Inilah Saqifah Bani Saidah, Tempat Terpilihnya Pengganti Nabi: Kini Tengah Direvitalisasi

Inilah Saqifah Bani Saidah, Tempat Terpilihnya Pengganti Nabi: Kini Tengah Direvitalisasi

Saqifah Bani Saidah letaknya di samping kanan Masjid Nabawi. Ditandai pintu gerbang berwarna oranye.

Inilah Saqifah Bani Saidah, Tempat Terpilihnya Pengganti Nabi: Kini Tengah Direvitalisasi
Saqifah Bani Saidah saat ini, pada musim haji 2024, tengah direvitalisasi. Para jemaah haji jarang ada yang mengunjungi. (Alvin-Islamidotco / MCH 2024)

Saat pertama kali datang ke masjid Nabawi, supir taksi menurunkan kami di sisi kanan masjid. Jarak dari tempat kami turun hingga gerbang masjid Nabawi tidak dekat. Kami perlu jalan sekitar 200–an meter dari tempat turun taksi hingga pintu gerbang berwarna oranye (nomor gerbang 310-326).

Dari pelataran tempat turun taksi menuju gerbang Nabawi semuanya rata dengan ubin, seperti area terbuka. Kami pun bisa menyaksikan gagahnya menara Masjid Nabawi dari ujung jalan. Hanya ada satu bagian pelataran yang ditutup pagar tertulis “Tathwir Hadiqah Saqifah Bani Saidah” (Pengembangan Taman Saqifah Bani Saidah).

Mendengar nama Saqifah Bani Saidah, saya jadi teringat kisah suksesi Abdullah bin Abi Quhafah saat menerima baiat dari para sahabat sebagai pengganti Rasul SAW. Nama ini mungkin agak asing, tapi saat disebutkan nama tenarnya, pasti pembaca langsung ngeh. Abu Bakar, dia lebih sering dikenal dengan nama ini dari pada nama yang saya sebut sebelumnya.

Sayang sekali, kami tak bisa mengeksplorasi tempat bersejarah ini lebih dekat. Saat ini taman bersejarah era nabi dan sahabat itu dikelilingi pagar beton dan papan yang cukup tinggi. Sepertinya otoritas Arab Saudi cukup serius menggarap revitalisasinya. Seharusnya, jika tidak sedang direvitalisasi, Saqifah Bani Saidah ini dipenuhi dengan pepohonan yang cukup rindang. Pada masa nabi, area ini dijadikan tempat kumpul karena pohon-pohon teduhnya. Namun pada musim haji tahun 2024 ini, sepertinya tak ada lagi pepohonan. Kami menduga akibat adanya proses pengembangan dan revitalisasi yang sedang dilakukan.

Kata Saqifah sendiri berarti sebuah tempat yang dinaungi atap, tempat masyarakat berteduh dari terik matahari. Sedangkan Bani Saidah adalah sebuah keluarga yang menguasai area di sekitar saqifah tersebut. Alhasil, nama saqifah tersebut dinisbatkan kepada Bani Saidah. Dalam salah satu bab kitab al-Bukhari dijelaskan, bahwa tempat ini juga menjadi tempat ‘nongkrong’-nya Nabi bersama para sahabatnya.

Saqifah Bani Saidah sebelum direvitalisasi
Saqifah Bani Saidah sebelum direvitalisasi (Foto: Kemenag/MCH 2022)

Selama beberapa kali berkunjung ke Masjid Nabawi, area ini jarang sekali dihampiri para jemaah, entah karena masih direvitalisasi atau karena kurang informasi. Padahal  dari pada jalan menuju tempat perbelanjaan, rute menuju tempat ini lebih mudah. Jika dari pelataran Hilton, jemaah tinggal jalan masuk ke area Nabawi lalu jalan terus ke kanan hingga bertemu pintu gerbang berwarna oranye. Dari pintu gerbang tersebut, jemaah hanya perlu keluar dan langsung berhadapan dengan taman yang dulunya milik Bani Saidah ini. Atau yang paling mudah, cari bagian kanan masjid Nabawi. Pasti ketemu dengan taman kotak ini.

Jika Abu Bakar tak Datang ke Saqifah Bani Saidah, Sejarah Islam Akan Berbeda

Wafatnya Rasulullah SAW pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H telah tersiar ke penjuru kota Madinah. Sebagian orang galau karena tidak yakin dengan kabar tersebut, sebagian lagi bersedih karena kehilangan pemimpin yang amat dicintai. Para warga yang ragu dengan wafatnya nabi, memenuhi rumah Aisyah untuk memastikan. Sementara orang-orang yang kehilangan pemimpin berkumpul di Saqifah Bani Saidah untuk menentukan suksesor Sang Mustafa.

Para sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awam, Thalhah bin Ubadillah, dan para sahabat Muhajirin lain masih berada di rumah Fatimah untuk menunggu proses pemulasaran jenazah nabi. Pasca khutbah Abu Bakar karena kemarahan Umar yang tak terima dengan kabar wafatnya nabi, para sahabat Muhajirin memilih Ayah Aisyah itu sebagai pengganti Nabi karena dialah yang ditunjuk menjadi imam salat oleh Rasul saat beliau sedang sakit.

