
GAZA, ISLAMI.CO – Ide dan gagasan Presiden Amerika Serikat (AS) untuk ambil alih Jalur Gaza ditolak keras oleh banyak pihak. Baik di Indonesia maupun di publik internasional. Salah satu yang menolak keras adalah Gerakan Aqsa Working Group (AWG).
Bahkan, AWG mengutuk keras gagasan itu dan ide Trump untuk memindahkan warga Gaza ke sejumlah negara, termasuk ide untuk membawa warga Gaza ke Indonesia.
“Aqsa Working Group mengutuk dan menentang sekeras-kerasnya pernyataan Donald Trump yang akan mengambil alih kontrol atas Gaza dan memindahkan warganya ke negara-negara tetangga Palestina,” kata AWG dalam pernyataan persnya yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Kamis.
Mereka menyebut bahwa gagasan pengambilalihan Gaza secara sepihak itu merupakan pengkhianatan terhadap perjanjian gencatan senjata. Padahal, gencatan senjata juga baru terjadi di bumi Palestina usai genosida Israel yang disebut sebagai ‘pembersihan etnis’ dan ratusan ribu warga tidak bersalah.
Menurut AWG, upaya yang dilakukan Trump justru meningkatkan turbulensi politik di Timur Tengah dan dunia.
Lantas, gagasan urelokasi warga Gaza juga merupakan pengulangan kejahatan.
Dalam sejarah, kata mereka, pengusiran warga Palestina seperti yang terjadi pada 1947-1948 atau mereka sebut juga sebagai pembersihan etnis, yang pada tahun itu dilakukan oleh milisi teror Zionis dengan bantuan Amerika.
Dilansir Antara, AWG juga menuntut AS berhenti ikut campur, membiayai dan bahkan mempersenjatai kejahatan Zionis Israel di Palestina.
“Campur tangan Amerika di Gaza (dan Palestina secara umum melalui Abraham Accord) hanya akan membawa penderitaan bagi rakyat Palestina dan menjauhkan perdamaian dari kawasan itu,” kata AWG.
Sejarah mencatat, campur tangan Amerika di berbagai negara tidak pernah membawa kebaikan. Justru, banyak kekacuan yang terjadi.
Mereka lantas memberi sejumlah fakta, misalnya, AWG, keputusan Trump keluar dari keanggotaan di Dewan HAM PBB, UNESCO, dan UNRWA.
Hal seperti itu, menurutnya, a menunjukkan bahwa AS sudah tidak sejalan dengan komitmen perdamaian anggota-anggota PBB lainnya.
“Bahasa perdamaian mereka tidak lain hanyalah upaya hegemoni bahkan imperialisme terhadap Timur Tengah dan dunia. Amerika dan Zionis Israel tidak sejalan dengan ICJ, ICC, Amnesty Internasional, dan bahkan PBB,” kata AWG lebih lanjut.
AWG juga menyerukan agar negara-negara anggota PBB segera mereformasi anggota Tetap DK PBB dan mencabut hak veto karena hak veto itu tidak mencerminkan keadilan sebagai fondasi perdamaian.
Aqsa Working Group juga mengapresiasi pemerintah Indonesia, Arab Saudi, Prancis, Spanyol, China, dan negara lainnya yang dengan cepat merespons menolak rencana Trump itu.
“Penolakan itu adalah wujud dari komitmen global terhadap perdamaian dunia,” kata AWG.