Nadhif dan teman-temannya tidak bersekolah hari itu (Jumat, 02/11). Guru di sekolah menghimbaunya untuk berkumpul di lapangan pesantren.
Seperti siswa pada umumnya, ia hanya menurut. Pukul 07.00 Nadhif sudah tiba di lapangan pesantren. Ia membawa kotak nasi berwarna putih, berisi nasi dan ikan.
Tanpa menunggu aba-aba, ia sudah menyantapnya dengan lahap. Padahal rencanannya nasi itu akan disantap bersama-sama dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, dan seluruh santri Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.
Setelah menyantap nasinya, Nadhif kembali berkumpul bersama teman-temannya. Ia kembali melanjutkan acara “lari-larian”-nya. Ia tetap bahagia walaupun para santri yang lain masih sibuk mempersiapkan kedatangan Menteri yang terkenal dengan kata “tenggelamkan!” itu.
Nadhif adalah satu di antara ribuan santri yang mengikuti acara Makan Ikan Bersama Santri dan Mentri Perikanan, Susi Pudjiastuti di beberapa pondok pesantren di Jawa Timur, hari jumat.
Dalam acara tersebut, Susi berkeliling lima pesantren di Jawa Timur untuk kampanye makan ikan dan jaga laut Indonesia. Selama tiga hari tersebut ada empat pesantren yang dikunjungi: Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Pesantren Al-Fattah Silahul Yaqin Situbondo, Pesantren Darussalam Banyuwangi, dan Sekolah Pesantren Enterprenuer al-Maun Muhammadiyah (SPEAM) Pasuruan.
Selain mengajak para santri makan ikan bersama, Susi juga memberikan beberapa pesan untuk para santri. Redaksi berhasil mengumpulkan pesan-pesan Susi kepada para santri, di antaranya sebagai berikut:
Pertama, Cintai dan Jaga Laut Indonesia
Ini adalah salah satu pesan yang sering diulang Susi ketika berkunjung ke pesantren-pesantren. Menurutnya, sekitar 70 persen wilayah Indonesia adalah laut. Oleh karena itu, santri-santri harus peduli dengan laut Indonesia. Menurutnya, Susi dan Jajaran kementrian telah melakukan usaha untuk menjaga laut Indonesia.
“Kalau ada kapal asing mencuri ikan di Indonesia, saya tenggelamkan!” Ujarnya.
Susi juga menghimbau kepada para keluarga santri yang bekerja sebagai Nelayan untuk ikut membantu menjaga laut Indonesia, dengan menggunakan alat-alat yang tidak merusak lingkungan, seperti cantrang, troll, dan bom.
Menurut Susi, mencai ikan juga harus memperhatikan lingkungan, jangan sampai karena perilaku yang ngawur laut Indonesia jadi rusak.
“Jangan sampai hari ini kita ingin dapat ikan sebanyak-banyaknya, pakai cantrang, bom, troll, tapi generasi kita selanjutnya tidak bisa menikmatinya, karena lautnya rusak,” tuturnya.
Kedua, memperbanyak makan ikan dan mengurangi makan daging
Susi juga menghimbau kepada para santri dan wali santri yang hadir dalam acara tersebut untuk gemar makan ikan. Menurutnya, makan ikan membuat otak jadi pintar, karena ikan mengandung omega 3 yang tidak ditemukan di daging ayam, sapi maupun kambing.
Selain membuat otak pintar, menurutnya, makan ikan juga dapat menjaga kesehatan, karena ikan tidak mengandung kolesterol.
“Kecuali kalau masak ikannya digoreng, itu minyaknya yang bikin kolesterol,” tambahnya.
Susi melanjutkan bahwa saat ini, Jawa Tengah dan Jawa Timur tingkat konsumsi ikannya rendah, sehingga masih banyak ditemukan stunting.
Oleh karena itu, Susi menghimbau kepada suluruh santri dan keluarga santri yang hadir untuk menukar konsumsi daginya dengan ikan. Selain lebih murah dan terjangkau, hal itu juga dapat mengurangi beban pemerintah untuk impor daging.
Ketiga, perbanyak usaha di bidang perikanan.
“Ibu-ibu di sini siapa yang punya usaha ikan? Restoran, jajanan atau yang lain?” tanya Susi kepada ibu-ibu yang hadir di lapangan pesantren al-Fatah Situbondo. Hanya beberapa orang yang mengacungkan tangan.
“Kok cuma sedikit?” Tambah Susi dengan nada agak kecewa.
Susi pun menghimbau agar seluruh masyarakat, khususnya santri dan keluarga santri yang ada di daerah pesisir untuk membuat usaha di bidang perikanan, baik mikro maupun UMKM.
“Nanti ajukan ke ibu, nanti ibu bantu,” tuturnya.
Menurutnya, hal itu selain menambah penghasilan, lapangan kerja, juga membantu pemerintah mengurangi angka kemiskinan. Susi juga meminta pesantren menyiapkan pendidikan kelautan atau perikanan di pesantren-pesantren, agar santri bisa berkontribusi penuh membangun Indonesia.