Di tulisan sebelumnya, Fakhru Riza menguraikan pengamatannya tentang buku Islam moderat yang tampak absen di rak toko buku. Aspirasi keislaman Muslim kelas menengah perkotaan yang meningkat disambut dengan sigap dengan membanjirnya buku dengan narasi keagamaan ala Salafi-Wahabi.
Baca bagian pertama tulisan ini: Islam Moderat di Rak Toko Buku: Mengapa Salafi-Wahabi Getol Membanjiri Toko Buku?
Situasi ini sudah lama membikin saya khawatir. Bila mana kelompok kelas menengah Muslim kota ini belajar Islam dari buku-buku dengan spirit Islam yang eksklusif, bagaimana jadinya nasib keberagamaan yang akomodatif dengan tradisi yang telah terjalin selama berabad-abad di negeri ini?
Lamunan-lamunan kegelisahan saya rupanya mendapat pertanda baik dari langit. Kian kemari rak-rak buku genre agama ini diisi dengan nama-nama ulama dan cendekiawan Muslim dengan spirit moderasi beragama. Buku Islam moderat dengan spirit penuh keteduhan dan toleransi ini berjumlah cukup banyak dan sangat mampu bertarung dengan buku-buku yang memiliki spirit eksklusivisme.
Di antara nama-nama cendekiawan Muslim yang mengusung spirit moderasi adalah Prof. Quraish Shihab, ulama tafsir yang otoritatif. Buku-buku Prof. Quraish Shihab yang terpajang di bagian buku-buku dengan tema agama secara umum mengambil segmen buku panduan berislam dasar.
Ada trilogi buku Prof. Quraish yang terjun ke segmen Islam dasar, yaitu: Islam yang Saya Pahami: Keragaman itu Rahmat, Islam yang Saya Anut: Dasar-Dasar Ajaran Islam, dan Islam yang Disalah Pahami: Menepis Prasangka, Mengikis Kekeliruan. Buku-buku Prof. Quraish ini memberikan panduan dasar dalam berislam yang mudah dipahami oleh bagi orang yang cukup awam dengan Islam.
Selain itu masih ada buku-buku Prof. Quraish yang lain. Seperti, buku Perempuan yang memberikan ulasan seputar dasar-dasar persoalan yang terkait dengan kaum perempuan. Kemudian ada buku Prof. Quraish yang berjudul Pengantin Al-Qur’an yang mengulas pengetahuan dasar untuk umat Muslim ketika berumah tangga dan menjadi suami istri.
Buku Prof. Quraish yang lain seperti yang berjudul Logika Agama, Kematian Adalah Nikmat, Jawabannya Adalah Cinta. Kemudian ada juga buku Shihab & Shihab, karya Prof. Quraish yang diambil dari materi pembicaraannya dalam Talk Show bersama sang putrinya yang menjadi jurnalis kritis, Najwa Shihab.
Tak hanya Prof. Quraish saja yang merebut panggung Felix Siaw di dunia perbukuan genre agama. Ada satu penulis perempuan muda yang juga memiliki banyak pembaca, Kalis Mardiasih. Kumpulan esai-esainya seputar isu kesetaraan gender dalam Islam diterbitkan menjadi beberapa buku: Muslimah yang Diperdebatkan, Hijrah Jangan Jauh-Jauh Nanti Nyasar! dan Sister Fillah, You’ll Never be Alone.
Seperti halnya esai-esainya yang selama ini dinanti banyak penggemar. Buku-buku Kalis juga disambut dengan sangat meriah oleh anak muda Muslim dan Muslimah di tanah air. Narasi keislamannya yang progresif dalam memahami perempuan, menantang konstruksi keislaman yang menundukkan perempuan sebagaimana yang diproduksi buku-buku seperti yang ditulis Felix Siaw maupun berbagai penulis-penulis dari gerakan Salafi-Wahabi.
Buku dengan spirit moderasi juga hadir dari buku-buku karya Haidar Bagir seperti yang berjudul Islam Tuhan, Islam Manusia dan buku-bukunya yang lain dengan spirit Islam Cinta yang mengambil dari mata air pengetahuan dari kaum Sufi seperti Maulana Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi, turut memeriahkan geliat wacana moderasi dalam dunia perbukuan.
Nama Nadirsyah Hosen juga layak dikedepankan, seorang guru besar hukum Islam di salah satu kampus ternama di Australia. Sosok yang lebih akrab disapa Gus Nadir itu menulis beberapa buku perihal panduan hukum Islam dasar hingga tafsir al-Qur’an yang tema-temanya diambil dari isu keislaman yang sering diperdebatkan di media sosial.
Selain itu masih ada nama-nama lain yang selama ini familiar di media sosial. Misalnya buku Nusantara Tidak Akan Bubar: Ngaji Bareng Gus Muwafiq karya dari Gus Muwafiq, penceramah dari Nahdlatul Ulama’ (NU) yang sangat populer dengan mengusung spirit moderasi dan narasi sejarah kebudayaan nusantara.
Penerbit yang berkomitmen juga memainkan perannya dengan menerbitkan buku yang berhaluan Islam moderat. Banyak buku genre keislaman lahir dari penerbit Diva Press-IRCISOD yang mengedepankan narasi keislaman dengan spirit moderasi. Dari Diva Press muncul buku-buku karya KH. Husain Muhammad, Dr. Aksin Wijaya, Nur Khalik Ridwan, dan beberapa buku terjemahan dari ulama klasik. Edi AH. Iyubenu, sang pemilik dari penerbit tersebut, juga sangat produktif mendorong moderasi Islam dengan menulis buku-buku populer yang ringan dan penuh makna. Kadang diselingi humor ala pesantren.
Ramainya buku yang mengusung spirit moderasi dalam berislam tersebut, merupakan sebuah kabar gembira bagi kita semua. Semoga saja dengan hulu produksi pengetahuan kaum Muslim yang produktif ini, mampu memberi asupan pengetahuan keislaman ala Indonesia yang inklusif. Harapannya, situasi berislam di hilir yang selama ini dipenuhi oleh caci maki dan kemarahan ini, pelan-pelan akan bertransformasi menjadi wajah Islam yang penuh rahmat dan keteduhan melalui kerja-kerja literasi.
Amin Ya Rabbal Alamin..