Ini Kata Islam Tentang Keselamatan Pemeluk Agama Lain (Bag. 1)

Ini Kata Islam Tentang Keselamatan Pemeluk Agama Lain (Bag. 1)

Ini Kata Islam Tentang Keselamatan Pemeluk Agama Lain (Bag. 1)

Al-Quran sekurang-kurangnya menyebut dua ayat yang seringkali oleh para sarjana dikaitkan dengan keselamatan pemeluk agama lain yakni Q.S. Al-Baqarah ayat 62 dan Q.S. Al-Maidah ayat 69.

Pada ayat yang pertama Al-Quran menyebut adanya eksistensi orang-orang Yahudi, Nasrani dan Sabi’in. Demikian pula pada ayat yang kedua. Pada Q.S. Al-Baqarah ayat 62 dan Al-Maidah ayat 69 tersebut Al-Quran mengisyaratkan bahwa baik orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah Swt., hari akhir, dan berbuat baik, maka mereka dikatakan akan menerima pahala, tidak perlu takut, dan tidak perlu pula bersedih hati.

Al-Tabari berpendapat bahwa beriman kepada Allah dalam ayat tersebut adalah bukan dalam arti berpindah dari satu agama tertentu ke agama lain, seperti misalnya berpindah dari agama Yahudi atau Nasrani ke agama Islam. Menurutnya makna dari beriman kepada Allah Swt. adalah tetap pada agama yang dipeluknya serta justru meninggalkan agama yang dikatakan akan menggantikannya. Hanya saja, ketetapan itu kemudian diikuti dengan sikap membenarkan bahwa Nabi Saw. serta apa yang dibawanya.

Mengomentari Q.S. Al-Baqarah ayat 62 Mughniyah sebagaimana dikutip Mun’im Sirry mengatakan bahwa jika kita memahami ungkapan “Barangsiapa beriman kepada Tuhan dan hari akhir” sebagai rujukan atas tiga kelompok, yaitu Yahudi, Sabi’in dan Kristen, mak persoalan persoalan akan makna tersebut dapat diselesaikan. Makna ayat tersebut menjadi seperti “Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah selain dari orang Yahudi, Sabi’in, dan Kristen, tidak perlu merasa takut, dan begitu juga dengan siapa pun yang beriman di antara ketiga golongan tersebut, maka mereka juga tidak perlu merasa takut. Jadi, pengadilan bagi mereka semua satu”.

Dari kedua ayat tersebut, Al-Quran secara eksplisit tidak mengatakan baik orang-orang beriman,  orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabi’in, bahwa mereka akan menempati Surga. Al-Quran hanya mengatakan bahwa mereka akan menerima pahala, tidak perlu takut dan tidak perlu bersedih hati. Lain halnya misalnya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 82, secara eksplisit Al-Quran mengatakan bahwa “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni Surga; mereka kekal di dalamya”. Dalam ayat ini narasi Al-Quran tidak menyertakan adanya orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabi’in.

Konteks sosio-historis mikro yang meliputi turunnya Q.S. Al-Baqarah ayat 62 adalah berkenaan dengan kisah Salman Al-Farisi. Seorang sahabat Nabi Saw. yang berkebangsaan Zoroastrian. Ia dulunya adalah pengikut Nasrani yang menyerahkan diri kepada seorang pendeta suci di Suriah. Setelah hijrah ke Irak, ia bertemu pendeta Mosul yang memberinya kabar bahwa Muhammad adalah orang yang diutus dengan agama Ibrahim dan akan datang di tanah Arab.

Setelah masuk Islam, Salman bercerita kepada Nabi Saw. bahwa sahabat-sahabatnya adalah orang yang shalat, berpuasa dan beriman kepada Muhammad, serta bersaksi bahwa ia akan diutus menjadi seorang Nabi Saw. Akan tetapi, selesai bercerita Nabi justru mengatakan bahwa mereka adalah calon penghuni Neraka. Mendengar penjelasan Nabi Saw., Salman merasa berat hati, lalu kemudian turunlah Q.S. Al-Baqarah ayat 62 membantah pernyataan Nabi Saw.

Gambaran tentang Neraka sendiri baik dalam Al-Quran maupun pendapat-pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Kahfi setidaknya terdapat tiga hal. Pertama, di dalam Al-Quran neraka identik dengan kata al-nar  yang isyaratnya kepada siksaan api neraka kelak di akhirat berjumlah 125 kali. Secara umum Al-Quran memberikan gambaran tentang neraka, yang sangat besar, luas, dan sangat dalam.

