Aisyah RA, setiap hari ia mendampingi manusia paling mulia, Rasulullah SAW. Ia dijuluki sebagai ummul mukiminin, ibunya orang-orang mukmin. Selain itu, ia juga putri manusia mulia yang paling dicintai Rasulullah SAW. Tiga hal tersebut memang tidak bisa dijadikan alasan untuk memberinya gelas sebagai perempuan paling cerdas di masa Rasulullah SAW. Ada beberapa hal yang menjadikan ia perempuan paling cerdas.
Zainuddin al-Zarkasyi dalam al-Ijabah fi Iradi ma Istadrakathu Aisyah ala Sahabah mengkurasi 40 kelebihan Aisyah, salah satu di antaranya adalah ia merupakan perempuan paling cerdas di masanya. al-Zarkasyi memasukkan kelebihan Aisyah ini dalam nomer ke 22.
Al-Zuhri dalam pernyataannya yang dikutip al-Zarkasyi memuji kehebatan Aisyah ini,
لو جمع علم عائشة إلى علم جميع النساء لكان علم عائشة أفضل
“Jika pengetahuan Aisyah dikumpulkan dengan pengetahuan perempuan lain (pada masanya), maka yang ilmu Aisyah lah yang lebih utama.”
Pernyataan al-Zuhri ini tidak bermaksud mendeskreditkan perempuan-perempuan lain pada masanya. Al-Zuhri hanya ingin menggambarkan kehebatan dan kecerdasan Aisyah yang melampaui perempuan lain pada masanya.
Kehebatan dan kecerdasan Aisyah ini bukan tanpa sebab. Ia disebut oleh Abu Amr bin Abdul Barr sebagai satu-satunya perempuan yang mampu menguasai tiga keilmuan pada masanya. Aisyah disebut menguasai ilmu fikih, kedokteran, dan syair.
Kehebatan Aisyah dalam hal fikih dan syair ini diakui oleh Urwah bin Zubair. Dalam hal fikih, Urwah memaklumi karena Aisyah adalah istri Rasul. Ia bebas kapan saja belajar dengan Rasulullah SAW. Ia juga bebas kapan saja bertanya permasalahan fikih langsung kepada Rasulullah.
Dalam bidang syair dan ansab (menyebutkan nasab-nasab kaum Arab), Urwah juga memaklumi. Pasalnya ia adalah putri Abu Bakar RA. Laki-laki hebat dan pembesar kaum Quraisy. Namun Urwah agak musykil dengan kemahiran Aisyah dalam ilmu kedokteran. Keanehan yang dirasakan Urwah ini pun ditanyakan langsung kepada Aisyah.
“Wahai Aisyah, dari mana engkau belajar kedokteran?” tanya Urwah.
“Aku belajar sendiri, wahai Urwah,” jawab Aisyah.
“Lalu dengan apa engkau belajar ilmu kedokteran?” tukas Urwah.
“Wahai Urwah, sesungguhnya Rasulullah SAW (saat itu) orang yang sering sakit. Para ahli kedokteran, baik dari orang Arab maupun non-Arab mendatangi dan mengobati beliau. Pada saat itu lah aku banyak belajar dari mereka,” jelas Aisyah.
Urwah pun memahami jawaban Aisyah. Dari penjelasan Aisyah tersebut menunjukkan bahwa Aisyah adalah sosok perempuan yang mampu belajar dengan cepat serta mampu memanfaatkan kesempatan apapun untuk belajar. Tak peduli saat itu budaya Arab memperbolehkan atau tidak memperbolehkan.
Pernyataan Aisyah tersebut diriwayatkan oleh Abu Nuaim al-Asbahani dalam Hilyatul Auliya-nya. Selain itu, juga diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadrak-nya, dan disebut sahihul isnad. Pernyataan al-Hakim ini juga diafirmasi oleh ad-Dzahabi dalam Mukhtashar-nya yang menyebutkan bahwa pernyataan Aisyah di atas adalah Sahih ala sarthis sahihain.
Beberapa hal tersebut juga menjadi salah satu faktor keberuntungan Aisyah. Kedekatannya dengan Rasulullah SAW dan Abu Bakar menjadikannya sebagai perempuan cerdas dan berbeda dengan perempuan lain pada umumnya.
Dalam hal ini secara sekilas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak membatasi perempuan untuk belajar. Keilmuan apapun, jika itu baik dipelajari oleh perempuan, maka Rasul pasti akan membolehkannya. Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah SAW bahkan menyiapkan waktu khusus bagi para perempuan untuk belajar langsung kepada Rasulullah SAW.
Pujian para sahabat kepada Aisyah di atas bukanlah satu-satunya. Atha dalam pernyataannya mengucapkan bahwa Aisyah bukan hanya perempuan paling cerdas, tetapi manusia paling cerdas.
كانة عائشة أفقه الناس وأحسن الناس رأيا في العامة
“Aisyah adalah manusia paling ahli dan paling bagus pendapatnya secara umum.” (AN)
Wallahu a’lam.