Ingin Menjadi Insan Kamil, Perhatikan Empat Komponen Hati Ini

Ingin Menjadi Insan Kamil, Perhatikan Empat Komponen Hati Ini

Ingin Menjadi Insan Kamil, Perhatikan Empat Komponen Hati Ini

Menurut Imam al-Ghazali, seperti juga para ahli tasawuf lainnya, ada empat atribut yang dimiliki oleh hati; pertama ialah sab’iyyah (binatang buas), bahimiyyah (binatang rakus yang bersumber dari syahwat), syaithaniyyah (setan) dan rabbaniyyah (Tuhan). Hati manusia berfungsi menyatukan empat sifat tersebut secara sekaligus. Kita adalah makhluk yang mempunyai banyak kepribadian. Dalam psikologi modern, hanya orang gila sajalah yang mempunyai kepribadian banyak. Jadi kita ini memang gila karena menurut para sufi kita memiliki kepribadian yang banyak.

Menurut Imam al-Ghazali, kita sebagai manusia menggabungkan empat atribut hati tersebut secara sekaligus. Keempat atribut tersebut menjadi ciri hati manusia. al-Ghazali menggambarkan bahwa seolah-olah dalam diri kita ini ada anjing (sab’un: binatang buas), babi (bahimah; binatang rakus dan pengejar syahwat), setan dan jug al-Hakim (Yang Maha Bijak). Ghadhab (marah) adalah sumber energi.

Orang yang tidak memiliki jiwa sab’iyyah tidak akan bisa marah meskipun ia disiksa. Ia akan pasrah saja. Orang begitu biasanya adalah penakut, pengecut. Kadang-kadang kita sebagai manusia memerlukan jiwa sab’iyyah ini. sebab itulah yang mendorong kita untuk bertindak dan bersaing.

Kalau kita tidak memiliki dorongan ini, kita tidak akan maju. Syahwat (potensi bahimiyyah) adalah keinginan yang macam-macam, misalnya keinginan untuk mempunyai rumah yang bagus, baju bagus, makan enak, tidur enak dan sebagainya. Kita juga perlu memiliki syahwat. Kalau tidak, kita tidak akan mempunyai kemauan. Kita akan statis. Jadi, yang mendorong manusia hidup adalah jiwa babi yang ada dalam dirinya.

Sementara atribut syaythaniyyah dan rabbaniyyah adalah dua kekuatan yang ada dalam hati manusia yang mengeksploitasi dan mengandalikan dua kekuatan sebelumnya. dalam diri manusia sebetulnya terjadi pertarungan antara dua kekuatan tersebut. Jika setan yang menang, orang akan sangat merusak dan rakus. Ia akan makan apa saja; tidak hanya makan nasi, tetapi juga tanah orang lain. namun jika potensi itu bisa dikendalikan oleh akal (rabbaniyyah), keduanya hanya akan bergerak kea rah yang bermanfaat bagi dirinya dan seluruh manusia. Ia akan bersemangat mengumpulkan kekayaan untuk disumbangkan kepada orang yang ada di sekitarnya.

Kata al-Ghazali, kita sering mengejek orang-orang yang menyembah berhala. Padahal siapa tahu, kita sebenarnya sedang menyambah anjing atau babi yang ada dalam diri kita. kalau anjing yang kita sembah, kita akan menjadi pendengki dan pendendam. Kalau babi yang kita sembah, kita akan menjadi orang yang rakus dan serakah. Kalau setan yang kita sembah, kita akan pintar menipu dan berkhianat; pintar mencari-mencari alasan untuk menutupi kesalahan dan mencari pembenaran bagi dosa-dosa kita. Menurut orang-orang salih, apa atau siapa yang kita sembuh, itulah yang akan membentuk ruh kita.

Oleh karena itu, agar ruh kita menjadi insan kamil, manusia yang sempurna, kita harus berusaha menjadi orang bijak. Mengendalikan hawa nafsu kita dengan bimbingan syariat. Dengan begitu ruh kita bisa menjadi ruh malaikat. Semoga