Neraka juga memiliki pintu-pintu, tingkatan-tingkatan dan nama-nama yang sesuai dengan karakteristik dan kengeriannya, di antaranya: sa‘ir, jahannam, saqar, hawiyah, hutamah, jahim, laza, sijjil, dan sijjin. Neraka dijaga oleh penjaga khusus berupa malaikat yang tidak akan membangkang kepada Allah.

Jumlah mereka ada sembilan belas dengan kekuatan yang dapat menghempaskan ribuan manusia dalam sekali hempasan. Mereka dikenal dengan nama Zabaniyah. Panasnya neraka tidak akan padam, karena bahan bakarnya adalah manusia dan batu hitam pekat, serta patung-patung yang dijadikan sesembahan para penghuni neraka ketika di dunia. Dia (neraka) juga berwarna hitam, dapat mengeluh, melihat, berbicara dan marah.

Al-Quran menggambarkan kesengsaraan yang akan diterima oleh penghuni neraka, dan tak ada seorang pun yang menginginkannya. Allah menyiapkan belenggu dan rantai untuk penghuni neraka, mereka akan diikat dengan sangat kuat. Penghuni neraka pun akan dihidangkan makanan berupa pohon zaqqum, dari‘, makanan yang menyumbat kerongkongan, gislin, dan api.

Sementara minumannya adalah hamim, gassaq, sadid, dan muhl. Disediakan pula pakaian terbuat dari ter, yakni pakaian yang terbuat dari tembaga yang dilelehkan. Di dalam neraka terdapat sungai yang mengalir di dalamnya, sungai tersebut berisi nanah yang sangat bau dan dapat mengganggu para penghuni neraka. Di dalamnya juga mereka ditemani ular dan kalajengking.

Penghuni neraka akan menerima hukuman yang sangat pedih. Isi perut mereka akan dihancur-luluhkan; rupa mereka sangat buruk, kulit-kulit mereka dibakar hingga rontok; lidah mereka diseret dan diinjak-injak oleh manusia; mereka akan mendaki gunung api yang membutuhkan waktu 70 tahun mencapai puncak lalu mereka terjun ke dalamnya; kepala mereka dipukul dengan palu; dahi, lambung, dan punggung mereka dibakar.

Neraka akan dipenuhi oleh orang-orang yang menentang perintah Allah, berbuat kerusakan di bumi, tidak mengakui ke-esa-an Allah, dan kriteria lainnya di samping nama-nama yang secara jelas disebutkan dalam ayat-ayat Al-Quran, seperti Fir’aun dan kaumnya, Qarun, Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, dan sebagainya. Mereka juga akan ditemani iblis dan anak cucunya, serta jin yang kafir kepada Allah.

Kedua, penduduk neraka dalam Al-Quran diilustrasikan dengan menggunakan kata ashab al-nar dan derivasinya yaitu: ahl al-nar, ashab al-sa‘ir, dan ashab al-jahim. Mereka akan masuk ke neraka dengan cara leher mereka diikat dan dibelenggu dengan kencang. Kaki mereka kemudian diikatkan ke ubun-ubun mereka. Kemudian mereka digiring menuju neraka dengan didorong sangat keras. Mereka pun langsung dilemparkan ke tempat sempit di neraka dalam keadaan diikat dengan belenggu besi. Mereka juga dilemparkan ke neraka dengan kepala dijungkir.

Para penghuni neraka akan mendapatkan laknat dengan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya. Mereka menyesal atas perbuatan mereka di dunia dan mengakui dosa mereka. Mereka akan saling menyalahkan, saling bertengkar, saling berdesak-desakan antarpenghuni. Mereka juga memohon dikembalikan ke dunia. Ada beberapa hal yang menyebabkan mereka menjadi penghuni neraka, antara lain mendebat dan menentang ayat Allah dan Rasul-Nya, mengingkari nikmat Allah, mengingkari hari kebangkitan, memutarbalikkan firman Tuhan, memakan riba, menyekutukan Allah, berbuat zalim.

Ketiga, ada tiga pendapat mengenai keabadian neraka. Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa surga dan neraka itu kekal selama-lamanya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nas-nas yang secara gamblang menjelaskan keabadian neraka. Juga merupakan pendapat jumhur ulama. Kedua, surga dan neraka itu akan berakhir, tidak kekal adanya. Karena neraka itu makhluk yang tidak mungkin abadi seperti penciptanya. Seperti yang diungkapkan oleh al-Jahm bin Sufyan. Ketiga, kelompok ini menyatakan bahwa surga itu kekal, akan tetapi neraka itu tidak, akan berakhir. Semua manusia yang masuk neraka pada akhirnya akan masuk juga ke surga.

Wallahu A’lam.

Bersambung ke artikel selanjutnya