Masuk surga merupakan keinginan semua hamba Allah Swt. Karena nikmat yang sesungguhnya adalah dipilih oleh Allah Swt untuk masuk surga-Nya dan bertemu dengan-Nya. Untuk mencapai keinginan tersebut diperlukan berbagai amalan agar Allah senantiasa meridhai jalan kita menuju jalan-Nya.
Nah, Ibrahim At Taymi meriwayatkan sebuah amalan dari Nabi Khidhir dari Rasulullah Saw. Ibrahim At Taymi menceritakan kisahnya:
“Ketika aku sedang membaca tahlil, tasbih, tahmid dan tamjid di halaman Ka’bah, tiba-tiba seorang lelaki datang menghapiri dan duduk di sampingku. Selama hidupku, aku belum pernah melihat wajah tampan melebihi dirinya, pakaian yang lebih elok dan putih melebihi yang ia kenakan dan kewangian yang melebihi aroma tubuhnya.”
Aku bertanya, “Hai hamba Allah, siapa dan darimana engkau?”.
“Aku Khadhir,” begitu ia menjawab.
“Apa maksudmu datang kemari?” Sahutku.
“Aku datang membawa keselamatan dan cinta kepadamu karena Allah, aku memiliki hadiah yang ingin kupersembahkan untukmu,” ia menjawab.
“Apa itu?” tanyaku penasaran.
Ia lalu menerangkan,”Saat sebelum matahari terbit, sebelum matahari naik ke atas dan menjelang waktu maghrib tiba, bacalah :
Pertama, membaca Al-Fatihah 7X.
Kedua, membaca An-Nas 7X.
Ketiga, membaca Al-Falaq 7X.
Keempat, membaca Al-Ikhlas 7X.
Kelima, membaca Al-Kafirun 7X.
Keenam, membaca ayat kursi 7X.
Ketujuh, membaca “سُبْحَانَ اللهُ وَالحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ” (Subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallahu wallahu akbar”.
Ketujuh, membaca shalawat 7X.
Kedelapan, memohon ampun untuk diri sendiri, orangtua dan semua mukmin laki-laki dan perempuan.
Kesembilan, berdoa:
أَللَّهُمَّ افْعَلْ بِيْ وَ بِهِمْ عَاجِلًا فِي الدِّيْنِ وَ الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ مَا أَنْتَ لَهُ أَهْلٌ وَلَا تَفْعَلْ بِنَا يَا مَوْلَانَا مَا نَحْنَ أَهْلٌ إِنَّكَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ جَوَّادٌ كَرِيْمٌ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ
(Allahummaf’al bi wa bihim ajilan fiddin wad dunya wal akhirah ma anta lahu ahlun wa la taf’al bina ya maulana ma nahnu ahlun innaka ghafurun halim jawwadun karim rauufun rahim.)
“Ingat ! Jangan sampai kau tinggalkan baik waktu pagi maupun sore.”
“Aku lebih suka jika engkau memberitahu kepadaku siapakah yang memberikan hal agung ini?” Aku bertanya.
Ia menjawab, “Aku mendapatkannya dari Nabi Muhammad SAW.”
“Lalu pahala apa yang aku dapat jika aku mengamalkannya?” Aku semakin penasaran.
“Oh, suatu saat jika engkau bertemu dengan Nabi Muhammad Saw, mintalah ia untuk menjelaskan pahalanya”, jawabnya mantap.
Selang beberapa waktu setelah pertemuan tersebut, Ibrahim At-Taymi bercerita bahwa ia bermimpi seolah bertemu dengan malaikat yang kemudian membawanya menuju surga, ia melihat segala keindahan yang sangat di dalamnya.
“Untuk siapa ini?” Tanya Ibrahim pada malaikat.
“Untuk orang yang mengamalkan seperti apa yang telah engkau lakukan,” malaikat menjawab.
Ibrahim At-Taymi kemudian menikmati makanan dan minuman surga yang disajikan untuknya.
Tidak lama berselang, Nabi Muhammad Saw datang bersama 70 nabi dan 70 barisan malaikat, setiap barisnya memiliki panjang mulai ujung timur hingga ujung barat. Beliau menyampaikan salam kepada Ibrahim At Taymi. Dan Ibrahim pun bercerita perihal ijazah Nabi Muhammad yang ia peroleh dari Nabi Khidhir.
Nabi Muhammad berkata, “Benar apa yang disampaikan Khidhir, ia benar serta apa yang ia sampaikan pasti benar, ia seorang penduduk bumi yang cerdas, seorang wali abdal, bala tentara Allah di bumi.”
Ibrahim bertanya, “Ya Rassulallah, orang yang mengamalkannya, namun ia tidak bermimpi seperti apa yang aku alami apakah juga akan diberi sebagaimana yang aku dapatkan?”
Nabi menjawab, “Demi Dzat yang mengutusku dengan haq sebagai Nabi, sesungguhnya mereka juga akan mendapatkannya, meskipun tidak bermimpi bertemu denganku dan bermimpi melihat surga. Sungguh dosanya yang besar diampuni Allah SWT. Allah mengangkat semua amarah darinya. Dan Allah mengutus malaikat pencatat amal buruk untuk tidak menulis kesalahannya hingga satu tahun”.
Dikisahkan pula, Ibrahim At Taymi tidak pernah makan dan minum selama empat bulan setelah mimpi tersebut. Mimpi dimana ia melihat surga, menyantap hidangan surga dan bertemu dengan baginda agung Muhammad SAW.
Dikutip dari Ihya’ Ulumuddin Lil Imam Al Ghazali, Vol 1 Hal 340-341.