Imajinasi tentang sosok Imam Mahdi memberi harapan kepada umat Islam akan datangnya suatu masa kesempitan hidup mereka berakhir. Harapan itu membuat umat tetap bersabar menjalani kehidupan di tengah tekanan dan tuntutan kehidupan yang hampir di luar batas kemampuan mereka untuk “fitnah akhir zaman”. Daya tahan umat Islam di Indonesia sangat luar biasa. Mereka seperti bumi, siap menerima apapun yang ditakdirkan turun dari langit.
Imam Mahdi di Nusantara lebih dikenal dengan nama Ratu Adil, dalam imajinasi masyarakat Nusantara adalah mistik dan penuh misteri menyelimutinya. Dia seorang pemimpin yang adil, bijaksana dan pemurah. Pada masa kepemimpinannya, masyarakat sejahtera dan bahagia lahir dan batin. Semua kebutuhan hidup terpenuhi dengan mudah. Masyarakat merasa aman dari ancaman dan gangguan negara-negara asing.
Cerita tentang Ratu Adil, contoh kearifan lokal yang sejalan dengan ajaran Islam. Akan hadirnya Imam Mahdi diyakini oleh umat Islam, sunni maupun syi’ah. Di sela-sela itu, ada syubhat-syubhat mengenai konsep Imam Mahdi, hal biasa, akan tetapi tidak bisa mengaburkan persepsi umat tentang Imam Mahdi disebabkan demikian rinci hadits-hadits Nabi saw perihal Imam Mahdi.
Saking rincinya hadits-hadits Nabi saw tentang Imam Mahdi seharusnya bisa menghilangkan imajinasi liar seputar kondisi umat Islam sekarang dan di masa depan sekaligus menjawab/membantah narasi-narasi syubhat yang dikembangkan kelompok radikal. Dalam imajinasi kelompok radikal, Imam Mahdi adalah seorang khalifah yang memimpin negara khilafah yang sedang mereka perjuangkan sekarang. Kaum radikal merasa sedang menyiapkan daulah bagi Imam Mahdi.
Dalam imajinasi kaum radikal, Imam Mahdi bukan khalifah yang pertama. Ada khalifah-khalifah sebelum Imam Mahdi dibai’at. Berdasarkan hadits dari Tsauban r.a diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ابْنُ خَلِيفَةٍ ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلًا لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا لَا أَحْفَظُهُ فَقَالَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ
…”Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka memerangi kamu dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. ” Kemudian beliau saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal , lalu beliau saw bersabda: “Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi” [HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim, Al Hakim berkata, “Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhain.” Perkataan al Hakim ini juga disetujui oleh adz-Dzahabi].
Imam Ibnu Katsir menjelaskan: Yang dimaksud ‘harta simpanan’ pada teks hadis adalah simpanan Ka’bah. Tiga orang dari putra khalifah akan saling membunuh, untuk memperebutkannya, hingga tiba akhir zaman. Kemudian keluarlah al-Mahdi dan beliau datang dari arah timur, bukan dari Sardab Samira sebagaimana dikatakan orang bodoh dari kalangan Rafidhah bahwa al-Mahdi saat ini ada di tengah mereka. (an-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim, 1/54 – 56).
Hadits ini bantahan telak bagi kaum radikal di Indonesia yang sedang menyiapkan “Daulah Khilafah” untuk Imam Mahdi karena peperangan tiga orang putra khalifah terjadi di seputar ka’bah di Mekkah bukan di sekitar Istana Presiden di Jakarta. Artinya suksesi kepemimpinan khilafah sebelum Imam Mahdi berlangsung di Arab Saudi bukan di Indonesia. Dengan kata lain, hadits diatas memastikan bahwa khilafah sebelum Imam Mahdi tidak akan tegak di wilayah Indonesia.
Pada hadits di atas digambarkan bagaimana tiga orang anak khalifah saling perang memperebutkan kursi kekuasaan. Dominasi anak khalifah menunjukkan khilafah berbentuk kerajaan. Hal ini memperkuat sejarah kelam sistem khilafah di masa lampau yang penuh dengan perang saudara antar keluarga khalifah. Khilafah sebelum Imam Mahdi ternyata berdarah-darah. Imajinasi kaum radikal tentang khilafah sebelum Imam Mahdi sebagai sebuah negara “suci” buyar seketika.
*Selengkapnya bisa juga dibaca di sini