Islami.co (Haji 2024) — Seorang petugas haji berteriak-teriak memanggil nama temannya yang perempuan. Petugas haji perempuan itu tergopoh-gopoh menghampiri sumber suara. Di sampingnya ada seorang jemaah perempuan yang tengah lemas di kursi roda. Bajunya basah karena pipis saat masih di pesawat, padahal ia tengah berihram. Ia perlu ganti baju agar tetap bisa melanjutkan ibadahnya. Karena tidak memungkinkan untuk ganti baju sendiri, maka ia pun dibantu para petugas perempuan.
Keramaian di sudut paviliun haji itu menarik perhatian petugas lain. Beberapa petugas laki-laki yang datang memperhatikan ihram suami jemaah perempuan tersebut. Mereka curiga sang suami terkena air pipis istrinya. Beruntungnya, corak kecoklatan yang ada pada kain ihram itu hanyalah tumpahan kopi.
“Bukan, pak. Ini cuma tumpahan kopi,” terang sang suami.
Dua orang petugas perempuan yang datang itu mendorong sang jemaah ke kamar mandi dan membersihkan badannya. Sementara sang suami membongkar koper istrinya untuk mencari baju pengganti.
Itulah salah satu hiruk pikuk yang beberapa kali diilalui para petugas haji daerah kerja bandara saat menunaikan tugasnya melakukan pelayanan kedatangan para jemaah di bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Kedatangan jemaah haji gelombang II memang agak berbeda dengan gelombang sebelumnya. Jika jemaah haji gelombang I bisa berpakaian apa saja, gelombang II harus berpakaian ihram dari embarkasi. Hal ini penting demi mempercepat mobilitas jemaah di bandara King Abdul Aziz (KAA). Apalagi jemaah haji dari beberapa embarkasi fast track, seperti Jakarta (JKG dan JKS), Surabaya (SUB), dan Solo (SUC).
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi petugas haji yang ditempatkan di daerah kerja (Daker) Bandara. Mereka perlu memastikan agar para jemaah menggunakan ihram dengan benar dan tidak melanggar pantangan-pantangan ihram. Semua ini dilakukan agar keabsahan ihram para jemaah tetap terjaga dan terpenuhi secara syariat hatta sampai di Tanah Haram nanti.
Rajin Mengingatkan hingga Siapkan baju (Ihram) Cadangan
Ikhtiar ini sepertinya bukan hanya dilaksanakan oleh Tusi (tugas dan fungsi) bimbingan ibadah saja. Hampir semua tusi di daerah kerja bandara turut aktif mengingatkan jemaah. Bahkan para pimpinan Daerah Kerja (Daker), mulai Kepala Daker, hingga Kepala Sektor pun turut mengecek.
“Ibu-ibu, silakan dicek lagi tangannya, jangan lupa ditutupi tangannya, pakai sarung tangan ihramnya,” ujar Abdul Basir, salah satu kepala sektor di Daker bandara.
Meskipun sudah diingatkan beberapa kali, kelupaan dan kesilapan akan selalu ada. Oleh karena itu, hal ini menjadi fokus bersama, bukan hanya Tusi bimbingan ibadah saja.
M. Irhas, petugas bagian transportasi mengaku pernah mendapati jemaah gelombang II yang bukan hanya tidak memakai ihram, tapi tidak membawa kain ihram. Ia pun melapor ke petugas yang lain agar dibawakan kain ihram yang telah disiapkan di kantor daerah kerja bandara.
“Ada dua jemaah yang tidak membawa ihram, padahal fasttrack,” ujarnya.
Untungnya, menurut Irhas, setelah dicari-cari, ternyata kain ihramnya dibawa oleh istrinya sendiri. Irhas menambahkan, bahwa pihak Daker sudah menyiapkan baju dan kain ihram cadangan sebagai antisipasi jikalau ada jemaah yang ketinggalan atau alasan lain yang membuat jemaah perlu ganti ihram.
Sidak Kaki Jemaah
Salah satu anggota Media Center Haji daerah kerja Bandara bercerita bahwa ia punya trik khusus untuk mengetahui jemaah yang belum melepas pakaian dalamnya, padahal telah berihram. Ia biasanya akan memperhatikan kaki jemaah satu persatu. Ia beberapa kali menemukan jemaah yang masih memakai kaos kaki, sepatu, hingga celana panjang dengan hanya melihat kakinya.
“Saya pernah mengecek kaki jemaah. Ada yang masih menggunakan kaos kaki. Saat diberi tahu, ternyata jamaah itu bukan cuma masih pake kaos kaki, ia juga masih pakai celana, padahal sudah masuk barisan,” kisah salah satu anggota MCH.
M. Yusuf, bagian layanan kepulangan (Yanpul) punya pengalaman berbeda. Ia secara tidak sengaja mendapati seorang jemaah yang masih menggunakan celana dalam. Saat itu ia tengah membopong jemaah lansia. Saat akan masuk bus, Yusuf menahannya dari belakang. Seketika itu ia merasakan bahwa sang jemaah masih menggunakan calana dalam. Ia pun meminta jemaah tersbut untuk melepas celana dalamnya terlebih dahulu demi keabsahan ihramnya.
Keluar Masuk Bus
Amran dan Eri Iswandi, petugas bimbingan ibadah daerah kerja Bandara beberapa kali harus naik turun bus demi menginngatkan para jemaah terkait amalan-amalan dan larangan-larangan yang perlu diperhatikan seorang muhrim (orang yang sedang berihram). Mereka biasanya akan masuk ke bus-bus yang dinaiki para jemaah fast track. Hal ini karena para jemaah tersebut harus langsung masuk bus setelah keluar dari pintu kedatangan Thariq Makkah di Bandara KAA, Jeddah.
Ia juga beberapa kali mengajak jemaah untuk berniat miqat kembali, karena dikhawatirkan ada yang belum berniat dari embarkasi maupun saat di atas Yalamlam.
“Saya mau bertanya, apakah bapak ibu sudah bermiqat?” tanya Amran kepada jemaah.
“Sudah,” jawab jemaah serentak.
“Karena bapak ibu sudah bermiqat, maka keadaan sekarang sudah dalam keadaan berihram. Oleh karena itu, saya ingatkan kepada kita semua akan larangan ihram,” tutur Amran.
Meskipun sudah beberapa kali naik-turun bus, Eri masih semangat dan tak lelah. Terkadang Amran dan Eri saling bergantian untuk melakukan bimbingan ibadah kepada para jemaah.
Tahun ini merupakan pengalaman pertama bagi jemaah haji dari embarkasi Surabaya dan Solo untuk menikmati fasilitas Fast Track, baik di bandara AMAA (Amir Mohammad bin Abdul Aziz) Madinah maupun di KAA (King Abdul Aziz) Jeddah, sehingga membutuhkan beberapa penyesuaian. Apalagi jemaah haji yang datang melalui bandara KAA, harus sudah menggunakan pakaian ihram dan berniat miqat. Oleh karena itu para petugas cepat tanggap demi keabsahan ibadah umrah yang akan dijalankan. (AN)
Artikel seputar berita, tips, dan ibadah haji, silakan klik: #HajidiIslami