Dalam dunia sufi, taubat adalah tempat pendakian spiritual yang pertama bagi pejalan ruhani. Taubat berasal dari kata taba yang bisa diartikan kembali. Secara makna bisa didefinsikan sebagai kembali dari sesuatu yang dicela syariat menuju sesuatu yang dipuji dalam syariat. Nabi SAW pernah bersabda,” Penyesalan adalah taubat.”
Berikut adalah beberapa ujaran para sufi tentang taubat. Imam al-Junaid berkata,” Taubat ada tiga makna yaitu pertama penyesalan, keduatekad meninggalkan (dan tidak kembali) kepada apa yang dilarang Allah dan ketiga adalah berusaha memenuhi hak-hak orang yang pernah dianiaya.”
Suatu kali al-Junaid pernah berkunjung kepada as-Sarry. Al-Junaid mendapati as-Sarry dalam keadaan bingung. Al Junaid kemudian bertanya kepadanya,” Apa yang membuatmu bingung?” As Sarrypun menjawab,” Aku bertemu seorang pemuda, dia bertanya kepadaku tentang taubat. Kukatakan kepadanya bahwa tubat itu jika engkau tidak melupakan dosa-dosamu. Lantas pemuda itu menyanggahnya dengan mengatakan taubat adalah justru engkau benar-benar melupakan dosa-dosamu.”
Mendengar perkataan as-Sarry, Junaid mengatakan bahwa yang dikatakan pemuda itu adalah yang benar. Maka as-sarry berkata kepada Junaid tentang pendapatnya itu. Al-Junaid menjawab, “Karena apabila aku dalam kondisi kering, lantas aku dipindahkan dalam kondisi dingin, maka menyebut masa kering di masa dingin adalah kekeringan itu sendiri.” Mendengar jawaban tersebut as-Sarry pun terdiam.
Selanjutnya Dzun Nun al-Misri berkata,”Taubat orang awam disebabkan oleh dosa, sedangkan taubat orang khusus dikarenakan lupa.” Dzun Nun menyebutkan permohonan ampun tanpa melepaskan dosa adalah tubatnya para pendusta. Sufi masyhur ini berkata lagi,” Hakekat taubat menjadikan kamu keleluasan bumi ini terasa sempit., sehingga tidak ada tempat menetap bagimu. Kemudian jiwamu terasa sempit.”
Sebagaimana firman Allah dalam surat at-taubah ayat 118,” … hingga apabila bumi menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (terasa) oleh mereka. Mereka telah mengetahui tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Maha Penerima Taubat.”
Sedangkan Husein an-Nuri mengatakan bahwa taubat adalah proses pelaksanaan taubat dari segala sesuatu selain Allah. Adapun al-Wasiti berkata tidak akan meninggalkan bekas kemaksiatan pada pemiliknya baik yang bersifat samar maupun jelas.
“ Taubat itu ada dua: taubat inabah dan taubat istijabah. Taubat inabah adalah sikap taubat seorang hamba yang takut siksaan-Nya. Sedangkan taubat istijabah merupakan bentuk taubat seorang hamba yang malu terhadap kemulian-Nya.
Wallahu A’lam.