Ini Strategi Khalifah Al-Walid I Melawan Wabah

Ini Strategi Khalifah Al-Walid I Melawan Wabah

Ini Strategi Khalifah Al-Walid I Melawan Wabah

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan penularan wabah Covid-19, bahkan masih berjalan sampai saat ini. Pemberlakuan social dan physical distancing masih berlangsung hingga sekarang.

Sekolah, kantor, tempat peribadatan untuk sementara ditutup. Jadi penerapan sistem belajar, bekerja maupun beribadah dilakukan dari rumah. Masyarakat diperbolehkan keluar rumah hanya dalam keadaan mendesak dan harus menjaga jarak satu sama lain. Bahkan beberapa daerah sudah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Pemerintah juga telah memodifikasi Wisma Atlet Kemayoran menjadi rumah sakit darurat Covid-19 di Jakarta Pusat. Modifikasi itu dilakukan dengan tiga tahapan, yakni pembersihan, penyemprotan desinfektan, serta melengkapi dengan laboratorium farmasi dan peralatan medis portable. Hal serupa juga dilakukan di pulau Galang, kota Batam, Kepulauan Riau dan dibangun rumah sakit khusus penyakit menular.

Jika menilik sejarah peradaban Islam, wabah penyakit menular seperti sekarang ini juga terjadi di masa khalifah Al Walid bin Abdul Malik (705-715 M). Al Walid bin Abdul Malik putra dari khalifah sebelumnya, yakni Abdul Malik bin Marwan, seorang pemimpin yang terkenal karena kebijaksanaan dan peduli kepada rakyat. Al Walid I juga menuruni sifat yang dimiliki oleh ayahnya. Selama pemerintahannya, ia menunjukkan prestasi yang gemilang, salah satunya keberhasilan dalam menghadapi serangan wabah.

Wabah penyakit yang menyerang penduduk kota Damaskus membuat khalifah Al Walid I berpikir untuk membuat sebuah terobosan. Akhirnya ia membangun sebuah rumah sakit (bimaristan) pada tahun 707 M di Kota Damaskus. Rumah sakit tersebut dibangun dengan kas negara sebagai bantuan bagi orang sakit, yaitu dengan pengobatan gratis. Nama yang digunakan oleh Al Walid I adalah Rumah Sakit Al Nuri.

Pada masa kekhalifahan Al Walid I, pembangunan memang lebih difokuskan pada sarana infrastruktur untuk kemakmuran rakyat. Ia memerintahkan adanya pembuatan sumur air di Madinah dan renovasi jalan-jalan umum. Pembangunan rumah sakit Al Nuri merupakan yang pertama kali dalam sejarah Islam. Orang-orang yang mengalami cacat dan kaum dhuafa dilarang keluar ke tempat umum. Ia menempatkan mereka di panti jompo dan menggaji para pengurusnya.

Selain membangun rumah sakit, Al Walid I juga mendatangkan para dokter untuk mempercepat penyembuhan pasien. Salah satu mandat yang ia diberikan oleh kepada para dokter adalah supaya melakukan isolasi terhadap pasien penderita penyakit lepra. Caranya adalah dengan membangun ruangan khusus pasien isolasi agar penyakitnya tidak menyebar ke orang lain. Ia juga memberikan uang kepada para pasien penderita lepra untuk bisa digunakan selayaknya.

Saat itu, khalifah Al Walid I juga membuat aturan bahwa penduduk Kota Damaskus dilarang keluar rumah. Hal ini dilakukan karena ada rasa khawatir jika wabah penyakit itu akan menyebar kepada penduduk lain dan menimbulkan kematian. Kebijakan ini dilakukan oleh beliau berdasarkan pengalaman yang pernah dialami Kota Amwas. Rasulullah SAW telah bersabda dalam sebuah hadits yang berbunyi:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari) (AN)

Wallaahua’lam.