Di antara manusia yang paling berjasa dalam hidup adalah kedua orang tua. Sebab ada sosok perempuan yang telah tulus berjuang dalam hidup hingga mempertaruhkan nyawanya karena seorang anak.. Al-Qur’an menyatakannya hamalathu ummuhu, kurhan wa wadha’athu kurhaa (dialah yang telah mengandung dengan susah payah, dan melahirkannya pula dengan susah payah). Tak hanya itu, ada sosok laki-laki tangguh, yang siang harinya mencari sesuap nasi yang tak kenal lelah berjuang untuk membesarkan seorang anak.
Bahkan, satu-satunya manusia yang sehari hari dekat dengan kita, yang tak pernah dendam, tak pernah membalas kejahatan adalah seorang ibu pada anaknya, meskipun ia bisa saja punya rasa dendam pada orang lain. Bagaimana-pun sakit hatinya orang tua karena sikap anak, tak sedikit pun ada rasa dendam untuk membalasnya, ia hanya menaruh harapan dan berdoa agar anaknya menjadi orang baik.
Maka, pantaslah al-Qur’an mengingatkan kepada pada anak manusia untuk menghormati dan berbakti kepada keduanya. Allah tegaskan dalam surat al-Nisa ayat 36:
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Secara umum ayat ini menjelaskan sembahlah Allah dan jangan menyekutukannya, apapun bentuknya, dan dengan cara apapun. Kewajiban manusia adalah menyembah-Nya, dirangkaikan kewajiban selanjutnya, wa bil walidaini ihsanaan (berbuat baiklah kepada kedua orang tua). Jadi, berbuat baik, menghormati kedua orang tua, adalah kewajiban kedua dalam Islam, usai kewajiban menyembah Allah dan larangan segala bentuk sikap kemusyrikan. Ibnu Katsir menyebutkan, menghormati sang ibu, menghormati seorang bapak adalah kewajiban, mengapa? dengan jasa dan perjuangan-nyalah seorang anak bisa merasakan hidup.
Lantas bagaimana cara menghormati dan berbakti kepada kedua orang tua? Prof. Quraish Shihab menyatakan: lakukanlah sesuatu apapun bentuknya yang bisa menyenangkan perasaan kedua orang tua bukan sekedar menghormatinya, meskipun orang tua kita adalah non muslim. Pesan ini sederhananya dapat dipahami jika seseorang sebagai mahasiswa atau pelajar, atau ilmuan buatlah senang kedua orang tua, karena ilmu kita bermanfaat buat orang lain. Sebagai orang yang punya kelebihan materi, bantulah kekurangannya, penuhilah kebutuhannya, ringankanlah beban hidupnya dan seterusnya.
Tentu banyak cara yang bisa dilakukan untuk membuat kedua orang tua suasana batinnya selalu haru dan bangga melihat anaknya. Setidaknya ada tiga persoalan yang membuat orang tua merasa bahagia dan senang terhadap anaknya. Pertama, Setiap ibu dan bapak, akan selalu terharu melihat dan menyaksikan anaknya pada proses wisuda, keduanya akan tak sabar dan bersemangat dari kampung ke kota untuk menyaksikan anaknya di wisuda. Rasa haru itu karena anaknya bisa menjadi orang terpelajar. Itu sebabnya, tuntutlah ilmu sebaik mungkin dan gunakanlah kesempatan di masa muda untuk belajar sebagai ikhtiar untuk membahagiakan kedua orang tua
Kedua, orang tua selalu bahagia dan bangga, jika anaknya bisa hidup mandiri, bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya, tidak lagi menjadi beban orang lain, justru meringankan beban orang lain. Maka, berikhtiar semaksimal mungkin untuk bisa hidup mandiri atau tidak bergantung lagi kepada kedua orang tua persoalan materi bahkan meringankan beban ekonomi keluarga adalah cara terbaik untuk membahagiakan orang tua. Tak bisa digambarkan rasa bahagianya orang tua saat ia bisa melihat anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang terpelajar sekaligus mampu hidup mandiri
Ketiga, orang tua akan tumbuh rasa senang dan bahagianya, jika ia bisa menyaksikan langsung anaknya mengikat suci dalam tali pernikahan. Sebab, diantara hak yang didapatkan sang anak dari kedua orang tuanya adalah memberi restu dan menikahkannya jika ia sudah mampu. Maka untuk menyenangkan perasaannya, berikhtiarlah memilih pendamping hidup, yang bisa menghormati dan menghargai kedua orang tua.
Singkatnya, membuat bahagia kedua orang tua adalah pintu masuk agar terbuka cinta dan ridhanya Allah. Karena itu, banyak cara yang bisa dilakukan untuk membuat kedua orang tua bahagia dan senang sebagai cara kita untuk berbakti kepadanya, yang terpenting berbakti kepadanya tak mengenal waktu selama detuk jantung kita masih berdetak entah keduanya sudah tiada, terlebih jika ia masih bisa bersama sama dalam kehidupan sehari-hari.