Sebelum membahas tentang lima makna ikhlas dalam al-Qur’an, terdapat makna ikhlas yang paling sederhana yaitu pada surat al-Ikhlas. Walaupun dinamakan dengan al-Ikhlas tapi tidak ada satu pun penyebutan kata al-ikhlas pada keseluruhan ayatnya. Begitulah ikhlas yang sesungguhnya yaitu melakukan sesuatu tanpa mengharapkan sesuatu yang lain. Dalam hal ini melakukan sesuatu semata-mata hanya karena Allah Swt. Pertanyaan kemudian, bagaimana ikhlas di dalam al-Qur’an? Berikut penjelasannya:
Kata ikhlas berasal dari kata خلص yang dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah karya Ibnu Faris diartikan dengan mengosongkan sesuatu dan membersihkannya. Kata ikhlas merupakan masdar dari kata آخلص yang berarti murni, bersih, jernih, selamat, memisahkan diri, dan pembersihan sesuatu. Menurut Hamka, ikhlas adalah bersih dan tidak adanya campur tangan suatu apapun. Sedangkan menurut Abu Thalib al-Makki, ikhlas adalah pemurnian agama dari hawa nafsu dan perilaku menyimpang, pemurnian amal dari bermacam-macam penyakit dan noda yang tersembunyi, pemurnian ucapan dari kata-kata yang tidak berguna, dan pemurnian budi pekerti dengan mengikuti apa yang dikehenaki oleh Allah SWT.
Di dalam al-Qur’an, kata ikhlas beserta derivasinya disebutkan sebanyak 31 kali. Terulang 2 kali pada kata akhlasa dengan pelaku yang berbeda, 20 kali pada kata mukhlis/mukhlisin/mukhlisun, 1 kali pada kata khalasa, 7 kali pada kata khalish/khalishah, dan 1 kali pada kata astakhlishu. Banyaknya penyebutan kata ikhlas beserta derivasinya barangkali bertujuan agar umat manusia dapat menjadi orang-orang yang ikhlas dalam segala hal.
Adapun makna kata Ikhlas di dalam al-Quran setidaknya dapat dikategorikan dalam lima macam, sebagai berikut :
Pertama, ikhlas bermakna al-ishthifaa’ (pilihan). Sebagaimana firman-Nya :
إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (Q.S. Shaad : 46).
Inti dari ayat di atas menurut Ibn al-Jauzi yaitu Allah Swt telah memilih mereka dan menjadikannya sebagai orang-orang yang suci.
Hal senada juga disebutkan oleh as-Shabuni yaitu Allah istimewakan mereka dengan mendapatkan kedudukan yang tinggi yaitu dengan membuat mereka berpaling dari kehidupan duniawi dan selalu ingat kepada negeri akhirat.
Kedua, ikhlas bermakna al-khuluus min as-syawaa’ib (suci dari segala macam kotoran). Sebagaimana firman-Nya :
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
Artinya: Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (Q.S. an-Nahl : 66).
Ayat di atas membicarakan tentang susu bersih yang berada di perut binatang ternak, meskipun pada mulanya bercampur dengan darah dan kotoran. Namun susu tersebut tetap bersih, murni, serta dapat dikonsumsi bagi orang-orang yang menginginkannya.
Ketiga, ikhlas berarti al-ikhtishaash (kekhususan). Sebagaimana firman-Nya :
قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya: Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian (mu), jika kamu memang benar. (Q.S. al-Baqarah : 94).
Ayat di atas menurut Quraish Shihab yaitu kalian menganggap bahwa Allah SWT akan memberi kekhususan pada kalian di antara manusia-manusia lain dengan kenikmatan surga setelah mati. Jika kalian benar-benar mengimani apa yang kalian katakan itu, jadikanlah kematian sebagai sesuatu yang kalian inginkan. Mintalah kematian, agar nikmat yang kalian kira ini akan segera datang.
Keempat, ikhlas berarti at-tauhid (mengesakan). Sebagaimana firman-Nya :
قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ
Artinya: Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)”. (Q.S Al-A’raf: 29).
Makna ikhlas pada ayat di atas adalah perintah untuk selalu mengesakan Allah SWT dalam beragama, yakni dalam beribadah, berdo’a dan dalam perbuatan taat lainnya harus dikerjakan semata-mata karena Allah SWT; bukan karena yang lainnya.
Kelima, ikhlas berarti at-tathhir (pensucian). Sebagaimana firman-Nya:
إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Artinya: kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka. (Q.S Al-Hijr: 40)
Ayat di atas ditujukan kepada orang-orang yang hatinya telah disucikan oleh Allah SWT dari segala noda dan dosa sehingga mereka menjadi hamba Allah Swt yang bersih dan kekasih pilihan-Nya.
Wallahu A’lam