Ini Sembilan Keutamaan Seorang Muadzin dalam Hadis Rasul Saw

Ini Sembilan Keutamaan Seorang Muadzin dalam Hadis Rasul Saw

Berikut sembilan hadis Rasulullah yang menjelaskan keutamaan orang yang mengumandangkan adzan.

Ini Sembilan Keutamaan Seorang Muadzin dalam Hadis Rasul Saw

Adzan adalah sebuah ibadah. Tanpa kumandang adzan, masjid sepi dari jamaah. Dengan adzan, seseorang yang tak mengatahui waktu shalat, menjadi mengetahui. Seseorang yang disibukkan dengan kegiatan tertentu, saat mendengar adzan, menyudahi kegiatannya dan melangkahkan kaki menuju masjid untuk shalat berjamaah.

Adakah lagu lain yang semerdu kumandang adzan? Adakah lagu lain yang mampu menandingi nilai magis dan spiritual adzan? Adakah lagu lain yang mampu menghentikan kesibukan seseorang?

Dengan berbagai kelebihan-kelebihan adzan tersebut, tentu sangat layak jika orang-orang yang mengumandangkannya dijanjikan hal-hal yang begitu berharga? Bahkan Rasulullah Saw memberikan janji-janji yang sangat manis kepada seorang muadzin dalam beberapa hadisnya.

Berikut sembilan hadis Rasulullah yang menjelaskan keutamaan orang yang mengumandangkan adzan.

Pertama, pahala orang yang mengumandangkan adzan begitu besar.

Rasulullah Saw pernah menyebutkan, jika semua orang mengetahui besarnya pahala mengumandangkan adzan, niscaya mereka akan berebut agar dapat jatah mengumandangkan adzan meskipun dengan berbagai cara. Hal ini disebutkan Imam Bukhari dan Muslim dalam sebuah hadis:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا

Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya, niscaya mereka akan melakukan undian” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua, dijanjikan ampunan oleh Allah Swt.

Salah satu janji Allah bagi seorang muadzin adalah aia akan dimintakan ampun oleh seluruh benda yang ada di bumi.

الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ بِمَدِّ صَوْتِهِ وَيَشْهَدُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ

Muadzin diampuni sejauh jangkauan adzannya. Seluruh benda yang basah maupun yang kering yang mendengar adzannya memohonkan ampunan untuknya” (HR. Ahmad)

Ketiga, seluruh benda yang mendengar adzan siap menjadi saksi bagi seorang muadzin di hari kiamat nanti.

Hal ini diungkapkan Abu Ya’lam dalam sebuah hadis bahwa seluruh jin, manusia, batu, bahkan pohon akan menjadi saksi bagi muadzin di hari kiamat.

لا يَسْمَعُ صَوْتَهُ جِنٌّ وَلا إِنْسٌ وَلا حَجَرٌ وَلا شَجَرٌ إِلا شَهِدَ لَهُ

Tidaklah adzan didengar oleh jin, manusia, batu dan pohon kecuali mereka akan bersaksi untuknya” (HR. Abu Ya’la)

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah juga dijelaskan hadis yang sama.

لَا يَسْمَعُ صَوْتَهُ شَجَرٌ وَلَا مَدَرٌ وَلَا حَجَرٌ وَلا جِنٌّ وَلا إِنْسٌ إِلا شَهِدَ لَهُ

Tidaklah suara adzan didengar oleh pohon, lumpur, baru, jin dan manusia, kecuali mereka akan bersaksi untuknya” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Keempat, Rasulullah mendoakan seluruh orang yang mengumandakan adzan.

Dalam hadis riwayat Ibnu Hibban, Rasul secara khusus meminta ampunan untuk muadzin.

فَأَرْشَدَ اللَّهُ الْأَئِمَّةَ وَ غَفَرَ لِلْمُؤَذِّيْنَ

Semoga Allah meluruskan para imam dan mengampuni para muadzin” (HR. Ibnu Hibban)

Kelima, Pahala orang yang adzan seperti pahala orang yang melakukan shalat.

 

Bagaimana tidak, tanpa muadzin, orang tidak akan mengerti bahwa waktu shalat telah masuk atau tidak. Saat tidak mengerti waktu shalat, ia tentu tidak akan melaksanakan shalat.

وَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ صَلَّى مَعَهُ

Muadzin mendapatkan pahala seperti pahala orang yang shalat bersamanya”(HR. An Nasa’i)

Keenam, Allah menjanjikan bahwa seorang muadzin adalah orang yang dapat dipercaya.

الإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ اللَّهُمَّ أَرْشِدِ الأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ

Imam adalah penjamin dan muadzin adalah orang yang dipercaya. Ya Allah, luruskanlah para imam dan ampunilah muadzin” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Ketujuh, dibanggakan Allah di depan para malaikat.

يَعْجَبُ رَبُّكُمْ مِنْ رَاعِى غَنَمٍ فِى رَأْسِ شَظِيَّةٍ بِجَبَلٍ يُؤَذِّنُ بِالصَّلاَةِ وَيُصَلِّى فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا إِلَى عَبْدِى هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلاَةَ يَخَافُ مِنِّى فَقَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِى وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ

Tuhanmu takjub kepada seorang penggembala domba di puncak bukit gunung, dia mengumandangkan adzan untuk shalat lalu dia shalat. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah hambaKu ini, dia mengumandangkan adzan dan beriqamat untuk shalat, dia takut kepadaKu. Aku telah mengampuni hambaKu dan memasukkannya ke dalam surga” (HR. Abu Dawud dan An Nasa’i)

Kedelapan, muadzin tidak akan tenggelam oleh keringat pada saat hari kiamat, karena ia dipanjangkan lehernya oleh Allah Swt.

الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Para muadzin adalah orang yang berleher panjang pada hari kiamat” (HR. Muslim)

Beberapa ulama memaknai leher panjang ini sebagai sebuah majaz. Ibnu Arabi yang mengatakan bahwa Mereka adalah orang yang paling banyak amalnya. Sedangkan Imam Qadhi Iyadh berpendapat bahwa yang dimaksud hadis tersebut adalah orang yang senantiasa mengumandangkan adzan, akan cepat dimasukkan oleh Allah Swt kedalam surganya.

Kesembilan, muadzin dijanjikan Allah Swt akan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Hal ini diriwayatkan oleh Imam an-Nasai dalam sebuah hadis dari jalur Abu Hurairah:

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ بِلَالٌ يُنَادِي فَلَمَّا سَكَتَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ مِثْلَ هَذَا يَقِينًا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Kami pernah bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu Bilal berdiri mengumandangkan adzan. Ketika selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa mengucapkan seperti ini dengan yakin, niscaya dia masuk surga’.” (HR. An Nasa’i).

 

Dengan sembilan keutamaan seorang muadzin di atas, tentu tidak akan ada satu lagupun yang dapat menandinginya di sisi Allah Swt dan Rasulnya.

Wallahu A’lam.