Sebagian orang mengira bahwa hidup nikmat itu ketika bergelimang harta, jabatan tinggi yang selalu diekspos berita, mobil berderet dan tertata, bahkan dikelilingi banyak perempuan yang cantik dan jelita. Apakah yang demikian itu dinamakan hidup nikmat? Ternyata jawanya tidak, kenapa demikian? karena dalam diri manusia terdiri dari kebutuhan lahir dan batin yang keduanya harus terpenuhi. Bila salah satunya tak terpenuhi maka akan terjadi ketimpangan dalam hidupnya sehingga terjadi kegelisahan, maupun perasaan yang selalu menghantui dirinya.
Lantas bagaimana kategori hidup yang nikmat itu?
Dalam kitab Tarikh Madinah Dimasqi karya Ibnu Asyakir mengutip perkataan seorang Ulama’ yang bernama Abu Ridha al-Abid menceritakan tentang perkataan Imam Qasim al-Ju’i menjelaskan tentang tiga kategori hidup yang nikmat, yaitu:
Pertama, Merasa cukup, dan tidak menggantungkan diri dari meminta kepada orang lain. Ia menganggap semua orang sebagai partner kehidupan, bahkan tak menggubris lawan maupun kawan.
Kedua, Kesehatan Jasmani. Ini sebagai faktor utama keberhasilan seseorang, karena kesehatan sangat penting, tanpanya manusia tak akan mampu beraktivitas, atau tak akan meraih keinginannya.
Ketiga, selamat dalam urusan beragama. Ini menjadi faktor penting dalam menjalankan ibadah karena banyak orang mengaku beriman tapi tingkah lakunya tak mencerminkan sebagai orang yang beriman. Maka dari itu, keimanan yang benar tak hanya sekedar di mulut, tapi anggota badan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari diperkuat dengan kemantapan hati.
Ketiga hal diatas bila dipraktikkan maka hidup terasa nikmat, dan bertambah keberkahannya, untung di dunia dan akhirat.