Dalam waktu beberapa tahun terakhir, persepsi negatif tentang Islam berkembang di Eropa. Negara-negara Eropa diselumiti wabah yang menjangkiti mental warga negaranya, yakni tentang kesalahpahaman memaknai Islam.
Hal ini juga terjadi di Inggris, negeri yang saat ini sedang berjuang menuntaskan perdebatan kebijakan Brexit. Di Inggris, negeri yang dihuni penulis selama satu tahun terakhir, virus Islamophobia meningkat.
Sebenarnya, kebencian terhadap orang Islam, atau setidaknya penyerangan terhadap kaum muslim di Inggris, bukan serta merta hadir. Kondisi ini harus kita maknai dalam konteks hubungan Eropa dan Islam selama berabad-abad, terutama luka sejarah dari Perang Salib.
Namun, kebencian terhadap pemeluk agama, tidak hanya dirasakan oleh komunitas muslim semata. Orang-orang Yahudi di Inggris juga mengalami perasaan yang sama, berupa penyerangan dan penghinaan di ruang publik, yang cenderung meningkat. Simbol-simbol Yahudi sering menjadi sasaran hujatan dan vandalisme.
Di sisi lain, penulis melihat bagaimana pertumbuhan komunitas Islam di berbagai kawasan, membawa angin sejuk. Sejumlah komunitas muslim bertumbuh di kota-kota di belahan Inggris, dengan segala macam wajah, aliran, dan atributnya. Kebanyakan, komunitas muslim yang menggeliat, dari orang-orang imigran asal India, Pakistan, Turki, dan beberapa negara Timur Tengah.
Dari perbincangan penulis dengan beberapa warga muslim keturunan India, umumnya mereka adalah generasi kedua atau ketiga, yang lahir di Inggris. Orang tua atau kakek-nenek mereka hijrah ke Inggris, untuk melanjutkan studi maupun bekerja.
Mereka yang lahir di Inggris, memiliki hak dan akses yang lebih baik, terutama terkait dengan kewarganegaraan, fasilitas kesehatan, pajak, dan akses pendidikan. Hal yang sama juga saya temukan dari cerita orang-orang keturunan Pakistan. Terlebih, India dan Pakistan termasuk negara commonwealth, bekas jajahan Inggris, yang mendapatkan fasilitas khusus bagi warganya untuk masuk ke kawasan Britania Raya.
Dari laporan tahunan, yang dirilis kelompok monitoring ‘Tell Mama’, penyerangan bernuansa Islamophobia meningkat. Pada tahun 2017, tercatat 1.201 laporan penyerangan, yang meningkat 26% dari tahun sebelumnya. Insiden anti-muslim yang direkam ‘Tell Mama’, secara face to face, meningkat dari 642 kasus pada 2016, naik menjadi 839 kejadian pada 2017.
Sejumlah insiden pengeboman, terutama di Manchester Arena pada 2017 lalu, yang dilakukan oleh seorang muslim, turut menjadi pemicu kebencian terhadap orang Islam. Selepas insiden itu, yang mengakibatkan 23 warga meninggal, kebencian sekaligus penyerangan terhadap kelompok muslim meningkat.
Perkembangan sosial media yang massif di kalangan generasi muda, juga memicu gelombang Islamophobia. Riset grup Tell Mama, melaporkan kondisi yang memburuk ini, bagaimana isu-isu kebencian terhadap komunitas muslim, dipicu oleh kesalahpahaman, serta kepentingan kelompok politik sayap kanan untuk memompa tensi kebencian. Kontestasi isu Brexit dalam beberapa tahun terakhir, juga membanjiri media sosial yang diakses generasi muda Inggris.
Imran Awan, associate professor bidang kriminologi Birmingham City University, mengungkapkan bahwa narasi kebencian dan Islamophobia harus dilawan dengan strategi khusus melalui jalur pendidikan.
“We need to look at the grassroots or the problem, such as the social deprivation in society. A lot of it, can be dealt with trought education especially at a younger age. The element seems to be missed” demikian ungkap Awan (Guardian, 20 Juli 2018).
Imran Awan mengajak kepada kita semua, untuk melihat akar permasalahan lebih mendalam. Menurutnya, pendidikan menjadi cara jitu untuk melawan kesalahpahaman Islamophobia.
Proses pendidikan memang tidak instan, akan tetapi jalur ini mencipta cara pandang yang komprehensif dalam melihat sesuatu. Narasi kebencian yang mewujud dalam isu-isu Islamophobia dan bahkan antisemitisme, harus dilawan dengan memberi informasi yang utuh tentang cara beragama, sekaligus nilai-nilai kebaikan yang melingkupinya.
Kita perlu mengejawantahkan model beragama yang menghadirkan keindahan, menawarkan cinta, mewujudkan kasih. Inilah beragama yang menebarkan rahmat ke alam semesta, rahmatan lil-alamin