Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar menyebutkan bahwa Al-Quran sendiri yang menyatakan bahwa perempuan juga bisa jadi pemimpin. Bahkan Al-Quran menyontohkan langsung kisahnya.
Hal ini disampaikan guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dalam sebuah kajian daring yang diselenggarakan oleh Nasaruddin Umar Office dengan tema Hijrah pada tanggal 20 Agustus 2020.
“Al-Quran memperkenalkan siapa pun boleh menjadi pemimpin, bahkan termasuk perempuan,” tutur Nasaruddin Umar.
Menurut Nasaruddin Umar, Al-Quran bahkan mengisahkan langsung kisah perempuan hebat yang menjadi pemimpin dan cukup berhasil. Dalam Al-Quran disebutkan kisah Ratu Bilqis yang memiliki kerajaan hebat, bahkan tidak disebutkan ada seorang laki-laki yang memiliki kehebatan yang sama.
“Siapa itu Ratu Balqis, pemimpin yang sangat hebat, mendapatkan pengakuan dari Al-Quran, laha arsyun adzim, pemilik super power. Nggak ada kata-kata lahu arsyun adzim,” terang mantan wakil mentri agama ini.
Bagi Nasaruddin Umar, saat melakukan kajian teks, tidak ditemukan penyematan yang sama seperti Ratu Balqis ini yang diberikan kepada laki-laki. Ia menjelaskan bahwa para nabi sekalipun tidak memiliki kekuasaan yang hebat seperti kekuasaan Ratu Balqis.
“Jadi laha itu kata ganti untuk perempuan. Kita nggak pernah menemukan satu ayat dalam Al-Quran (yang menyebutkan) lahu arsyun adzim, sekalipun itu para nabi, mohon maaf, ini kalau kita kajian teksnya,” jelas Nasaruddin Umar.
Rektor Institut PTIQ Jakarta ini juga menyebutkan bahwa ada suatu kalimat julukan dalam Al-Quran yang sering digunakan untuk menyebut suatu negara yang aman, sejahtera dan dilimpahi keberkahan oleh Allah SWT, yaitu baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Kalimat ini jika diartikan dalam bahasa Indonesia bermakna, negara yang sangat indah dan Tuhan mengampuni.
Kalimat julukan tersebut dalam Al-Quran juga disematkan kepada negeri yang dipimpin oleh Ratu Balqis.
“Kalau kita lihat dalam ayat ini (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur), itu adalah ‘merk’ yang diberikan kepada Ratu Balqis, raja perempuan,” jelas Nasaruddin Umar.
Dari penjelasan tersebut, Nasaruddin Umar mengambil kesimpulan bahwa Al-Quran adalah kitab suci pertama yang menjelaskan bahwa perempuan juga bisa jadi pemimpin; perempuan bukan orang yang selalu menjadi biang setiap kesalahan yang dilakukan laki-laki.
“Jadi Al-Quran itu adalah kitab suci pertama yang memperkenalkan bahwa perempuan itu bukan separuh iblis, laki-laki bukan Tuhan seperti teologi misoginis,” tutur Nasaruddin Umar.