Dalam karya tulisnya yang berjudul “al-Munqidz min al-Dlalal”, Imam al-Ghazali menyebut beberapa karya, khususnya dalam bidang tasawuf, yang telah beliau tuntaskan. Kitab-kitab ini merupakan bekal perjalanan intelektual-spiritual Imam al-Ghazali di kemudian hari. Di antaranya adalah karya Imam al-Harits al-Muhasibi (160-243 H). Hingga sekarang, setidaknya ada tiga judul kitab karya Imam al-Harits al-Muhasibi yang bisa kita nikmati.
Pertama, kitab yang berjudul “Risalah al-Mustarsyidin”. Kitab ini sudah ditahqiq dan diberikan catatan kaki oleh Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah (1336-1418 H). Kitab setebal 326 halaman ini sudah sepuluh kali naik cetak, diterbitkan oleh Darus Salam Kairo. Dengan menelaah kitab ini, kita akan mendapati bagaimana kajian tasawuf dikembangkan di abad II dan III H.
Kedua, kitab yang berjudul “Adab al-Nufus”. Kitab setebal 145 halaman ini mengulas istilah-istilah kunci dalam bidang tasawuf. Semisal muraqabah, khauf, raja’, ghaflah, yaqadhah, dan lain sebagainya. Di setiap bahasan, Imam al-Harits al-Muhasibi senantiasa menerakan sandaran al-Qur’an dan hadis. Karenanya, dengan membaca kitab ini, kita akan lebih mafhum bahwa tasawuf adalah salah satu cabang keilmuan dan laku hidup yang lekat dan bersumber dari al-Qur’an dan hadis.
Ketiga, kitab yang berjudul “al-Tawahhum”. Kitab ini mengulas problem kegamangan hati. Di mana dalam banyak hal, hati kita mudah lupa atau terlupakan dari hakikat dan tujuan hidup. Berbeda dengan dua kitab di atas, kitab ketiga karya Imam al-Harits al-Muhasibi ini di awal paragraf, senantiasanya diawali dengan kata “fatawahham”. Mungkin karena inilah, kitab ketiga ini diberi judul kitab “al-Tawahhum”.
Akhiran, memiliki dan membaca ketiga kitab di atas adalah sebuah kenikmatan dan kemewahan tersendiri. Dari huruf per huruf, kata per kata, kalimat per kalimat, paragraf per paragraf, lembar per lembar, kita diajak untuk menilik ulang, bagaimana dulu Imam al-Ghazali menapaki ilmu dan laku hidup dalam bidang tasawuf.