Ada sebuah kisah menarik yang menceritakan ihwal Imam Ahmad bin Hanbal dengan tetangganya suka bermaksiat. Kisah ini ada di dalam kitab At-Tawwabiin yang ditulis oleh Muwaffaquddin Abu Muhammad, yang memiliki nama asli Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al-Maqdisi. Kisahnya begini;
Alkisah, Imam Ahmad bin Hanbal hidup bertetangga dengan seorang laki-laki yang kehidupan sehari-harinya diisi dengan melakukan perbuatan maksiat.
Namun, pada suatu hari, ada yang berbeda dengan tetangganya ini. Tetangga Imam Ahmad bin Hanbal ini tiba-tiba ikut menghadiri majlis ilmu yang diampu oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Ini di luar kebiasaan dari tetangga Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal ahli maksiat itu.
Ucapan salam sang tetangga kepada Imam Ahmad bin Hanbal membuka perjumpaan keduanya dalam majlis ilmu itu. Namun sayang, Imam Ahmad bin Hanbal tidak menjawab salam tetangganya dengan sempurna, ia pun bermuka masam kepada tetangganya itu.
Melihat respon Imam Ahmad bin Hanbal yang sepertinya kurang menerima kehadiran dirinya, sang tetangga itu pun lantas berkata,
“Wahai Imam Ahmad bin Hanbal, mengapa engkau bermuka masam kepadaku? Padahal aku sudah bertaubat dari perbuatan maksiat yang biasanya aku lakukan. Wahai Imam Ahmad bin Hanbal, ketahuilah pertobatanku ini lantaran semalam aku bermimpi,” ujar tetangga Imam Ahmad bin Hanbal.
Mendengar cerita sang tetangga, lantas Imam Ahmad bin Hanbal pun penasaran, dan lalu berkata,
“Apa yang telah kau lihat dalam mimpimu?” tanya Imam Ahmad bin Hanbal.
Sang tetangga mulai bercerita,
“Aku bermimpi bertemu Rasulullah dalam tidurku, saat itu Rasulullah seperti berada di tempat yang tinggi dan di bawahnya banyak manusia yang duduk. Kemudian salah seorang dari mereka berdiri mendatangi Rasulullah dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, doakanlah aku’ Rasulullah pun mendoakannya. Kemudian begitu juga semua orang berdiri dan meminta doa kepada Rasulullah hingga tersisa aku seorang.”
“Aku ingin berdiri dan mendatangi Rasulullah, namun aku malu akan perbuatan maksiat yang selama ini telah aku perbuat” sambung si tetangga Imam Ahmad bin Hanbal.
Si tetangga Imam Ahmad bin Hanbal melanjutkan ceritanya, “Lantas Rasulullah pun bertanya kepadaku, ‘Kenapa engkau tak berdiri menghampiriku lantas meminta doa kepadaku?’ tanya Rasulullah. Aku pun menjawab, ‘Wahai Rasulullah, keinginanku untuk menghampiri dan meminta doa kepadamu terhalang rasa maluku yang sering bermaksiat’.”
Rasulullah Saw pun lantas menjawab “Kalau itu yang menghalangimu, berdiri dan mendekatlah kepadaku. Aku akan mendoakanmu. Aku melihat engakau orang baik, kau tak pernah mencaci salah seorang pun dari sahabat-sahabatku.”
“Sejak terbangun dari mimpi itulah aku bertaubat dan membenci akan perbuatan maksiatku yang telah lalu” tukas tetangga Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam Ahmad bin Hanbal yang mendengar cerita tetangganya itu terdiam, sepertinya ia menyesal telah menampakkan wajah masam kepada tetangganya tadi.
Hikmah dari kisah ini adalah penuhi hati kita dengan cinta, jangan dahulukan benci dan curiga menguasai hati. Ketahuilah, benci dan curiga sebenarnya tak ada, yang ada hanyalah kita yang gagal menjaga dan memelihara cinta itu. (AN)
Wallahu A’lam.