Orang yang baru belajar biasanya lebih sombong dari orang yang sudah belajar bertahun-tahun dan lebih banyak membaca buku. Hal seperti ini bukanlah isapan jempol. Seorang tabiin terkemuka, Imam as-Sya’bi (w. 104 H) pernah mengatakan demikian.
Ciri-ciri orang yang baru belajar ilmu, ilmu apapun, baik ilmu agama atau ilmu yang lain adalah sombong dan merasa diri paling faham atau mengerti ilmu tersebut. Hal ini bisa kita lihat dalam fenomena akhir-akhir ini. Perdebatan-perdebatan terkait keilmuan, apapun itu selalu diisi oleh orang-orang yang baru belajar.
Baca Juga: Khazanah Al-Quran: Orang Sombong Sedang Menyembah Dirinya Sendiri
Terbaru, kasus kecelakaan pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak yang tempo hari terjadi. Muncul beberapa akun yang menganalisa proses jatuh dan tenggelamnya pesawat tersebut hanya berbekal aplikasi Flightradar 24. Padahal KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi) masih mengkaji penyebabnya melalui Fligh Data Record (FDR) yang baru ditemukan.
Karena kesembronoan tersebut muncul berbagai kabar burung tentang sebab musabab jatuhnya pesawat di berbagai platform media sosial. Belum diketahui motifnya, apakah memang ingin memberikan informasi atau sekedar untuk konten. Yang jelas munculnya fenomena seperti ini sangat meresahkan kita.
Dalam hal ilmu agama juga demikian. Beberapa orang, bahkan beberapa artis yang baru hijrah pun menunjukkan arah yang sama. Konten-konten yang mereka buat melalui berbagai platform media sosial menjurus pada kesan paling tahu agama dan menyalahkan orang lain. Padahal semua orang tahu, keseharian artis tersebut sebelum hijrah seperti apa.
Kasus terbaru, seorang artis yang baru belajar dan hijrah menambahkan kata “ustadz” pada akun media sosialnya. Tak hanya itu, hampir setiap saat ia berkomentar pada akun-akun artis lainnya dan menyuruh mereka untuk membaca Al-Qur’an. Bahkan beberapa kali artis ini berdebat soal agama dengan orang lain.
Baca juga: Jauhi Sifat Sombong, Ini Tanda-Tandanya
Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati dan merenungi kaul ulama yang dikutip dari kitab Tadzkiratus Sami’ berikut:
فقد قيل: العلم ثلاثة أشبار، من دخل في الشبر الأول، تكبر ومن دخل في الشبر الثانى، تواضع ومن دخل في الشبر الثالث، علم أنه ما يعلم.
Artinya, “Dikatakan, ilmu itu ada tiga tingkatan. Setiap orang yang baru masuk pada tingkatan pertama, ia akan sombong. Setelah masuk pada tingkatan kedua, ia akan tawadhu (rendah hati). Sedangkan setelah masuk pada tingkatan ketiga, ia akan menyadari bahwa sejatinya ia belum mengerti apapun”
Kaul di atas menggunakan qila (sighat tamridh), yaitu tidak disebutkan nama ulama yang menyebutkannya. Namun ada yang menyebut bahwa kaul tersebut adalah perkataan Imam as-Sya’bi. Pasalnya dalam kitab yang lain (ad-Dar al-Farid) disebutkan kaul dengan substansi yang sama seperti berikut:
قَالَ الشَّعْبِيُّ: العِلْمُ ثَلَاثةَ أَشْبارٍ، فَمَنْ نَالَ مِنْهُ شِبْرًا شَمَخَ بِأنْفِهِ فصار أَنَّهُ نَالَهُ وَمَنْ نَالَ مِنْهُ الشِّبْرَ الثَّانِي صَغُرَتْ إِلَيْهِ نَفْسُهُ … أَنَّهُ أَنَّهُ وَأَمَّا الشِّبْرُ الثَّالِثُ فَهَيْهَاتَ لا يَنَالُهُ أَحَدٌ أَبَدًا.
Artinya, “Imam as-Sya’bi berkata: Ilmu itu ada tiga tingkatan. Orang yang baru mendapatkan satu tingkatan akan merasa dirinya agung dan seolah-olah dia telah mendapatkan semua ilmu tersebut. Sedangkan ketika sudah mendapatkan dua tingkat, maka ia akan merasa dirinya kecil. Ketika sudah mencapai tingkatan ketiga, maka ia merasa bahwa ia tak mungkin mendapatkan satu pun ilmu selamanya.”
Itu lah ajaran para ulama terdahulu. Kita perlu introspeksi diri kita. Jangan-jangan kita masih termasuk golongan yang baru meraih tingkatan pertama, sehingga dalam diri kita masih terdapat kesombongan. Mari waspada. (AN)