Ilhan Omar, Perempuan Berhijab Pertama di Kongres AS

Ilhan Omar, Perempuan Berhijab Pertama di Kongres AS

Ilhan Omar disebut sebagai perempuan berhijab pertama di Kongres AS

Ilhan Omar, Perempuan Berhijab Pertama di Kongres AS

Amerika Serikat kembali mengadakan pemilihan paruh waktu anggota kongres, senat dan gubernur Amerika Serikat (AS) pada Selasa (6/11). Pemilu paruh waktu dilaksanakan pada setiap Selasa pertama bulan November di tahun genap, sedangkan pemilihan presiden hanya dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Pemilihan anggota Kongres yang tidak bersamaan dengan pemilihan presiden lah yang disebut pemilu paruh waktu.

Pada pemilihan tersebut, Ilhan Omar terpilih dari distrik kongres kelima di Minnoseta. Omar adalah perempuan kelahiran Somalia yang datang ke AS saat berusia 14 tahun. Ia dan keluarganya berupaya melarikan diri dari perang saudara yang terjadi di negara asalnya, sejak saat itu Omar dan keluarganya akhirnya menetap di AS.

Omar dinobatkan sebagai muslimah pengguna hijab pertama yang mengikuti kongres AS ini. Ia juga merupakan orang Somalia-Amerika pertama yang berhasil meraih pencapaian menuju kongres. Perempuan berusia 36 tahun ini mengampanyekan jaminan kesehatan dan perguruan tinggi bebas biaya.

Sebagai kaum minoritas di AS, Islamophobia cukup menjadi tantangan bagi Omar. Muslim Advocates menerbitkan laporan bahwa lebih dari 80 contoh kandidat politik menggunakan retorika anti-Muslim pada tahun 2017 dan 2018.

Omar bahkan menyatakan pernah menghadapi serangan Islamophobia selama masa kampanye. Ia diisukan pernah menikah dengan saudara laki-lakinya dan memiliki hubungan dengan teroris. Namun serangan tersebut nampaknya tidak berpengaruh terhadap pemilihan.

Selain Omar, Rashida Tlaib, muslimah keturunan Palestina Amerika juga berhasil unggul di distrik kongres ke-13 Michigan. Tlaib mencetak sejarah, sebelumnya perempuan berusia 42 tahun ini juga dinobatkan sebagai muslimah pertama yang memenangkan kursi legislatif di Michigan pada 2008 lalu. Ia memperjuangkan sejumlah kebijakan progresif, termasuk mengkritik imigrasi dan penegakkan bea cukai.

Sebagaimana dilansir Aljazeera, dalam kampanyenya Tlaib berjanji untuk menjaga upah minimum tetap 15 dolar AS, mencegah pemotongan untuk program kesejahteraan seperti asuransi dan jaminan sosial, serta menghentikan keringanan pajak untuk perusahaan besar.

Terpilihnya Tlaib dan Omar menjadi tonggak sejarah baru di Amerika, Amerika semakin membuka kesempatan terhadap kaum minoritas. Terpilihnya Tlaib dan Omar juga diharapkan mampu menepiskan Islamophobia di negeri-negeri Barat.