966.
Ketika usianya masih tujuh tahun, ia pindah ke Singapura bersama keluarganya dan menempuh pendidikan di Raffles Girls School. Menginjak usianya 15 tahun, Ying dan keluarganya hijrah ke New York, Amerika Serikat.
Di Negeri Paman Sam itu, Ying menimba ilmu hingga meraih gelar pertamanya dari Cooper Union New York dengan predikat summa cum laude. Ia pun melanjutkan kuliah di Princeton University, New Jersey, dan menerima gelar master pada tahun 1988, dan gelar PhD-nya pada tahun 1991. Kedua gelar itu diraih di bidang teknik kimia.
Meski terbilang masih muda, 26 tahun, Ying telah mengajar di Departemen Teknik Kimia di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Hanya dalam kurun waktu sepuluh tahun setelah itu, Ying diangkat menjadi profesor penuh. Usianya yang masih 35 tahun itu menjadikan ia salah satu profesor penuh termuda di MIT pada masa itu.
Kini, Ying adalah direktur sebuah lembaga riset bidang rekayasa hayati dan nanoteknologi (IBN) Singapura. Lembaga ini didirikan oleh Ying pada bulan Maret 2003. Sejauh ini, di bawah kepemimpinan Ying, IBN telah berkembang dan memiliki 150 staf riset.
Produktivitas IBN dapat dilihat dari publikasi ilmiah yang mencapai 1.260 lebih makalah di berbagai jurnal terkemuka. Tak hanya itu, lebih daripada 685 aplikasi paten ditelurkan oleh lembaga ini.
Lembaga penelitian nasional ini juga telah melahirkan 122 mahasiswa bergelar Ph.D. Staf IBN sendiri telah membimbing lebih dari 2.500 siswa dan guru dalam penelitian magang penuh waktu untuk jangka waktu minimal sebulan.
Penelitian Ying sendiri bersifat interdisipliner. Perempuan berjilbab ini telah menulis lebih dari 350 artikel. Sedemikian, kompetensinya sebagai ilmuan diakui secara luas di berbagai belahan dunia.
Deretan penghargaan yang pernah diterimanya antara lain: American Ceramic Society Ross Purdy Award untuk kontribusi paling berharga terhadap literatur teknis keramik pada tahun 1993, National Science Foundation Young Investigator Award hingga terpilih sebagai salah satu dari 500 Muslim paling berpengaruh di dunia sejak 2012 hingga tahun ini.
Sumbangsi Islam bagi Ying
Tahun lalu, ia menyampaikan pidato saat menerima Penghargaan Mustafa di Tehran, Iran sebagai “Top Scientific Achievement Award”. “Nabi kita Muhammad SAW, telah menganjurkan pada kita untuk mencari ilmu pengatahuan, tentu saja karena ilmu pengetahuan adalah kunci untuk meningkatkan martabat hidup manusia,” katanya.
Baginya, ilmu pengetahuan memvalidasi eksistensi Allah yang menciptakan dan merawat seluruh makhlukNya. Setelah mengucapkan terima kasih pada beberapa orang yang telah berjasa dalam hidupnya, Ying berkisah bahwa dirinya masuk Islam pada usia 34 tahun.
Di Negeri Mulla itu, Ying juga mendapat penghargaan lifetime achievements dari markas ilmuan bernama Silicon Valley of Iran. Penghargaan diberikan di Iran’s Pardis Technology Park (PTP) sebuah kota satelit yang berjarak 20 kilometer (12 mil) dari Tehran. Taman ini juga berdekatan dengan Perusahaan Telekomunikasi Stasiun Bumi Satelit Iran, di kaki pegunungan Alborz.
Taman seluas 38 hektar ini disebut-sebut sebagai sebagai surga teknologi di Iran, yang mekanisme pengawasannya langsung oleh kepresidenan dan dewan pengawas 14 entitas dari kementerian, pusat sains, dan akademi.
Di tempat ini, sekitar 75 perusahaan telah menandatangani kontrak untuk membangunan pusat Litbang mereka. Dan salah satu upaya untuk mengembangkan visi dan inspirasi para ilmuan di sana, dibuatlah patung-patung para ilmuan terkemuka di dunia yang karya-karyanya memiliki pengaruh besar bagi kelangsungan hidup umat manusia. Salah satu patung ilmuan itu adalah Jackie Ying.
Ying bilang, Islam sudah mengubah kehidupannya, dan memberi acuan kepadanya dalam menemukan arti kehidupan yang sudah dicarinya sejak kecil.
*Selengkapnya tentang Jackie Ying bisa dibaca di islamindonesia.id