Bisri Mustofa adalah ayah dari Mustofa Bisri Rembang. Ia merupakan salah satu ulama ternama Nusantara yang mengarang kitab Tafsir al-Ibriz. Ia lahir di Kampung Sawahan, Gang Palen, Rembang Jawa Tengah pada tahun 1915.
Perjalanan intelektualnya ia mulai dari Sekolah Ongko Loro (sekolah rakyat). Kemudian dilanjutkan nyantri di Pesantren Kajen, Pesantren Kasingan Rembang dan terakhir belajar ke Mekkah al-Mukarromah.
Keadaan ekonomi keluarga yang minim membuat Kiai Bisri Mustofa menorehkan bakatnya di bidang tulis menulis hingga lahir karya monumentalnya dalam bidang Tafsir, yakni Tafsir Al-Ibriz. Tafsir ini ia tulis dalam bahasa Jawa aksara Arab pegon.
Manfaat Madu dalam Tafsir Al-Ibriz
Untuk menjaga kesehatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti berolahraga, pola makan harus dijaga atau sampai pada mengkonsumsi obat-obat sesuai anjuran dokter. Ada banyak ayat yang membicarakan terkait obat herbal di dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah madu.
Madu tidaklah asing dikalangan masyarakat. Ia dikenal sebagai obat yang sangat manjur dan penting. Dalam konteks Indonesia, kehidupan masyarakat begitu dekat dengan alam, maka tidak dipungkiri dengan penggunaan madu sebagai obat.
Dalam pandangan Bisri Mustofa, madu memiliki khasiat tersendiri. Dalam Al-Qur’an madu disebutkan pada Q.S An-Nahl [16]: 69. Ia menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:
“Banjur tawon didawuhi supaya mangan saking sekabehane warnane buah-buahan lan supaya ngambah dalane Allah Ta’ala sarana lapang. (papan kang angel-angel kang ora bisa ditekani menungso bisa diambah dening tawon tanpa ngerusak kiwa tengen lan senajan adoh kaya apa tawon bisa bali marang sarange). Sangking wetenge tawon-tawon iku bisa metu omben (yoiku madu) kang bedho-bedho wernane, ana kang puteh, kuning lan abang. Madu mau ngandung obat tambane menungso. Sak temene mangkunu iku cukup kanggo ayat tondo kekuasaane Allah Ta’al tumprap kaum kang gelem mikir” (Bisri Mustofa, jilid 2, 1960: 805)
Artinya, kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuh lah jalan menuju Tuhanmu yang telah memberi kemudahan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.
Dalam kitabnya, Bisri Mustofa membagi dua khasiat dari madu. Pertama, (faedah) catur anyar yen ditambani madu insyaallah enggal waras. Kedua, (mujarrab) madu yen dicampur karo peresan jahe kena kanggo tamba lara weteng. Madu, samin lan ndok pitik, taker pdho diadang kaya surekaya, bisa nambah tenaga muda, lan liane-liane maneh. (Bisri Mustofa, jilid 2, 1960: 805)
Adapun sebagai faidah, menurut Mbah Bisri, madu dapat menyembuhkan luka yang baru saja dialami. Contoh, seperti luka orang yang baru jatuh atau orang yang baru saja terkena oleh luka bakar.
Sedangkan sebagai mujarrab, apabila madu dicampurkan dengan perasan jahe dapat menjadi obat sakit perut. Madu, minyak samin dan telur ayam yang ditakar secara sama rata kemudian dikukus seperti serikaya, bisa menambah tenaga muda, dan lain-lain.
Sampai hari ini, manfaat madu seperti terus berkembang. Madu tidak hanya digunakan sebagai bagian dari obat kesehatan atau sebagai obat herbal sebagaimana telah disebutkan dalam tafsir Kiai Bisri Mustofa, tetapi madu juga digunakan sebagai bahan kecantikan.
Hal ini dibuktikan dengan semaraknya produk kecantikan yang memakai madu sebagai bahan dasarnya. Seperti, pelembap kulit, menghilangkan komedo, menghaluskan wajah dan lain-lain.
Semoga kita selalu bisa menjaga kesehatan jasmani dan rohani serta diberikan panjang umur, manfaat dan barakah. Amiin. (AN)
Wallahu ‘alam bish-showab.