Suatu hari Harim ibnu Hayyan berada di Kufah. Tujuannya ke Kufah hanya ingin bertemu dengan salah satu muslim yang tidak pernah bertemu Nabi tetapi disebut oleh Nabi dalam hadistnya.
Ibnu Hayyan mencari seseorang yang bernama Uwais al-Qarni ke berbagai tempat di Kufah, hingga ia menemukan sosok yang dicari di tepi sungai Eufrat. Ketika ditemui, Uwais tengah duduk sendirian, tetapi kemudian ia berwudhu dan mencuci pakaian.
Ibnu Hayyan tidak pernah bertemu dengan Uwais sebelumnya. Ia hanya mengenali ciri-ciri Uwais melalui perkataan orang-orang tentangnya. Dia merupakan seorang laki-laki berkulit coklat, kepalanya botak, berjenggot tebal, dan memakai sarung serta sorban dari kain wol. Ia juga berwajah menjengkelkan dan menakutkan.
Setelah memastikan bahwa yang ditemui adalah Uwais, Ibnu Hayyim mengucapkan salam dan Uwais pun menjawab salam dan berkatalah Ibnu Hayyim, “Semoga Allah juga memanjangkan umur Anda. Senang bertemu dengan Anda, Uwais. Bagaimana keadaan Anda? Semoga Allah menyayangimu”
Melihat keadaan Uwais tiba-tiba Ibn Hayyan menangis. Dan Uwais berkata, “Semoga Allah menyayangimu Harim bin Hayyan. Bagaimana kabarmu? Siapakah yang memberitahukan mu tentang diriku?
Ibnu Hayyan menjawab bahwa Allah lah yang memberitahunya tentang Uwais. Lalu Uwais membacakan firman Allah surat al-Isra ayat 108: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuh.”
Ibnu Hayyan tampak tercengang, bagaimana bisa Uwais mengetahui namanya. Padahal keduanya belum pernah kenal dan bahkan bertemu sebelumnya. Kemudian ia bertanya kepada Uwais tentang bagaimana Uwais mengetahui namanya?
Uwais menjawab, “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui, Maha Mengenal.”(QS. AT Tahrim (66):3).
Uwais melanjutkan, “Ruhku mengenal ruhmu. Mereka sudah saling bicara. Sesungguhnya ruh memiliki jiwanya sendiri sebagaimana makhluk hidup.” Bagi Uwais orang beriman saling mengenal dengan yang lainnya, meskipun sebelumnya mereka tidak peranah bertemu atau bahkan tinggal berjauhan.
Dalam kesempatan tersebut, Ibnu Hayyan meminta dibacakan hadis yang dapat ia hafal dari Uwais. Namun Uwais malah berkata bahwa ia tidak berjumpa dengan Rasulullah SAW, dan ia juga bukan merupakan sahabat beliau. Tetapi Uwais telah berjumpah dengan para sahabat, sehingga ia memperoleh hadist dari para sahabat.
Uwais tidak suka menjadi ahli hadis, kadi atau hakim, dan ia juga tidak suka menjadi mufti atau pemberi fatwah. Uwais benar-benar tidak menyukai hidup dengan kesibukan diantara banyak manusia.
Setelah mendengar perkataan Uwais, tangan Ibnu Hayyan dipegang oleh Uwais sembari dibacakan doa
اعوذ باالسميع العليم من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم
“Aku berindung kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Uwais menangis setelah membacakan doa tersebut. Ia kembali berkata, “Duhai Tuhanku! Perkataan yang paling benar adalah perkatan-Nya! Perkataan yang paling jujur adalah Perkataan-Nya! Perkataan yang terbaik adalah Perkataan-Nya!
Uwais masih tersedu-sedu menangis hingga ia terlihat seperti pingsan. Tetapi kemudian Uwais masih melanjutkan perkataannya, bahwa ayah Ibnu Hayyan telah wafat, dan sebentar lagi Ibnu Hayyan akan menyusul, bisa saja nanti akan di surga atau di neraka. Adam dan Hawa telah meninggal, Nuh dan Ibrahim yang kekasih Allah juga meninggal, Musa yang berbincang kepada Allah juga meninggal, Dawud sang khalifatullah juga meninggal, Muhammad sang utusan Allah juga meninggal. Demikian pula sahabat Umar bin Khattab juga meninggal.
Ibnu Hayyan yang mendengar perkataan tersebut mencoba untuk mengklarifikasi bahwa Umar bin Khattab masih hidup. Tetapi lagi-lagi Uwais membalas perkataan Ibnu Hayyan dengan jawaban, “Allah telah memberitahuku. Jika engkau paham, engkau akan mengerti apa yang saya ucapkan, kau dan aku berada dalam bumi dan seolah-olah lelah di dalamnya.”
Uwais berwasiat kepada Ibnu Hayyan agar menjaga Al Qur’an dan peninggalam para alim dan sholeh. Uwais juga berpesan agar Ibnu Hayyan mengingat kematian dan jangan terpisah dari agama. Uwais berdoa agar Allah memberinya ingatan wajah Ibnu Hayyan ketika di surga nanti, karena Ibnu Hayyan telah mengunjungi dan mencintai Uwais karena Allah.
Di akhir pertemuan tersebut, Uwais berkata bahwa ia telah menitipkan Ibn Hayyan kepada Allah. Uwais juga mengatakan bahwa setelah pertemuan ini, Ibn Hayyan tidak akan bisa menemuinya lagi. Uwais pergi meninggalkan Ibn Hayyan dengan menangis. Dan benar saja Ibnu Hayyan tidak pernah lagi menemui Uwais hingga akhir hayatnya. (AN)
Sumber: Disarikan dari al-Uqala’ al-Majanin