Peringatan Hari Ulang Tahun kemerdekaan adalah momen yang tepat untuk meneguhkan kembali makna “cinta tanah air”. Di tengah banyaknya kemelut pertikaian yang melanda banyak negara, dengan dilatar belakangi idealisme menegakkan suatu sistem negara, umat muslim perlu belajar kembali tentang kosekwensi perubahan suatu sistem ketatanegaraan. Terlebih apabila hal itu dipaksakan. Tidak hanya belajar bagaimana membuat sistem yang ideal atau bagaimana menegakkan suatu sistem baru, tapi juga konsekwensi menegakkan sistem baru.
Syekh Dr. Adnan al-Afyuni, Mufti Agung Damaskus Suriah merupakan salah satu dari sekian ulama’ Islam terkemuka yang mengungkapkan kekagumannya terhadap kedamaian di Indonesia. Kedudukannya sebagai seorang mufti, atau ahli hukum Islam membuatnya wawasannya tentang perdamaian didengar tidak sekedar sebab beliau ada seorang yang berasal dari negara yang berkonflik yaitu Suria, tapi luasnya pengetahuan beliau tentang hukum Islam yang tentunya berdampak pada pandangan beliau tentang keadaan umat Islam di Indonesia.
“Indonesia menjadi negara yang aman, adil dan makmur, semua rakyatnya bersatu, Indonesia negara yang besar, menjadi contoh bagi negara lainnya,” ungkap Syekh Dr Adnan seperti yang dilansir Republika.co.id (17/1/2019). Hal itu beliau ucapkan di tengah-tengah kerumun Umat Islam dalam acara Haul Habib Hasan bin Toha bin Muhammad bin Yahya di Semarang, Jawa Tengah.
Di kesempatan lain, beliau juga menyatakan “Fenomena ini mulai muncul di Indonesia dimana isu-isu radikal terorisme menjadi sangat hangat di Indonesia. Saya khawatir jika nantinya umat Islam di negeri yang damai ini ikut terjerumus seperti umat Islam di Suriah. Makanya saya dengan lantang mengatakan kepada saudara-saudara saya di Indonesia agar tidak mempercayai proppaganda radikal terorisme,” hal ini beliau sampaikan di sela-sela Konferensi Ulama Sufi Internasional (World Sufi Forum) di Pekalongan, Selasa 9 April 2019, seperti yang dilansir oleh sindonews.com.
Lalu apa kaitan HUT Kemerdekaan RI, cinta tanah air dan Syaikh ‘Adnan al-Afyuni? Kaitannya adalah tentang puisi-puisi beliau tentang pentingnya menjaga tanah air yang berangkat dari Suria, negara tempat beliau berdiam. Dan puisi-puisi tersebut layak kiranya untuk diresapi bersama datangnya HUT Kemerdekaan RI. Puisi-puisi ini termuat dalam ad-Difa’ ‘anil Wathan karya Muhammad Ridwan Sa’id:
يَعْرِفُ قِيْمَةَ الْوَطَنِ مَنْ يَرَى وَطَنَهُ يُهْدَمُ وَيُدْمَرُ. تَكَالَبَتْ عَلَيْهِ الْأُمَمُ وَتُحَوِّلُ ﺇِلَى سَاحَةِ حَرْبٍ ضَرُوْسٍ لَاتَبْقَى وَلَاتَذَرْ
Kelak akan tahu harga tanah air, orang yang melihat tanah airnya dirobohkan dan dihancurkan. Banyak orang saling bermusuhan untuk merebutkannya. Dan mereka berpindah tempat pada medan perang mematikan, menuju kebinasaan serta habis tak tersisa.
يَعْرِفُ قِيْمَةَ الْوَطَنِ مَنْ يَرَى الْأَرْضَ فِي بَلَدِهِ قَدْ صُبِغَتْ بِلَوْنِ الدَّمِّ وَعَشَّشَ فِى رُبُوْعِهَا غُرَابُ الْمَوْتِ غُرَابُ الْمَوْتِ وَالْخَرَابِ
Kelak akan tahu harga tanah air, orang yang melihat tanah tempat tinggalnya dilumuri darah. Gagak-gagak kematian sama bersarang di tanah tempat tinggalnya.
يَعْرِفُ قِيْمَةَ الْوَطَنِ مَنْ أَهْلُهُ مُشَرَّدُوْنَ فِي أَصْقَاعِ الْأَرْضِ يَقْتَاتُوْنَ الذُّلَّ وَيَفْتَرِشُوْنَ الْهَوَانَ وَيَمْضَغُوْنَ الْمُرَّ وَالصَّبْرَ
Kelak akan tahu harga tanah air, orang yang keluarganya berlarian diberbagai penjuru bumi sembari menelan kehinaan, rasa pahit serta getir kesabaran.
يَعْرِفُ قِيْمَةَ الْوَطَنِ مَنْ غَابَ عَنْ سَمْعِهِ ضَحَكَاتُ الْأَطْفَالِ وَزَقْزَقَةُ الْعَصَافِيْرِ وَحَلَّ مَكَانَهَا صَوْتُ الْمُدَافِعِ وَأَزِيْرُ الرَّصَاصِ
Kelak akan tahu harga tanah air, orang yang telinganya kehilangan suara tawa anak-anak serta kicauan burung, digantikan suara meriam dan desingan peluru.
يَعْرِفُ قِيْمَةَ الْوَطَنِ مَنْ ضَاعَ مِنْهُ الْأَمَلُ وَضَاعَ مِنْهُ الْمُسْتَقْبَلُ وَضَاعَ مِنْهُ السَّعَادَةُ يَوْمَ ضَاعَ الْوَطَنُ
Kelak akan tahu harga tanah air, orang yang cita-cita, masa depan serta kebahagiaannya hilang bersama hilangnya tanah air.