Sementara Abu Bakar dan keluarga inti sibuk mengurus jenazah Nabi, orang-orang di Saqifah Bani Saidah sibuk memperdebatkan penerus nabi. Mereka adalah para pembesar Anshar, baik suku Aus dan Khajraj, dua suku pribumi kota Madinah. Mereka telah memilih Saad bin Ubadah dari suku Khajraj untuk menjadi pemimpin pengganti Nabi.

Kabar berkumpulnya kaum Anshar di Saqifah Bani Saidah ini terdengar di kalangan Muhajirin. Ada dua orang yang melaporkan yaitu Uwaim bin Saidah dan Mian bin Adi. Umar lalu memberi saran kepada Abu Bakar untuk menemui para saudara dari kaum Anshar. Hal ini penting demi persatuan dan kesatuan warga Madinah pasca peninggalan Rasul. Ajakan Umar ini diabadikan dalam hadis riwayat Bukhari dalam bab Maa Ja’a fi Saqaif,

عَنْ عُمَرَ – رضى الله عنهم – قَالَ حِينَ تَوَفَّى اللَّهُ نَبِيَّهُ ﷺ إِنَّ الأَنْصَارَ اجْتَمَعُوا فِي سَقِيفَةِ بَنِى سَاعِدَةَ، فَقُلْتُ لأَبِى بَكْرٍ انْطَلِقْ بِنَا. فَجِئْنَاهُمْ فِي سَقِيفَةِ بَنِى سَاعِدَةَ.

Dari Umar RA, ia berkata, ketika Rasul SAW wafat, para kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Saidah. Aku kemudian berkata kepada Abu Bakar: Datanglah ke sana bersama. Kami pun mendatangi Saqifah Bani Saidah itu. (H.R al-Bukhari)

Ketika sampai di Saqifah Bani Saidah, sahabat Anshar menyampaikan keputusan pemilihan Saad bin Ubadah kepada Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar sepertinya tak memberikan restu. Ia malah menunjuk antara Umar bin Khattab dan Abu Ubadah bin Jarrah. Umar pun menolak hal itu mentah-mentah. Al-Hubbab bin al-Mundzir kemudian memberikan usul agar kempimpinan dibagi saja, ada otonomi antara kaum Muhajirin dan Anshar, dan masing-masing punya pemimpin. Umar juga tidak setuju, ia kemudian menyampaikan sebuah alasan yang cukup masuk akal. Ketidaksetujuan Umar itu diabadikan oleh Imam ad-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala.

يا معشر الأنصار ألستم تعلمون أن رسول الله قد أمر أبا بكر أن يؤم الناس، فأيكم تطيب نفسه أن يتقدم أبا بكر.

Wahai kaum Anshar,  apakah kalian tidak tahu bahwa Rasul SAW telah memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam. Siapa di antara kalian yang lebih suci jiwanya silahkan dahului Abu Bakar.

Mendengar ucapan Ayah Hafsah ini para sahabat Anshar lalu tersadar. Umar lalu meminta Abu Bakar mengulurkan tangannya. Sahabat yang kelak menggantikan Abu Bakar inilah orang yang pertama kali membaiat Abu Bakar menjadi pemimpin. Pembaiatan oleh Umar itu kemudian diikuti oleh orang Anshar bernama Basyir bin Saad bin Tsa’labah, lalu diikuti oleh semua orang yang ada di Saqifah Bani Saidah itu.

Bayangkan jika Abu Bakar dan Umar tidak hadir di Saqifah. Mungkin bukan Abu Bakar yang jadi khalifah pertama, atau bisa jadi ada perpecahan di kalangan kaum muslimin yang membuat Islam tidak akan sebesar sekarang.

Belajar dari Saqifah Bani Saidah: Belajar dari Musyawarah dan Kesederhanaan Para Salaf

Akhirnya, Tsaqifah Bani Saidah bukan hanya sekadar tempat bersejarah, tetapi juga simbol dari nilai-nilai kepemimpinan, musyawarah, dan kesederhanaan dalam Islam. Peristiwa yang terjadi di sini mengajarkan kepada umat Islam tentang pentingnya persatuan dan kebijaksanaan dalam memilih pemimpin. Proses pemilihan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama mencerminkan betapa pentingnya musyawarah dan pengambilan keputusan kolektif dalam Islam.

Selain itu, kesederhanaan bangunan Tsaqifah Bani Saidah juga mengingatkan kita pada kesederhanaan hidup Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka hidup dalam kesederhanaan tetapi memiliki semangat juang yang tinggi untuk menyebarkan kebenaran dan nilai-nilai Islam.

Mengunjungi Tsaqifah Bani Saidah adalah sebuah pengalaman yang membawa kita kembali ke masa lalu, mengingatkan kita pada peristiwa penting yang membentuk sejarah Islam. Ini adalah tempat di mana kita bisa belajar tentang kebijaksanaan dan kesederhanaan para pendahulu kita, serta mengambil inspirasi untuk melanjutkan perjuangan mereka dalam menjalankan nilai-nilai Islam.

(AN)