Ibn Abi Rimtsah, Dokter Muslim Pertama dalam Sejarah Peradaban Islam

Ibn Abi Rimtsah, Dokter Muslim Pertama dalam Sejarah Peradaban Islam

Abu Rimtsah merupakan dokter pertama dalam sejarah peradaban Islam. Ia adalah sahabat Nabi yang memiliki kemahiran di bidang kedokteran. Jauh sebelum lahirnya Ibnu Sina.

Ibn Abi Rimtsah, Dokter Muslim Pertama dalam Sejarah Peradaban Islam
ilustrasi

Jika kita membuka halaman mesin pencari seperti “google”, lalu kita ketikkan “keyword” dokter Muslim pertama, maka yang paling banyak muncul adalah nama Ibnu Sina. Padahal Ibnu Sina hidup pada abad ke-4 dan ke-5 H (370-427 H).  Artinya, ada jarak cukup panjang sekitar 4 abad sejak agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad. Pertanyaannya kemudian, lalu siapa dokter terawal dalam sejarah ilmu kedokteran dalam Islam?

Berdasarkan dua rujukan utama yang saya gunakan, jawaban atas pertanyaan tersebut adalah Abu Rimtsah. Ibnu Abi Ushaibi’ah dalam 𝑈𝑦𝑢𝑛 𝑎𝑙-𝐴𝑛𝑏𝑎’ 𝑓𝑖 𝑇ℎ𝑎𝑏𝑎𝑞𝑎𝑡 𝐴𝑙-𝐴𝑛𝑏𝑎’ mengatakan bahwa Abu Rimtsah merupakan seorang dokter yang hidup pada masa Rasulullah SAW. Ia memiliki keahlian di bidang bedah. Sementara menurut Fuat Sezgin,  Abu Rimtsah adalah dokter Muslim pertama. Ia mengatakan:

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa di masa Nabi hidup cukup banyak orang-orang yang kerap disebut tabib. Sedangkan tabib Muslim pertama yang terkenal adalah Abu Rimtsah. Ia adalah salah satu sahabat Nabi. Setelah Nabi wafat ia pindah ke Mesir, lalu ke Afrika Utara dan wafat di sana.

Terjadi perbedaan penulisan nama mengenai tokoh ini. Ibn Abi Ushaibi’ah menulisnya dengan Ibn Abi Rimtsah. Sementara Fuat Sezgin menamakannya Abu Rimtsah. Tanpa “Ibn” (yang bermakna anak dari). Seperti yang kita ketahui, jika merujuk pada Ibn Abi Ushaibi’ah maka ada implikasi bahwa sang dokter Islam terawal ini adalah putera dari Abu Rimtsah.

Dalam menjelaskan perbedaan ini, Sezgin menulis demikian:

Terjadi perbedaan riwayat dalam mengungkap nama Abu Rimstah. Ibnu Juljul dan orang-orang yang menekuni sejarah kedokteran setelahnya keliru dalam menyebutkan nama Abu Rimtsah. Mereka menamakannya “Ibn Abi Rimtsah”. Hal ini jelas bertentangan dengan riwayat-riwayat ahli hadis yang menegaskan bahwa Abi Rimtsah adalah seorang sahabat Nabi.

Jika kita berpegangan pada pendapat Fuat Sezgin yang terdapat dalam Tarikh Turats Al-Araby vol III tentang ilmu kedokteran di atas, maka Abu Rimtsah yang dimaksud di sini adalah juga seorang periwayat hadis. Imam Ahmad bin Hanbal dalam Al-Musnad-nya meriwayatkan sejumlah hadis yang bersumber darinya.  Pendapat Sezgin ini juga didukung oleh Ahmad Muhammad Syakir, penyunting dan komentator atas kitab Al-Musnad, ia mengatakan:


Banyak terjadi perbedaan pendapat mengenai nama Abu Rimtsah ini. Menurutku, pendapat yang tepat adalah apa yang diamini oleh Imam Ahmad ini sebagaimana dalam kitab Musnad-nya ini.Abu Rimtsah, salah seorang sahabat Nabi yang terkenal dengan nama kuniah-nya (sebuah nama yang dinisbatkan kepada nama ayah atau puteranya) ini. Nama asli Abu Rimtsah menurut Abdullah bin Ahmad adalah Rifa’ah bin Yatsribi. Nama ini diyakini juga oleh Imam Bukhari dalam “Tarikh al-Kabir”-nya.

Sebenarnya tidak sedikit ahli kedokteran Muslim yang muncul sejak masa Nabi hingga masa di mana nama seorang ahli kedokteran paling masyhur di dunia Islam mengemuka; Ibnu Sina. Berdasarkan catatan yang dibuat oleh Fuat Sezgin maupun Ibnu Abi ‘Ushaibi’ah, terdapat nama-nama dokter yang diulas oleh keduanya.

Dari beberapa nama-nama dokter Muslim dalam rentang itu ada yang namanya memang familiar di telinga, ada pula yang tidak cukup terkenal. Bahkan ada juga yang namanya masyhur di bidang ilmu tertentu, tapi oleh Fuat Sezgin dalam volume yang khusus mengulas sejarah turats disiplin ilmu kedokteran muncul di situ. Sebut saja misalnya Al-Kindi, Al-Farabi, hingga Ibn Miskawaih. Nama-nama tersebut selama ini dan sepanjang saya ketahui memang dikenal luas sebagai seorang filsuf. Meskipun jika kita sedikit lebih teliti dalam membaca buku-buku sejarah kedokteran, maka nama-nama yang banyak menginspirasi ilmu ini adalah mereka yang memang memiliki keahlian di bidang filsafat. Silakan Anda baca karya Ibn Abi Ushaibiah maupun Fuat Sezgin dalam volume ilmu kedokteran, maka nama-nama seperti Aristoteles dan filsuf-filsuf Yunani lainnya muncul di awal pembahasan.

Kembali ke nama Ibnu Ramtsah, sebuah riwayat yang dikisahkan oleh Nu’aim dari Ibn Abi Uyainah….. dari Ibnu Abi Rimtsah, ia berkata: Saya datang menemui Nabi Muhammad SAW….saya lihat di antara dua sisi bahunya ada “tanda” (kenabian?”. Lalu aku berkata kepada beliau, “Saya seorang tabib yang diundang untuk mengobati engkau”. Lalu Nabi bersabda, “Kamu seorang sahabat. Sedangkan tabib (sejati) adalah Allah”.

Konon ibunda Aisyah (yang saat ini lagu tentangnya sedang viral itu) juga memiliki kemahiran di bidang ini.

 

قال هشام بن عروة: “ما رأيت أحدًا أعلم بالطب من عائشة، فقلتُ: يا خالة، ممن تعلمت الطب؟” قالت: “كنتُ أسمع الناس يَبعث بعضهم لبعض فأحفظ”

Hisyam bin Urwah berkata, “Saya tidak melihat seorang pun yang memahami ilmu kedokteran melebihi Aisyah. Lalu aku bertanya kepadanya, ‘Wahai bibiku, dari siapa engkau mempelajari ilmu itu?’ Aisyah menjawab, ‘Aku mendengar (teori) ilmu tersebut dari orang-orang dan aku menghafalkannya’.”

 

Wallahu A’lam bish-Shawab