Ketika Orde Baru masih berjaya, Gus Dur diikutkan dalam penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Sampai runtuhnya Orde Baru, Gus Dur memang masih tercatat sebagai salah seorang manggala BP-7. Seperti biasa, saat memasuki ruang penataran, Gus Dur lebih banyak tidur ketimbang mendengar ceramah para menggala, termasuk pada saat diskusi-diskusinya.
Hal itu membuat para peserta penataran emosi. Pada acara sesi diskusi, Gus Dur dibangunkan untuk ikut berbicara.
“Ayo, jangan tidur saja. Ini kita sedang membicarakan demokrasi,” kata sang penatar P4, seperti dikutip dari tulisan Mahfud MD dalam buku berjudul, Gus Dur: Islam, Politik, dan Kebangsaan.
Karena dibangunkan, terpaksa lah Gus Dur berbicara. “Ini diskusi demokrasi ya? Kebetulan, ketika tidur tadi saya bermimpi bertemu dengan Bung Karno, Beliau menjelaskan kepada saya tentang demokrasi yang dipidatokan tanggal 1 Juni,” kata Gus Dur memulai pembicaraannya.
Namun belum selesai Gus Dur bicara, para peserta yang lain sudah nyeletuk tidak puas. “Yang serius dong. Ini kan penataran tingkat nasional,” kata seorang peserta.
“Ya, masak kita mau membahas mimpi,” celetuk yang lain. “Ya, yang benar saja, topik serius jangan dibawa ke soal mimpilah,” kata yang lain menyahut.
Dari sinilah dengan cerdik dan cerdas Gus Dur kemudian masuk ke soal substansial. “Bagaimana anda-anda ini mau berbicara dan membangun demokrasi, kalau orang bermimpi saja dilarang? Di dalam demokrasi itu ada kebebasan, termasuk bebas bermimpi. Kalau anda berani melarang orang bermimpi pasti anda akan berani melarang orang menggunakan haknya yang lebih penting. Itu bertentangan dengan demokrasi,” Kata Gus Dur dengan suara keras dan serius.